Why We Choose Bed-Sharing
Saya pernah membaca bahwa bayi sebaiknya diajari tidur sendiri sebelum ia berusia 9 bulan, agar sudah terbiasa mandiri dari kecil.
Kepala saya langsung berpaling dari monitor, menatap Ken yang tidur pulas di antara ayahnya dan saya. Setiap malam. Sejak ia berusia tiga hari. Bagi kami, di situlah tempatnya sampai kami merasa ia sudah siap untuk tidur sendiri. Bagi kami, ia mandiri dengan caranya sendiri, sebagai bayi, sebagai batita, sebagai anak lelaki. Tidak perlu dibandingkan dengan anak-anak yang tidur sendiri.
Saya rasa saya tidak sendiri.
Bed-sharing or co-sleeping have become the norm in many cultures, except probably the Western culture until recently. The latter, according to a research I stumbled upon last night, has a lot to do with scheduled night feedings and campaign for formula milk usage in the 1950s and 1960s in the US. It also has a lot to do with the interest of keeping the husband-wife sexual relationship as it were before there was a baby.
Well, a baby comes with changes. I think every parent will agree, a baby brings out the most challenging yet the most beautiful changes in our lives.
Bagi saya dan suami, perubahan itu termasuk menyesuaikan kebutuhan kami dengan kebutuhan Ken. Bagi kami, menjadi bagian dari kebutuhan Ken sebagai bayi adalah merasa aman setiap saat, termasuk saat tidur di malam hari. Knowing full well that his mom and dad are right beside him.
Bed-sharing also makes night feeding easier for all of us. Ken bisa menyusu kapan pun ia mau, saya bisa menyusui sembari tiduran. Ayahnya tidak harus ikutan bangun dengan terpaksa. Saat Ken menangis karena mimpi buruk, ia langsung bisa dipeluk. Sebelum tangisnya sampai mengganggu tidur.
Kembali lagi ke tulisan soal tidur sendiri dan kemandirian bayi, kami tidak pernah merasa Ken harus mandiri sebelum dia memang secara alami bisa mandiri. Babies are meant to be dependent on their parents, otherwise they'd be called adults.
Saya termasuk yang menjunjung tinggi slogan The Urban Mama - There's always a different story in every parenting style. Jadi sharing ini sekadar sharing saya secara pribadi mengenai pilihan saya. Saya tidak mengatakan pilihan saya paling benar dan yang lainnya salah.
I'm no researcher in child development, nor am I a child psychologist. But, I'm a mother. And I hope I have made the right choices in caring for my baby.
Nice article mbak :)
Saya setuju banget dengan quote mbak yang ini: "Babies are meant to be dependent on their parents, otherwise they’d be called adults", karena menurut saya peran orangtua sangat penting di usia golden year mereka ini.
Ditambah (curhat sedikit ya) agak sedih sih tiap denger komen mama mertua dan eyang uyutnya yang suka nanya "kapan baby adine mulai belajar bobo sendiri?". Mungkin karena saya terlalu menikmati peran jadi seorang Ibu, karena kapan lagi saya bisa deket bareng Adine kalau bukan di malam hari, sementara dari pagi sampai menjelang malam waktu saya sudah habis di kantor dan jalan karena macet :)
hehe aku kok ya terharu bacanya.. dan iya, saya percaya setiap bayi pasti bisa pasti akan mandiri dengan caranya sendiri. thanks for inspiring Mom!
Box bayinya Lio cuma kepake 2minggu hehehehe. Lama2 sy pikir koq ribet ya, tiap malam, tiap 2-3jam mesti ambil Lio dari box nya utk nenen, mana disusuinnya sambil dipangku, sampe tertidur lg, begitu sdh tidur ditaruh d boxnya lagi, ehh selalu kebangun. Begitu terus selama 2minggu, hasilnya, sy capek sendiri. Trus, sy dpt ide menyusui sambil tidur dr bbrp teman sy. Akirnya sy coba, sy bawa Lio tidur d ranjang sy, sy susuin dia sambil tiduran, hasilnya Lio tidur, sayapun tidur hahahhaa... Klo tengah malam Lio kebangun pun, betul sekali, tinggal buka baju, nen, tidur lg. Dan itu kebawa seterusnya, jdnya kita tidur bertiga, suami, sy, Lio d 1 ranjang. Yahh, sometimes, papanya tidur d kasur kecil d bawah klo lg pingin tidur bebas ;) Box bayinya kepake buat Lio maen2, tp jg cuma sebentar, krn Lio ga bs ditaruh d box, maunya melantai. Akirnya yah boxnya masuk gudang (pdhl sdh susah masang sendiri hihihi). Sampai skrg pun Lio (30 bulan) masi tidur sama2 dgn papa mamanya. Kadang klo Lio tidur sama opa omanya, malah sy yg merasa kehilangan, kyk ada yg kurang gitu... Sy jd makin menyadari klo waktu2 utk berdekatan, memeluk, menggendong, mencium anak itu waktu yg singkat. Nanti anak agak besar sedikit saja, sdh ga mau kita gandeng, ga mau digendong, malu klo dicium, maunya tidur sendiri hiks, sedih ngebayanginnya :( Jadi, anak akan mandiri dgn sendirinya, semua ada waktu n masanya. Nikmati saja kebersamaan dgn anak selagi anak masi kecil. Yg penting kita sbg ortu, always give our best. TFS mommies ;)
Setuju dengan bed sharing, krn sy hampir seharian diluar rumah untuk bekerja, moment tidur jelas harus dimanfaatkan untuk membangun bonding dengan ziey, bisa bobo sambil pegang tangannya, karena masih 2 bulan kadang suka takut mw peluk waktu tidur, masih takut kegencet tanpa sadar.. sayang buya-nya ndak berani tidur sama2 di kasur, alhasil ditambahkanlah extra bed, hahaha... tapi setidaknya kami masih dalam satu kamar.
bed sharing sudah dari anak pertama, sekarang sudah anak 4 tetap bed sharing juga, walaupun ditambah kasur single. (lah ngga muat sih) bapaknya digusur karena HP nya berisik kalau malam. :P. dalam hati kalau capek dan jenuh melanda ingin rasanya anak-anak disapih tidur dari saya. tapi setelah dipikir kayaknya mamanya jg ngga siap deh, karena sepiii...(misua sering tugas luar kota :P) box bayinya (dari anak pertama) sdh pensiun sebulan yg lalu, patah karena dimainin si kakak2 berfungsi hanya sebagai pelindung saja kalau aku sedang mengerjakan tugas rumah, takut baby jadi mainan kakak2 nya. kalau malam yaaaa semuanya nemenin mamanya. sebenarnya siapa sih ya yg dijagain... anaknya atau mamanya