Berlibur ke Lombok bersama Anak-anak
Pulau Lombok, yang bentuknya seperti huruf Q terbalik ini memiliki banyak potensi pariwisata yang tentunya sangat indah. Berdasarkan pengamatan saya secara parsial, bila di Pulau Bali kita melihat demografis wisatawan domestik dan mancanegara, banyak wisatawan turut serta membawa anggota keluarganya secara 'full-team' (kakek-nenek sampai cucu-cucu). Namun tidak sama halnya dengan di Pulau Lombok, wisatawan yang kami temui didominasi pasangan muda dan grup pertemanan, jarang rasanya yang membawa anak-anak.
Awal Oktober 2015 adalah pertama kalinya saya berkesempatan mengunjungi Pulau Lombok bersama anak-anak. Untuk sampai di Pulau Lombok, kami menggunakan jalur darat dari Surabaya, sekitar 20 jam termasuk menyeberangi Selat Bali dan Selat Lombok.
Hari pertama tiba di Mataram (ibukota Lombok), kami masih kecapekan. Jadi kami hanya mengunjungi Pantai Ampenan di Ampenan dan melihat sunset di Senggigi. Ampenan adalah kota tua di pulau Lombok, di masa penjajahan Belanda sempat dijadikan pelabuhan. Sempat juga ada wacana untuk meneruskan kembali Ampenan sebagai pelabuhan, tetapi tidak jadi karena faktor ombak saat ini yang tidak memungkinkan.
Di hari kedua, kami mengunjungi tempat wisata air terjun Otak Kokoq di Kabupaten Lombok Timur. Perjalanan menuju air terjun Otak Kokoq memakan waktu sekitar 1,5 jam dari kota Mataram. Akses ke tempat tersebut agak rusak, jalan ke Otak Kokoq ini juga menghubungkan ke desa wisata Tetebatu tetapi kami tidak berkunjung ke sana karena menurut penduduk lokal, akses jalannya lebih rusak lagi. Kami menikmati mandi di bawah pancuran air terjun, airnya segar dan bersih sekali. Kami juga menyantap sate bulayak, sate kebanggaan orang Lombok yang nikmat sekali. Dari Otak Kokoq, perjalanan kami berlanjut ke Pantai Kuta di Kabupaten Lombok Tengah. Baru kali itu saya merasakan tekstur pasir pantai seperti butiran merica. Pantai Kuta juga dijadikan tempat untuk budidaya rumput laut. Anak-anak senang sekali mengamati, merasakan tekstur dan mengetahui warna rumput laut sebelum diolah. Mereka juga mencicipi rumput laut yang asli, asyik sekali. Ketika kami datang pantainya agak surut, jadi anak-anak bisa bermain air dan pasir lebih lama.
Pada hari ketiga, kami mengunjungi Gili Nanggu, pulau kecil di Lombok Timur. Perjalanannya sekitar 1,5 jam dari Mataram, dilanjutkan dengan perjalanan hingga Pelabuhan Tawun, kemudian menyebrang ke Gili Nanggu selama 15 menit. Sebenarnya kami ditawarkan paket 'Island Hopping' ke 3 Gili (Gili Nanggu, Gili Sudak, dan Gili Kedis), tetapi kami hanya mengambil satu pulau saja karena keterbatasan uang tunai (lupa ke ATM!). Ombak di pantai pulau Gili Nanggu tidak terlalu besar dibandingkan di Gili Trawangan. Di sini kami menikmati bermain berkejar-kejaran dengan ikan-ikan yang jinak, air lautnya hangat, pasirnya halus seperti body scrub. Rasanya betah lama-lama di sini.
Di hari keempat, karena suami ada keperluan di kantor, kami mengunjungi Museum NTB dan salah satu mal besar di Mataram yang baru buka. Untuk koleksi museum, menurut saya kurang lengkap. Isi museumnya kebanyakan mengenai geografi NTB dan demografi masyarakat NTB, serta adat istiadat masyarakat. Yang menarik bagi anak-anak adalah buaya awetan sepanjang 4 meter yang dipamerkan di museum.
