Ketika Si Kembar Saling Berebut
Setiap kali bertemu orang baru, dan tahu kalau Kira dan Kara anak kembar, pertanyaan selanjutnya yang sering keluar adalah “Pernah bertengkar gak?”. Buat saya, menjawab pertanyaan ini berkali-kali sih sebenarnya ada rasa bosan juga. Karena tidak ada dua manusia yang sama. Tidak ada 2 manusia yang selalu seide, sejalan, sepemikiran. Begitu pula dengan anak kembar. Meskipun mereka kembar identik, dan berasal dari 1 sel telur yang membelah, mereka tetap 2 individu yang berbeda. Bahkan sifat, kesukaan, karakter, dan kepribadian mereka berbeda.
Dulu, ketika kira dan kara berusia kurang lebih 1 tahun, setiap hari, saya bisa menghadapi mereka bertengkar lebih dari 10 kali. Bahkan kalau sudah bertengkar dan berebut mainan, bisa saling pukul, saling cakar dan saling gigit. Padahal tidak ada diantara kita yang pernah memukul si kembar, atau mengajarkan memukul. Sedih pastinya ketika melihat mereka bertengkar. Saya merasa menjadi ibu yang gagal.
Ketika saya bertanya ke beberapa orang yang memiliki anak kembar, tentang menghadapi sibling rivalry ini, biasanya mereka menyarankan untuk membelikan semuanya serba sama agar tidak saling berebut atau merasa iri. Kalau satunya minta boneka pink, sebaiknya beli 2 sekalian, agar tidak berebut. Kalau satunya minta baju warna biru, sebaiknya belikan juga baju yang sama untuk saudara kembarnya.
Namun pada prakteknya hal itu tidak berjalan semulus yang saya pikirkan. Pernah ada boneka yang sama, warna yang sama hasil kado dari saudara, tetap saja masih dipakai rebutan. Karena yang jadi rebutan adalah apa yang dipegang oleh siblingnya. Meskipun ada benda yang serupa didekatnya, justru yang diinginkan adalah benda yang sama yang dipegang siblingnya. Jadi sebenarnya, ini bukan sekedar permasalahan benda. Ini lebih dari itu.
Sejak saat itu, saya memutuskan untuk tidak membelikan barang yang serupa untuk mereka berdua. Setiap kali harus membeli mainan atau buku, atau apapun, saya mulai meminta pendapat mereka. Saya memberikan kesempatan mereka untuk memilih. Ternyata dengan berlatih memilih ini mereka belajar untuk mengenali apa yang mereka inginkan dan apa yang mereka butuhkan. Dengan mengenali pilihan dan kebutuhannya, mereka mengenal karakter mereka sendiri. Selain itu dengan berlatih memilih, mereka belajar menerima konsekuensi akan pilihannya dan bertanggung jawab akan pilihannya. Apabila ayahnya pergi keluar kota dan pulang membawa oleh-oleh, kami juga bersepakat, tidak membawakan oleh-oleh benda yang sama. Jika memang itu bentuknya buku, maka kami memilih 2 buku yang berbeda. Setelah sampai di rumah, kami minta mereka untuk memilih.
Karena memiliki pilihan yang berbeda, ada kalanya mereka ingin barang yang milik saudaranya. Saat itulah kami mengajarkan untuk meminta ijin dan meminjam. Cara ini mengajarkan mereka untuk menghormati milik orang lain. Kami juga mengajarkan mereka cara bermain bergantian. Jika ada satu barang yang sama-sama diinginkan, mereka wajib memakainya bergantian. Kalau berselisih soal mainan, mereka belajar menggunakannya bergantian. Acuan yang digunakan dalam bergiliran biasanya menggunakan angka di jam. Mereka belum mengenal jam, tapi sudah bisa membaca angka. Jadi jika jarum panjang sudah di angka sekian, maka giliran yang lain menggunakan mainannya.
Apakah ini selalu berjalan lancar? Tidak. Ada kalanya satu anak mencoba untuk mengulur waktu, tapi inilah salah satu cara mengajarkan tentang komitmen dan kesepakatan. Semakin lama, mereka semakin terbiasa dan mengenal aturan main.
Bekerja sama adalah cara lain yang sering saya gunakan untuk mengatasi rebutan dan pertengkaran. Karena pada dasarnya mereka memiliki sifat yang berbeda, maka sebenarnya mereka lahir untuk saling melengkapi. Prinsip inilah yang saya pegang ketika mengajarkan mereka tentang kerja sama. Contoh sederhana seperti ini. Kara adalah anak yang menyukai segala sesuatu bersifat girly. Maka, mainan kesukaannya adalah Barbie. Ada kalanya Kira yang lebih tomboy ingin bermain juga dengan barbienya. Agar suasana bermain tetap menyenangkan, maka saya tambahkan peralatan dokter. Saya berikan kara peralatan dokter, dan bermain play pretend. Kara menjadi dokter, sementara kira bisa meminjam boneka Barbie dan menjadi ibu yang memiliki anak Barbie yang sedang sakit. Maka si barbie adalah pasiennya. Lalu terjadilah percakapan dokter dan si ibu yang seru dan menggemaskan. Dan sesuai kesepakatan, play pretend ini juga bisa berlaku bergantian. Untuk Kira & Kara, kerja sama seperti ini terbukti paling efektif dalam mengurangi pertengkaran.
Sekarang, saya bisa lebih tenang mengerjakan sesuatu dan meninggalkan mereka asik bermain berdua. Jika ada saudara datang bertamu, maka mereka akan menjumpai dua anak yang ceriwis, tidak lagi 2 anak yang saling gigit seperti dulu. Namun sekali lagi, bukan berarti mereka tidak pernah bertengkar sama sekali. Perbedaan pendapat itu akan selalu ada, dan harus selalu ada. Selama mereka belajar bernegosiasi dan tahu bagaimana cara mengkomunikasannya, maka perdebatan tanpa ujung, dan perselisihan yang berkepanjangan, dapat dihindari.
wah mba Wit iniii jadi info banget buat yang punya anak kembar yah... iyaa bener kataa mama chikaa bisa jadi tips buat yang jarak deketan adek kakak juga..nice sharing mbaa wit:)
Mbak Wiwiiit,aku suka artikelmu!
Bisa deh ini dipake untuk Wilson-Herbie yang suka heboh rebutan mainan karena salah satu ada yang suka nambah "jam pinjam".
TFS bunda Kira dan Kara :*
terima kasih kembali, Ella.. Salam juga buat kakak Albert!
TFS ya wit... salam buat si kembar...
Haiiii mama Alma-Aida. Aseeeek kita mau ketemuan sabtu nanti yaa!! Can't wait! Mama satu ini juga super euy, Kreatif sekali!! See you, soon!!