Kekuatan Senam Hamil

"Udah nggak usah senam hamil, nggak ngaruh. Nanti pas ngelahirin boro-boro inget, yang ada panik dan lupa semua deh tuh!”

Begitulah komentar yang seringkali saya dengar tentang senam hamil dari para Mama yang sudah berpengalaman melahirkan dan ikut senam hamil. Mendengarnya saya hanya tertawa dan membayangkan saya akan mengalami kepanikan di ruang bersalin saat meregang nyawa untuk melahirkan seorang anak nanti.

Waktu itu kehamilan saya masih menginjak 13 minggu, belum terasa hal yang aneh-aneh. Ketika menginjak bulan 25 minggu, saya mulai merasa banyak sekali keluhan. Mulai dari betis yang pegal-pegal, kram kaki, sakit punggung, napas yang mulai terasa pendek dan keluhan-keluhan lainnya layaknya perempuan hamil lainnya. Salah satu solusinya memang harus banyak olahraga. Karena saya suka sekali renang, maka renang menjadi olahraga andalan saya sebelum akhirnya saya bisa ikut senam hamil.

Setelah googling sana sini dan baca-baca pengalaman orang lain di theurbanmama, saya memutuskan untuk senam hamil di Rumah Sakit Kemang Medical Care. Selain karena cukup dekat dengan rumah, saya merasa mendapat banyak keuntungan karena fasilitas dan tempat yang nyaman dengan biaya senam hamil yang hampir sama ditempat lain, bahkan ada yang lebih mahal.

[caption id="attachment_10035" align="aligncenter" width="500" caption="Suasana Kelas Senam Hamil "][/caption]

[caption id="attachment_10036" align="aligncenter" width="500" caption="Sesi presentasi sebelum senam dimulai"][/caption]

Sehat Berkat Senam Hamil
Saya masih ingat, pertama kali senam hamil saat usia kehamilan menginjak 27 minggu. Di kelas itu saya yang paling muda usia kehamilannya Seorang instruktur senam hamil pagi itu adalah seorang bidan, bernama bidan Tetty. Cantik, segar, ramah, dan sangat informatif. Bidan Tetty terlihat menguasai sekali soal kehamilan dan proses persalinan, mulai dari rasa sakit yang dialami si bumil, cara mengetahui kontraksi palsu, ciri-ciri kontraksi, seputar mitos kehamilan yang dipatahkan dengan alasan logis dan ilmiah, dan banyak hal lainnya. Ia juga seorang bidan yang pro ASI. Semua terlihat jelas dari jawaban dan penjelasannya di setiap sesi tanya jawab.

Ternyata senam hamil saya berbeda dari cerita teman-teman yang katanya gerakannya cuma stretching dan senam ringan selama 40-60 menit. Senam hamil saya berlangsung dari jam 9 pagi sampai sekitar jam 12 atau jam 1 siang. Terdiri dari 3 sesi. Satu jam pertama adalah presentasi dari dokter dengan topik yang berbeda setiap minggunya. Mulai soal IMD, Kelahiran Normal, Persalinan Cesar, Bayi Kuning, dan topic menarik lainnya untuk calon orangtua baru. Selanjutnya barulah senam hamil dimulai sampai sekitar 60 menit. Sambil istirahat menunggu relaksasi, diselingi sesi tanya jawab. Semua pesan-pesan menjelang persalinan disampaikan oleh bidan Tetty dan siapapun boleh bertanya sampai mereka mengangguk puas. Kadang bisa 20-40 menit. Baru kemudian relaksasi yang sering membuat peserta senam hamil tertidur saking nyamannya.

Pelajaran awal yang terpenting yang saya dapat disana adalah napas. Napas akan menjadi kunci utama saat melahirkan. Napas perut, dada, diafragma dan nafas panting yang digunakan setelah mengejan. Rasanya sepele memang, urusan napas saja kok susah, batin saya pada awal pertemuan. Tapi ternyata pada saat itu, saya yang sok tau ini malah melakukan kesalahan bernapas. Silakan dicoba melakukan napas perut. Tarik napas panjang, perut membesar, buang napas perut mengempes. Waktu itu, saya malah melakukan sebaliknya. Tarik kempes, buang kembung.

