Learning to Talk
Pada bulan Desember 2009, kami dapat appointment dari Paeditrician (dokter anak). Lagi-lagi saya tidak bisa menghadiri karena ada meeting dengan supervisor. Untungnya setelah meeting selesai, saya bisa berkonsultasi lewat telepon dengan dokter anak. Menurut observasi beliau, kuncinya ada pada kemampuan Affan menerjemahkan apa yang dia ingin katakan, dan mungkin otot mulut, tenggorokan, dan lain-lain yang membantu bicara mesti sering dilatih, tentunya dengan bantuan orang tua. Kemudian beliau menawarkan program dari speech pathologist, ada 10 sesi pertemuan tiap minggu untuk membantu melancarkan bicara. Tentu saja saya mau. Walaupun saya mesti bolos sebentar dari kampus, tentunya akan membantu Affan bicara lebih baik. Saat itu Affan (20 months) sudah bisa sekitar 10 kata. Semua binatang hanya bisa bilang suaranya aja, misalnya Anjing jadi woof woof, sapi jadi moo, domba jadi baa baba, ayam jadi kukuk. Tapi awal yang baik, menurut saya.
Pada bulan Februari dan Maret 2010, kami ikut program dari Speech Therapy itu, namanya Twinkle Twinkle Little Star Playgroup. Ada sekitar 10 toddler dan ayah/ibunya. Dalam satu jam, anak-anak diajak bermain, lalu bernyanyi bersama instrukturnya, makan snack sambil instruktur bercerita pada orang tua, lalu ada sesi story telling. Dari playgroup ini, saya belajar banyak hal:
- Orang tua mesti lebih mendengarkan apa yang ingin dikatakan anaknya. Kadang kita ngga mau listening. Trus coba memberi pilihan pada anak. Misal: Affan mau apel atau jeruk? Nanti dia akan bilang apel, atau jeruk. Beda halnya kalo kita hanya bilang Affan mau ini? Dia hanya akan mengambilnya aja.
- Jangan bosan menamakan semua barang/sesuatu di depan anak. Ngga apa apa disebut cerewet juga. Saat di mobil, namakan semua yang dilihat, seperti warna mobil, jembatan, ada lampu merah, dll. Saat makan di rumah, namakan piring, garpu, sendok, makan, minum, etc. Seems silly sih, tapi ternyata cukup berpengaruh.
- Saat bicara sama anak, jangan cepat-cepat. Bicaranya mesti 3 kata – 4 kata aja dalam satu kalimat, biar anak ngga pusing.
- Baca banyak buku sama anak. Biasanya saya pinjem buku banyak dari library, yang ada gambar-gambarnya. Sekali pinjam boleh 30 buku, dengan masa pinjam 3 minggu. Sebelum tidur biasanya kita baca 2-3 buku. Awalnya saya ceritakan semua nama gambar yang ada di dalam buku, lama-lama Affan mulai tau sendiri dan dia yang bilang.
- Record setiap kata baru di buku. Kadang-kadang saya suka merekam suara Affan pake handphone (recording), lalu diulang-ulang, jadi Affan suka ketawa dan tau kalo dia udah bisa bilang kata itu.
Nah, apa sih pengaruhnya telat bicara? Mungkin seems fine aja toh. Ternyata, dengan anak bisa bicara, anak bisa berkomunikasi dengan kita sebagai orang tua. Mungkin saat baby dengan nangis aja cukup, tinggal kita kasi susu, atau digendong. Kalo sudah toddler ternyata beda lagi. Toddler ternyata keinginannya jauh lebih banyak. Saat Affan belum banyak ngomong, kalo dia ingin sesuatu dia cuman tarik-tarik saya aja dari dapur, trus tunjuk-tunjuk mainan. Saya sampai harus ambil beberapa mainan sampai tau mana yang lebih tepat. Saat Affan sudah bisa bicara, Affan bilang, “Buba, buka tuain (Bunda, buka kotak trainnya), dan ini lebih memudahkan kami berdua.