Pada hari kelima, kami mengunjungi Desa Sembalun, yaitu salah satu desa yang indah yang berada di kaki gunung Rinjani. Perjalanannya dari Mataram memakan waktu sekitar 3 jam. Jalan menuju Sembalun naik turun gunung, tetapi pemandangannya indah sekali. Aktivitas yang kami lakukan di sana adalah memetik stroberi dan menikmati udara di kaki gunung Rinjani. Buah stroberi di Sembalun besar-besar dan manis, khas sekali, dan bisa dibawa pulang untuk oleh-oleh. Untuk jalan pulang dari Desa Sembalun, kami tidak melewati jalan yang sama ketika berangkat, melainkan kami menuju Mataram lewat Kabupaten Lombok Utara (Bayan-Tanjung-Bukit Malimbu-Senggigi). Dari Bukit Malimbu kita bisa menikmati pemandangan tiga gili yang terkenal (Gili Trawangan, Gili Meno, Gili Air). Kami sempat singgah di Pasar Seni Senggigi untuk membeli souvenir kerang laut dan mutiara. Harga yang ditawarkan penjual masih wajar dan rasional, puas sekali berbelanja oleh-oleh di sana.
Keesokan harinya kami mengunjungi pusat oleh-oleh Lombok di Toko Phoenix, lalu melanjutkan perjalanan ke Desa Sade dan pantai Tanjung Aan. Desa Sade dihuni oleh suku Sasak, yang terkenal dengan kearifan lokalnya. Masyarakat setempat mengepel rumah dengan 'limbah' kerbau, alasannya supaya tidak berdebu dan ternyata 'limbah' kerbau sendiri mengandung selulosa yang dapat menjadi perekat retak-retak rambut di lantai. Suku Sasak di Desa Sade juga beraktivitas (makan, tidur, bercengkrama, menenun) di lantai yang sudah dipel tersebut. Dari Desa Sade, perjalamam kami berlanjut ke pantai Tanjung Aan. Pantai Tanjung Aan masih segaris dengan pantai Kuta, tetapi untuk mencapainya harus melewati akses jalan yang setengahnya rusak. Pantai ini terkenal dengan dua jenis pasirnya (pasir halus dan pasir seperti merica) dan dibatasi oleh karang besar. Seperti biasa, anak-anak senang sekali bermain air dan pasir di pantai, sementara ibunya bagian dokumentasi. Indah sekali!
Setelah enam hari yang sangat menyenangkan di Lombok, keesokan harinya kami pulang naik pesawat langsung rute Lombok-Bandung. Berikut ini beberapa tips bagi urban mama-papa yang ingin berlibur ke Lombok bersama anak-anak:
- Untuk makanan, yang terkenal di Lombok adalah nasi campur. Citarasanya tidak pedas, lauk-pauknya banyak, sayur juga tersedia, harga untuk satu lauk pauk/sayur berkisar 5-6 ribu rupiah. Cukup oke untuk anak-anak. Mungkin juga karena banyak orang Jawa di pulau Lombok, untuk rasa di lidah kami cocok-cocok saja. Urban mama-papa juga bisa menemukan gudeg, soto, capcay, dan rata-rata harga untuk sekali makan kami sekeluarga adalah Rp. 55.000,- (porsi bertiga), air mineral botol sekitar Rp. 4000,- dan jus buah sekitar Rp. 7000-8000,-. Kalau makanan khas Lombok (ayam taliwang, plecing kangkung, ares, sate rembiga), kami tidak mencicipinya karena khawatir pedas untuk anak-anak.
- Untuk penginapan, kebetulan karena suami dinas di kota Mataram, kami tinggal di rumah dinas. Tetapi untuk keluarga banyak hotel yang menawarkan harga Rp. 300.000-400.000,- per malam, sudah cukup untuk 2 dewasa dan 2 anak-anak, dan dapat fasilitas sarapan. Saran saya lebih baik menginap di satu tempat saja, misalnya hotel di daerah Mataram, Ampenan, atau Senggigi, karena jarak ke tempat-tempat wisata di pulau Lombok ini masih bisa ditempuh bolak-balik. Untuk ke Gili Trawangan, lebih baik menginap di sana karena faktor ombak sore hari lumayan tinggi dan besar.
- Untuk kendaraan, kebetulan kami membawa kendaraan sendiri. Bila hendak menyewa mobil, biayanya Rp. 350.000-450.000,- per hari, belum termasuk supir dan BBM, juga tergantung merk dan tipe mobil yang dipilih. Tidak disarankan menyewa motor, karena angin di Pulau Lombok lumayan kencang, apalagi kalau ada anak-anak.
- Tiket pesawat LOP-BDO berkisar antara Rp. 600.000,- sampai dengan 1 juta rupiah sekali jalan, tergantung low/peak season, weekday/weekend. Jadi pastikan rencana liburan urban mama dengan matang.