Dalam senam hamil, si calon ayah juga terlibat. Karena dialah salah satu orang yang akan mendampingi saat melahirkan nanti. Jadi ilmunya harus satu frekwensi. Selain juga bisa membantu mengingat berbagai gerakan yang diajarkan disana untuk dilatih dirumah. Rasanya senang sekali melihat para calon ayah mendampingi istrinya ikut senam hamil. Ada beberapa gerakan yang sepertinya memang diciptakan dengan membutuhkan bantuan orang lain. Seperti gerakan dari jongkok ke berdiri dan latihan mengejan. Sepertinya ini salah satu cara juga untuk memperkuat ikatan si calon ayah dan ibu dalam mempersiapkan persalinan.

[caption id="attachment_10038" align="aligncenter" width="375" caption="Bidan Tetty yang mencerahkan dan menenangkan hati para bumil"][/caption]

[caption id="attachment_10039" align="aligncenter" width="500" caption="The memorable music..ever!"][/caption]

Sepanjang senam para ibu-ibu hamil ini dibuai dengan musik dari Babbies love collection seri Phill Collins dan musik dari CD Prenatal Baby Learning. Saya sampai semangat membeli CD yang sama supaya bisa diputar di rumah. Dan sesi yang paling saya tunggu adalah relaksasinya. Ketika sedang relaksasi, ibu dan bayi di dalam perut rasanya diajak relax, menembus gelombang teta. Masuk sebuah alam bawah sadar yang indah sekali. Semua peserta diajak untuk mengakses suasana kedamaiannya sendiri. Setiap kali saya sedang relaksasi, saya selalu terbawa ke Ubud, Bali, tempat saya melakukan yoga ditepi sungai waktu bulan dulu. Ingatan itu membuat saya nyaman dan akhirnya tertidur. Deep sleep. Saya merasa tertidur lama sekali, padahal hanya 15 menit. Pulang dari senam hamil selalu segar, ceria, dan saya bahkan si ibu hamil ini bisa diajak menggalang sepuluh ribu langkah di Mal! Satu hal yang terpenting, semenjak senam hamil, semua keluhan saya berkurang drastis.

Percaya Diri menjelang melahirkan
Hari penting itu tiba. Sudah masuk 40 minggu, saya nggak mules-mules juga. Dokter Nurwansyah, dokter Obgyn saya memutuskan agar saya masuk RS segera. Dokter hanya memberikan toleransi 2 hari, jika tidak mules juga maka terpaksa ‘dibongkar’. Karena sejak awal tidak ada masalah dan mind setting saya akan melahirkan dengan normal, saya tetap percaya diri dan bertahan meminta persalinan normal ditengah opsi cesar yang ada. Pilihan terakhir, induksi. Di sinilah semua latihan di senam hamil sangat berguna.

Saya mulai di induksi pada senin (21/2) pukul 9 pagi. Setelah 10 jam, induksi mulai bekerja aktif. Senyum mulai menyusut. Rasa mulas yang luar biasa mulai menyerang bertubi-tubi, datang sepuluh menit sekali secara konstan. Saya terus terngiang pesan bidan Tetty, makan apapun yang bisa mempertahankan atau menambah tenaga untuk mengejan. Nafsu makan lambat laun menghilang dengan rasa sakit yang dahsyat.

Di situlah strategi yang diajarkan bidan Tetty bekerja dengan baik. Ia menganjurkan agar menjelang proses melahirkan, cari manajemen ketenangan sendiri. Setiap orang berbeda-beda, ada orang yang relaks mencium bau teh, kopi, atau makan coklat. Apapun itu, silahkan dipersiapkan menjelang proses persalinan agar tetap tenang dan lancar. Saya dan suami pun pun sudah mempersiapkan hal itu jika dibutuhkan.

Menciptakan manajemen ketenangan
Pada saat menjelang persalinan, suami saya memberikan stress ball. Bola kecil yang terbuat dari karet itu terus saya genggam ditangan saya. Selain sibuk mengatur handycam untuk dokumentasi, dia juga terus memutar lagu-lagu agar saya merasa nyaman seperti pada saat senam hamil. Di ruangan itu, hanya ada kami berdua. Saling menatap untuk memberikan kekuatan. Tentu ini juga sesuatu yang mendebarkan bagi si calon ayah, pengalaman pertama ada di ruang persalinan. Tapi kami berdua meminimalisir ketegangan dengan menonton film, cerita-cerita konyol, dan dan foto-foto.

