Cerita Ngidam

Waktu masih lajang dulu, saya sebenarnya agak-agak curiga sama ibu hamil yang ngidam. Itu beneran ngidam atau cari perhatian suami, keluarga terdekat, atau teman. Habis, kesannya seakan-akan mengada-ada. Dari yang mulai ngidam hanya bisa makan sambal, pecel, mangga muda, ga bisa nyium bau suami, sampe ingin makan mangga curian. Apalagi dengan adanya mitos kalau ibu hamil ngidam dan nggak diturutin, nanti bayinya jadi ileran. Nah, jadi makin semangat kan orang-orang terdekat mereka untuk mengikuti keinginan ibu hamil.

Ketika hamil anak pertama. Saya menyugesti diri sendiri kalau saya tidak percaya dengan ngidam. Selama saya merasa perhatian suami dan keluarga mencukupi, kenapa saya harus minta yang aneh-aneh? Dan ketika suami saya sempat sibuk bekerja dan sempat tidak memperhatikan saya selama beberapa hari. Saya juga menyugesti diri sendiri bahwa itu dilakukan suami saya untuk keluarganya sehingga tidak seharusnya saya menuntut hal-hal yang membuat suami dan keluarga saya pusing tujuh keliling untuk menuruti keinginan ngidam saya.

It works!

Selama 8 bulan saya hamil anak pertama. Saya tidak ngidam sama sekali, tidak mual, tidak muntah-muntah, diajak jalan kemana aja dan dengan kendaraan apa aja sanggup. Kalo kata orang, saya hamil kebo. Jadi kayak ngga berasa hamil. Dan, saya pun mulai merasa teori saya tanpa berdasarkan bukti ilmiah ini berhasil, bahwa ibu hamil bisa ngga ngidam, kuat, ngga mual-mual, ngga muntah-muntah. Asalkan bisa dan yakin dengan diri sendiri.

Ketika kehamilan kedua. Saya pun mulai menyugesti diri sendiri seperti kehamilan pertama. Dan... tidak berhasil. Meskipun beberapa kali saya menyugesti diri sendiri. Saya tetap merasakan mual-mual, muntah-muntah, pusing, ngga kuat, ingin tidur terus. Dan, saya mulai merasakan yang namanya ngidam.

Iya ngidam dan itu berlangsung sampai anak kedua saya lahir. Makanan yang bisa masuk ke perut saya itu hanya makanan yang pedas. Ngidam yang biasanya dirasakan selama trimester pertama, dirasakan oleh saya sepanjang kehamilah anak kedua. Yang biasanya hanya bisa makan 2 cabe dalam masakan itupun sambil kepedasan dan ditemani bergelas-gelas air putih. Sekarang saya bisa merasakan 10-15 cabe tanpa merasakan kepedasan. Bahkan, suami dan bapak saya yang biasanya jagonya makan pedes sampai terheran-heran melihat saya ludes menghabiskan sambal dan lauk-pauk pedas spesialnya mereka. Entah kenapa, perut rasanya berontak jika makan nasi tanpa cocolan sambal, ataupun makan nasi tanpa rasa pedas.

Akhirnya, saya pun mulai merasakan tersiksanya ibu hamil yang harus muntah dimana saja, kapan saja. segala macam makanan yang saya makan pasti saya keluarkan lagi, ga bisa cium bau kaldu, gorengan, dan segala macam. Bahkan minum air putih, jahe, permen, crackers, biskuit pun bisa saya keluarkan lagi. Makanan dan minuman favorit sebelum hamil tetap juga ngga bisa masuk, bahkan mencium baunya pun sudah membuat saya mual-mual ngga karuan. Morning sickness pun jadi all day sickness. Dan, muntah saya pun tergolong berlebihan sampai saya harus dirawat di rumah sakit selama satu hari untuk dinfus karena tidak ada makanan dan minuman yang bisa masuk perut.

Segala macam cara dan tips sudah saya coba untuk mengatasi mual, muntah, dan rasa suka berlebihan terhadap masakan pedas. Ternyata, ga ngaruh juga. Akhirnya, saya pun mulai menerima dan mulai menikmati kelebihan kehamilan kedua ini. Toh, namanya juga hamil. :)

Setelah anak kedua saya lahir. Tiba-tiba kemampuan saya untuk menahan rasa pedas hilang. Jangankan untuk makan 10-15 cabe. Makan 2 cabe yang dicampur dalam masakan, saya bisa kepedasan dan menghabiskan bergelas-gelas air minum.

Di kehamilan yang ketiga ini. saya mulai menyikapi dengan tenang. Alhamdulillah, morning sickness juga ada, tapi ga separah kehamilan kedua. Ngidam juga ada, tapi masih bisa masuk makanan yang lain.

Mungkin saya jangan terlalu takabur ya. Meremehkan hal-hal yang biasa terjadi dan membuat tersiksa pada ibu hamil. Akhirnya terjadi juga ke saya dan malah lebih parah lagi.

Jadi, saya mengalami pengalaman yang berbeda-beda di tiap kehamilan. Seperti tagline The Urban Mama tapi dengan sedikit modifikasi. There is always a different story in every pregnancy.

*image from http://www.sxc.hu/photo/517549