Tips Perjalanan Dinas untuk Ibu Menyusui

Salah satu tantangan ibu pekerja yang sedang menyusui adalah harus meninggalkan buah hati untuk perjalanan dinas ke luar kota. Saya sendiri sudah tiga kali meninggalkan anak kedua saya (6 - 7 bulan) untuk rapat kerja di luar kota. Dengan pertimbangan kesehatan, keamanan, dan kenyamanan, saya dengan berat hati meninggalkan si kecil di rumah, dirawat oleh pengasuh bersama kakak dan bapaknya.

Berbagai persiapan saya lakukan sebelum dan selama keperluan dinas untuk memenuhi kebutuhan ASI eksklusif si kecil. Mengingat produksi ASI saya semakin menurun, maka saya perlu menyiasati waktu dan frekuensi memompa ASI di mana pun dan kapan pun saya bisa.

Dimulai dari persiapan di rumah:


  1. Sebelum berangkat, saya menyiapkan stok ASI perah yang cukup (kebutuhan 2-3 hari) untuk memenuhi asupan ASI bayi selama saya tinggal pergi.

  2. Karena si kecil biasanya co-sleeping dengan saya, beberapa hari sebelum berangkat dinas, saya melatih si kecil untuk tidur malam dengan pengasuhnya sehingga saat saya tinggal pergi sudah terbiasa.

  3. Tidak lupa juga saat malam hari, membiasakan minum ASI perah dengan menggunakan media botol dengan pengasuh.


Setelah selesai menyiapkan kebutuhan di rumah, selanjutnya adalah menyiapkan diri saya sendiri menjelang keberangkatan:

  1. Pelajari terlebih dahulu jadual dan detail acara rapat kerja mulai dari transportasi yang digunakan, waktu keberangkatan, meeting point, waktu rapat, coffee break, lokasi penginapan, acara indoor/outdoor, waktu pulang, dan lainnya. Hal ini berguna untuk mengatur strategi kapan dan di mana saya harus memompa ASI serta fasilitas apa saja yang kemungkinan tidak akan saya dapat dan antisipasi solusinya.

  2. Mencaritahu ketentuan membawa ASI di pesawat. Sesuai informasi dari teman saya yang pramugari, ketentuan membawa ASI di kabin pesawat rute dalam negeri tidak terlalu ketat, hanya saja sebaiknya hindari membawa blue ice besar karena dikategorikan barang berbahaya. Sebagai alternatif, saya menggunakan blue ice kecil berbentuk binatang lucu untuk menyamarkan dan es batu yang dimasukkan plastik es lilin.

  3. Tidak lupa meminta izin kepada atasan bahwa saya masih masa menyusui dan membutuhkan waktu untuk memompa ASI di sela-sela waktu rapat. Alhamdulillah atasan mengerti kondisi saya dan memberi izin untuk memompa ASI disela waktu rapat dengan catatan tidak mengganggu kegiatan rapat itu sendiri.

  4. Membawa seluruh perlengkapan breastpumping ke mana pun saya pergi. Perlengkapan breastpumping ini saya masukkan jadi satu bersama keperluan dinas lainnya ke dalam tote bag yang cukup besar. Praktis, multifungsi, ringan, tidak terlihat mencolok, atau menimbulkan pertanyaan dan tetap stylish. Sementara untuk ASI hasil perahan saya masukkan ke dalam cooler bag berisi plastik kantong ASIP dan kotak container.


Yogyakarta dan Bandung merupakan dua kota tujuan untuk perjalanan dinas. Walaupun relatif dekat dengan Jakarta, tetapi cukup memakan waktu (kira-kira 3-4 jam perjalanan) mulai dari saya berangkat dari rumah, ke bandara/kantor bahkan sampai di tempat tujuan baik dengan transportasi udara (pesawat) maupun darat (bis). Oleh karena itu saya membutuhkan persiapan untuk menyiasati waktu untuk memompa ASI selama di perjalanan. Berikut ini hal-hal yang saya lakukan selama di perjalanan:


  1. Saya berusaha memompa ASI terlebih dahulu ½ jam sebelum berangkat ke bandara/kantor atau sebelum acara dimulai. Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan perjalanan/waktu acara yang cukup panjang dan tidak ada waktu/tempat untuk memompa ASI. Pada saat di bandara Soekarno Hatta, sambil menunggu waktu boarding, saya gunakan waktu memompa ASI di toilet ruang tunggu yang relatif cukup bersih. Namun saat di bandara Adi Soetjipto, saya tidak menemukan lokasi yang memadai untuk memompa ASI. Begitu pula saat acara outdoor (amazing race keliling ke beberapa lokasi wisata di Yogyakarta atau offroad ke hutan Cikole, Bandung) yang memakan waktu 6 jam, saya sama sekali tidak menemukan tempat yang layak untuk memompa ASI, sehingga saya harus menunggu sampai kembali ke hotel/wisma untuk memompa ASI lagi.