[caption id="attachment_10064" align="aligncenter" width="375" caption="Biar tegang, dokumentasi tetap jalan "][/caption]

Jujur, seharian saya deg-degan, tapi makin beranjak malam keadaan memang makin mendebarkan. Belum lagi keluarga yang menjenguk silih berganti, kadang membuat konsentrasi menipis karena malah memandang raut-raut muka yang bikin saya tambah tegang. Untung suami saya tanggap dan tidak membiarkan ada banyak orang di ruangan. Semakin kontraksi saya kuat, semakin sedikit orang didalam dan tinggallah  kami berdua dan para pekerja medis.

"Tarik napas, Bun..." Suami saya terus mengingatkan saya. Stress ball saya genggam kuat sekali setiap ada rasa sakit yang datang. Energi memang terasa menguap cepat tapi perang belum dimulai. Saya menarik napas panjang dan melepaskannya perlahan. Satu kekuatan datang. Dan satu persatu drama menjelang persalinan yang pernah saya dengar akhirnya bermunculan. Ketenangan mulai lari berhamburan, badan sudah tidak ada rasa, tornado hebat terasa di perut dan merambat ke sendi-sendi lain. Logika sudah melipir entah kenapa.

Menjelang maghrib, saya tahu tubuh saya butuh tenaga, tapi makanan yang tadi sore tampak menarik di atas nampan itu mendadak seperti makanan basi dan membuat saya tidak nafsu.

"Bun, mau donat?"

Aha! Saya mengangguk lemah. Lumayanlah segigit dua gigit untuk dikunyah. Ada sekotak donat bertoping oreo, kenari, dan greentea. Donat kesukaan saya yang memang dipersiapkan untuk keadaan'genting' ini.

"Greentea latte, Bun?"
Saya mengangguk cepat. Dan kakak saya pun diberdayakan untuk memboyong segelas besar greentea latte andalan saya ke dalam ruang persalinan. Setiap kali habis kontraksi hebat dan keleahan, suami saya menyodorkan minuman ini untuk saya teguk. Saya pun merasa ada sebuah aliran kesegaran menjalar di tubuh saya dengan cepat, bahkan lebih cepat dari air dari selang infus di tangan saya.

[caption id="attachment_10040" align="aligncenter" width="222" caption="Segelas energi disaat'genting' "][/caption]

Gigit donat, kontraksi, meremas stress ball, menyedot greentea latte, tidur, kontraksi lagi. Aktivitas itu terjadi berulang-ulang hingga akhirnya dokter masuk dan memberitahukan saatnya tiba! Dan mendadak semua berjalan dengan sangat cepat. Suster dengan sigap mempersiapkan semua kebutuhan proses persalinan. TV kamar dimatikan. Denting suara alat-alat kedokteran terdengar jelas. Dokter mengajak saya bercanda. Suara CD dibiarkan tetap mengalun. Handycam sudah on di  samping tempat tidur saya. Saya memandang suami saya, takut.. tapi saya sudah tidak bisa berkata apapun.

"Bismillah Bun... Saatnya praktekkin senam hamil, pasti bisa." Suami saya mengusap punggung saya memberi kekuatan. Dalam kepasrahan Saya menatapnya tajam. Easy to say, hun..  Suami saya tersenyum mungkin takut terjadi penjambakan atau pencakaran seperti cerita para 'korban' di ruang persalinan.

[caption id="attachment_10061" align="aligncenter" width="500" caption="Detik-detik menegangkan yang terekam dalam video.. keep breathing! :)"][/caption]

"Jangan mengejan sebelum saya minta ya.." Perintah dokter. Suster meminta saya menarik kedua kaki kearah belakang. Tarik nafas panjang, mulut tutup, mata harus tetap terbuka dan mengejan. Semua persis seperti apa yang diajarkan dikelas senam hamil.

"Oke.. Bagus.. Kepala sudah mulai keluar. Tahan sebentar ya.." Dokter mengomando.
"Napas perut, Bun.. " Suami saya berbisik. Saya melakukannya secara otomatis.
"Ya! Mengejan sekarang!"

Saya mengulangi proses itu sebanyak dua kali dan rasanya saat itu saya sudah tidak bertenaga lagi, tapi saya terus melakukan apa yang sudah dilatih selama berminggu-minggu. Tanpa teriakan seperti di film-film, hanya desahan napas dan asma Allah yang saya ucapkan pelan. Dan akhirnya, saat itulah seorang makhluk kecil berlumuran darah ditaruh sang dokter di atas perut saya ..