Nah, terkait bicara dua bahasa, seperti Affan, Speech pathologist-nya Affan bilang, lebih baik ajarkan bahasa ibu dulu, yaitu bahasa Indonesia. Karena itu lebih penting. Kalau Bahasa Inggris, dia bisa belajar di childcarenya, dari televisi, dari teman-teman sepermainan. Untuk saya sendiri, saya tetap bicara bahasa Indonesia. Kecuali kalau sedang baca buku-buku, untuk bahasa-bahasa yang biasa diucapkan di sekolah, saya bilang dua-duanya. Misalnya "Affan lihat... ada fish – ikan..". Sekarang, karena dia di daycare setiap hari, dia sering sekali bicara bahasa inggris, tapi saya ulangi dengan bahasa Indonesia. Lama-lama, Affan jadi tau sendiri kata Bahasa Inggris dan Indonesianya.
Saat ini kami masih rutin pergi ke speech pathologist untuk memantau perkembangannya dan juga me-refresh kami sebagai orang tua untuk tetap membantu Affan meningkatkan bicaranya. Service ini gratis karena bagian dari program City of Melbourne untuk family. Saat 2.5 tahun, Affan bisa sekitar 200 kata, tapi yang bisa diucapkan masih 100-an kata. Affan sudah bisa bikin kalimat 2 -3 kata. Pengucapanannya masih sekitar yang paling gampang diucapkan: bunda jadi buba, bebek jadi bebep, affan jadi afam, etc. Affan sudah hafal cukup banyak lagu bahasa Indonesia, lebih banyak lagi nursery rhymes (English) yang diajarkan di sekolah. Paling hafal doa sebelum tidur, sedikit surat Qulhuwalloh (Al Ikhlas) dan AnNaas. Saat 3 tahun (Maret 2011), Affan sudah cukup lancar berbicara, biasanya 3-4 kata per kalimat. Hanya saja, masih ada beberapa suku kata yang belum benar pelafalannya, misalnya elephant jadi “ewepan”. Menurut speech pathologist kami, omongan toddler/preschooler umur 3 tahun mungkin sebagian masih ngga apa-apa kalo belum dimengerti orang dewasa, namun pada umur 4 tahun memang sebaiknya omongan anak mesti sudah dimengerti oleh orang dewasa.
Dari pengalaman saya selama satu setengah tahun terakhir, cari bantuan sedini mungkin saat anak umur 18 bulan belum bisa bicara. Ini hanya untuk preventif aja. Melatih anak berbicara akan memudahkan komunikasi kita dengan anak dan bisa mengetahui perasaan anak, juga meminimalisir tantrum yang sering terjadi pada anak umur 2 dan 3 tahun.
Hello Thea Rizkia....did you find the speech therapist yet?
I can help you. I am speech therapist. Best regards
hmmm...ternyata I'm not alone.
Kemarin langsung shock dan sedih pas DSA bilang anakku delay speech..saran DSA segera ikut terapi dan hanya boleh ada 1 bahasa di rumah, TV kabel cebebis ikut dimatiin ayahnya,kasian...antara tega dan gak tega ngeliatnya,,,sekarang lg terapi di Eka hospital BSD,semoga lancar dan cepet omong nya ya Bunda-bunda...mhn doanya!
Oiya sdh ada yg pernah di klinik Anakku yg di BSD?pengen pindah kesana krn di Eka jadwal utk weekend nya udah full
Mba, its a good writing. Anakku yang pertama 26 bulan juga belum banyak ngomongnya. sudah dipantau tumbuh kembangnya dari usia 10 bulan. sampai 14 bulan gak ada masalah yang berarti selain delay di perkembangan motorik kasarnya. Baru bisa berdiri, jalan dan lari dirapel diusia 16 bulan.
Awalnya disuspect PDD NOS, setelah terapi sensori integrasi selama 3 bulan (1 kali 1 minggu) ketauan kalo ternyata tonus ototnya lemah sehingga gak bisa terima sensori dengan optimal layaknya anak normal.
Saat ini belum bisa komunikasi verbal dengan baik. tapi kalo diajak komunikasi intense dia ngerti, untungnya di Jakarta sini banyak sih klinik tumbuh kembang. sekarang mau mulai terapi di Ramaniya (Bidakara Medical Center).
wah saya juga mengalaminya sekarang,kakak-kakaknya sih cepat bicaranya, kira-kira di bintaro dan sekitarnya kemana ya konsul utk speech therapy ini?
@dokter Riyana: setauku di BSD ada Klinik Anakku. kalo gak salah mereka penyelenggara speech therapy juga.
Hehe, iya teh