  2. Menggunakan breastpad, membawa pakaian dalam ganti dan pashmina untuk mengantisipasi/menutupi terjadinya rembesan ASI akibat tidak dipompa dalam waktu lama.

  3. Pada saat perjalanan menggunakan bis Jakarta – Bandung – Jakarta, saya berusaha duduk di antara para wanita/ibu-ibu. Hal ini cukup menguntungkan karena saya bisa memompa ASI dengan ditutupi pashmina sambil menikmati pemandangan tol Cipularang tanpa terganggu oleh kehadiran rekan kerja pria.


Sesampainya di hotel/wisma, setelah check in atau sebelum acara dimulai, hal pertama yang saya lakukan adalah menghubungi pihak concierge/room service untuk menitipkan container bertuliskan “ASI ibu Shinta, Kamar no….., Harus Beku, Freezer” berisi ASI perah  di freezer café/pantry. Berdasarkan pengalaman, kulkas yang ada di kamar hotel ukurannya kecil dan biasanya tidak ada freezer. Pastikan ke pihak hotel agar ASI perah yang dititipkan harus masuk ke dalam freezer dan selalu dalam keadaan beku. Saya pernah kecewa saat fasilitas freezer di salah satu hotel yang saya inapi tidak terlalu dingin, sehingga ASI perah saya tidak beku sempurna. Untungnya tidak sampai basi dan masih bisa dikonsumsi oleh si kecil.

Pastikan juga kantong plastik/wadah ASI perah tertutup sempurna sehingga tidak ada ASI yang tumpah/luber seperti pengalaman saya sebelumnya. Sedih rasanya melihat ASI perah 100 ml tumpah karena kecerobohan saya kurang kencang menutup kantong plastik ASI dan meletakkan sembarangan di meja.

Pada saat acara kedinasan berlangsung, saya berusaha disiplin dan konsisten mencari waktu untuk memompa ASI. Adapun waktu yang paling efektif untuk memompa ASI adalah di saat coffee break (pukul 10 pagi dan 4 sore) dan siang hari pukul 12-1 waktu ishoma (Istirahat, Sholat, Makan) sehingga tidak mengganggu jalannya rapat.

Berbagai tempat saya pakai untuk memompa ASI: toilet hotel, kamar tidur hotel dan musholla di tengah hutan pinus. Walaupun tempatnya tidak memadai, kurang higienis atau dalam kondisi darurat, usahakan sebelum dan sesudah memompa ASI, tangan dan peralatan breastpumping dicuci bersih. Peralatan breastpumping disteril menggunakan air panas setelah sampai di hotel.

Alhamdulillah, dengan usaha sedemikian rupa, pulang dari dinas luar kota saya dapat membawa oleh-oleh ASI perah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ASI eksklusif si kecil. Kuncinya adalah disiplin dan konsisten dalam menjalankan kewajiban memompa ASI  di mana pun dan kapan pun.

Semoga pengalaman ini bermanfaat. Ditunggu tips lain dari para Urban Mama dalam menyiasati perjalanan dinas untuk ibu menyusui.

10 Comments

  1. avatar
    Henny August 14, 2016 7:25 pm

    Terima kasih mama, kebetulan mau bisnis trip dalam waktu dekat ini. Tips nya berguna sekali

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    maichara June 1, 2016 12:58 pm

    jadi ingat dulu jamannya mesti keluar kota, untung teman sekantor Bapak2 yang sudah hatam jadi ayah ASIP. Mereka malah ingetin untung pumping dan sampai bantu bawakan tas isi ASIP, hahaa..

    Semangat ya work moms!

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    wirasti s April 20, 2016 3:11 pm

    Mantap mbaakk.. Pumping anywhere everywhere.. Hahaa

    1. avatar

      As .



  4. avatar
    Shinta Daniel April 19, 2016 7:46 am

    @Siska, Ninit, Zata, Cindy, Ella, Aini: terima kasih, semoga bermanfaat sharingnya untuk sesama ibu pekerja yg sedang menyusui

    1. avatar

      As .



  5. avatar
    Retno Aini April 15, 2016 1:30 am

    Ini yang masih bikin aku sampai sekarang salut n kagum sama para mama yang rajin menabung ASI, sampai saat travelling pun... persiapan & komitmennya jempolan benerrr deh xD thanks ya mba Shinta utk sharing tipsnya :D

    1. avatar

      As .