"Subhanallah.. "
"Alhamdulillah.. "
Saya dan bersuami berkata bersahutan. Dan rasa sakit dan aktivitas diujung sana sudah teralihkan dengan makhluk yang merangkak naik diatas tubuh saya.

Suster Rumah Sakit malam itu memuji saya. "Hebat Bu, nggak berisik. Padahal biasanya anak pertama suka jerit-jerit." Saya cuma tersenyum. Semua ini berkat simulasi senam hamil oleh sang Bidan. Semua permasalahan dan drama menjelang persalinan memang saya alami, dan saya bersiap mengantisipasinya. Kekuatan senam hamil ternyata luar biasa!

Belakangan saya tahu senam hamil yang dilakukan oleh sang bidan adalah perpaduan antara Hatha Yoga, Hypnobirth dan pengalamannya sebagai seorang bidan dan ketulusannya mengedukasi ASI.

Sampai sekarang, setiap kali saya memutar CD itu, selalu muncul kenangan saat senam hamil dulu. Satu hal yang membuat saya berkesan adalah setiap kali kelas akan dimulai, sang bidan selalu mengajak semua peserta untuk bersyukur bisa diberi kesempatan merasakan kehamilan, sebuah pengalaman hebat dalam perjalanan seorang perempuan. Dan saya selalu bahagia mengingat momen itu. Persiapannya tentu akan berbeda dan lain cerita kalau saja saya meremehkan peran senam hamil. Apa yang diberikan di senam hamil yang saya ikuti itu, bukan hanya semata melatih kekuatan fisik tapi juga mental. Mental untuk menanti sebuah momen besar dalam hidup seorang perempuan, sesaat sebelum menjadi ibu. :)

[caption id="attachment_10062" align="aligncenter" width="500" caption="Mantan peserta senam hamil :D"][/caption]

35 Comments

  1. avatar
    ratihrisnawaati October 23, 2014 4:58 pm

    bermanfaat sekali infonya, membantu saya yang sedang mengandung anak pertama, 27 weeks, aga degdegan juga yaak denger cerita orang melahirkan, info bunda bunda cantik, untuk daerah bandung di mana ya
    ng ada prenatal yoga?

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    Ayu Widyani March 19, 2014 11:31 am

    Wah baca artikel ini jadi ingat masa2 melahirkan anak pertama dan kedua. Dan hamil keduanya itu aq juga ikut kelas senam hamil... bener memang senam hamil berguna bgt buat qt terutama utk pernafasan. Dimana saat kontraksi datang disanalah fungsi mempraktekkan pernafasan yg benar yg sudah diajarkan waktu kelas senam hamil. Astungkara kedua anakku lahir secara normal, tanpa teriak2, tanpa "mengorbankan"suami dan proses juga lebih cepat... Dan skr pun aq lagi hamil anak ketiga sudah 27 weeks dan sedang ikut kelas senam hamil lagi hehehe jadi ketagihan krn manfaatnya itu lho.. Semoga anak ketiga bisa lahiran normal dan lancar sama seperti kakak2nya.. Astungkara....

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    Chairunisa June 12, 2013 10:51 am

    wah..seru Bun :) *cepet-cepet cari info senam hamil deh* ;)

    1. avatar

      As .



  4. avatar
    gie_ps January 25, 2013 5:44 pm

    Wuaa,, keren mba. Ampe terharu bacanya
    Aq rencana lahiran di Abu Dhabi. Moga nemu kelas senam hamil yang oke juga di sini. Dah 30w sekarang :)

    1. avatar

      As .



  5. avatar
    Cintadi Indra March 1, 2012 4:04 pm

    wahh, betul2 bermanfaat ya mom? jadi nyesel dulu gak ikut kelas senam hamil di KMC pdhl pasien disitu, hehe(cuma senam2 sendiri hasil nyontek youtube di rumah).. beda kayanya ya kalo rame2 & ada pemandu profesionalnya :D

    jadi (agak) menyesal jangan2 karna gak rajin senam dulu pas melahirkan gak lancar jaya..akhirnya di CS juga..meskipun yaa alhamdulillah, ibu & bayinya sehat wal afiat :)

    TFS mom!

    1. avatar

      As .