- Untuk sewa perahu ke Gili Nanggu sekitar Rp. 300.000,-. Bila ingin tambah 'island hopping' ke Gili Sudak dan Gili Kedis, urban mama-papa bisa menambah Rp. 100.000,- lagi. Untuk ke Gili Trawangan berkisar antara Rp. 700.000,- (private boat) atau Rp 15.000,- dari Pelabuhan Bangsal.
- Untuk tempat wisata, kami sengaja tidak mengunjungi air terjun mengingat medan untuk menuju ke tempat wisatanya cukup terjal, juga banyak anak tangga dan licin. Tetapi untuk air terjun Otak Kokoq, anak tangganya hanya sedikit dan sudah disemen.
- Bergembira dan berdoa, santai menikmati perjalanan. Setiap hari kami memulai perjalanan pukul 08.30 atau 09.00 WITA dari Mataram; pastikan urban mama-papa dan anak-anak sudah sarapan, membawa bekal air mineral, buah, serta snack, serta pastikan membawa uang tunai yang cukup. Pastikan membawa mainan dan hiburan anak-anak seperti pensil warna dan kertas, CD lagu atau film anak-anak.
Bagi urban mama-papa yang hanya punya waktu sedikit untuk menikmati Pulau Lombok, berikut alternatif itinerary untuk 4D/3N :
- Hari ke-1, setelah sampai di Bandara International Lombok, lanjut ke Desa Sade-Pantai Kuta-Pantai Tanjung Aan-Pantai Mawun-Pantai Selong Belanak (opsional).
- Hari ke-2, urban mama-papa bisa melakukan island hopping ke Gili Trawangan atau Gili Nanggu. Pastikan jangan terlalu sore untuk kembali ke pelabuhan.
- Hari ke-3, eksplorasi pulau Lombok dari ujung ke ujung via Mataram-Narmada-Sembalun-Bayan-Tanjung-Senggigi-Ampenan. Empat kabupaten dan satu kota di pulau Lombok sudah dilewati dalam satu hari.
- Check-out, beli oleh-oleh, lalu ke bandara.
Banyak destinasi wisata di Pulau Lombok yang belum kami jelajahi, inginnya menunggu anak-anak cukup besar dulu deh, agar kuat naik turun tangga sendiri. Benar apa yang ditulis Gagas Ulung, dalam bukunya yang berjudul Uniquely Lombok-Sumbawa, bahwa tidak cukup sekali ke pulau Lombok.
Pengen juga ke Lombok, tp baby S masih 8 bulan, tar aja deh kalo udh agak gedean
Mbak Dini,,,,hayuuuuk main ke Rinjani :)
Ya betul 20 jam kalo tancap gas, mam. Tapi bisa ngecamp di pos2 tertentu. Saya dulu ngecamp selalu di pos 2 (pas pergi dan pulang), saya tipe pendaki takut gelap hohoho.
Enaknya di Rinjani ini, porternya keren, selain bisa bawa barang2 kita, mendirikan tenda, mereka juga menawarkan servis makan. Sayang waktu saya dulu porternya agak 'nakal' jadi beneran nanjak berdua :D
Alur pendakian biasanya:
Sembalun-Puncak Rinjani-turun ke danau segara anak-Senaru (pulang pergi beda jalur), kalau saya dulu cuma sembalun-puncak Rinjani-Sembalun. Untuk bawa anak2, memang PR karena setelah pos 3 udah mulai berbatu, saya cuma sampai plawangan(pos terakhir sebelum puncak Rinjani), suami aja yg summit, ngeri bawa gembolan di perut untuk nanjak krikil :D
Ah jadi kangen ke Lombok lagiii... Waktu itu baru sampai Tanjung Aan, belum sampai ke pantai Mawun & pulau2 Gili. OK banget ini itinerary dari mba Dini, terutama kalau jalan sama anak2. Thanks yaaa :D
@eka gobel : iya mbak eka, seru sekali di Lombok,dan sangat instagram-able pemandangan nya.
@zata ligouw : ayo jangan ragu2 ke Lombok, pasti anak2 suka..
@devi zulkarnain : iya penduduknya ramah Mam, aku pengen bgt sama anak2nya ke Rinjani, tp medan lumayan berat ya..hiking, trekking and climbing nya total 20 jam, katanya..
@gabriella : ayo Mam, kesana, tp lbh baik pas summer biar semua bisa dijelajahin..
Wah jadi pengin liburan ke Lombok sama keluarga nih. Makasih ya Dini, tipsnya lengkap banget!