March+ Bandung Playdate - Museum KAA Bandung

Kapan sih bagusnya mengajak anak-anak untuk mengunjungi museum? Apakah harus menunggu sampai usia SD? Atau nanti saja kalau mereka sudah belajar tentang Sejarah di sekolahnya?

Outing pertama March+ Bandung bulan ini kita putuskan (secara mendadak sehari sebelumnya) untuk berkunjung ke Museum Konferensi Asia Afrika Bandung. Totalnya ada delapan anak yang ikut ke Museum KAA di hari itu, dengan rentang usia dari 2.5 tahun hingga 5 tahun.

Beberapa orangtua mungkin memutuskan untuk menunggu sampai si anak benar-benar 'mengerti' isi museum yang akan dikunjungi. Namun menurut beberapa artikel yang saya baca seperti di siniini dan ini, tidak ada ada patokan khusus umur berapa anak-anak sebaiknya diajak ke museum.

Pada dasarnya, anak-anak suka dengan hal-hal baru. Tinggal bagaimana kitanya saja sebagai orangtua mengenalkan hal tersebut kepada mereka dan bijak memilih museum mana yang cocok untuk dikunjungi sesuai usia anak.

Sebelum masuk ke Museum KAA, kami makan terlebih dahulu di teras museum karena beberapa anak (dan ibunya pun) ada yang belum makan siang. Di teras museum ini ada beberapa meja dan kursi yang bisa dipakai untuk umum. Ini penting ya mama, sebaiknya pastikan perut sudah kenyang sebelum masuk ke museum karena biasanya tidak diperkenankan makan di dalam ruang museum. Sementara menunggu yang sedang makan siang, anak-anak cowok yang ikut serta ke museum asyik bermain perosotan di ram depan pintu masuk museum.

Jangan heran ya mama, kalau sering melihat foto macam begitu di setiap playdate kami, hehe. Kami memang terbiasa membiarkan anak-anak bermain selama tidak membahayakan dirinya dan orang lain, dan tentunya selalu di bawah pengawasan mamanya. Bayangin kalau kita di posisi mereka, mungkin isi otaknya kurang lebih begini:

"Waaahh, yang ini jalannya miring. Bisa nggak yah dipakai perosotan?"

(lalu dicobalah)

"Yay, bisaaaaa," dan diulang kembali, lagi, lagi dan lagi.

Ketika masuk ke dalam museum, anak-anak memang tampak tidak begitu tertarik dengan foto-foto yang terpajang lengkap dengan cerita seputar KAA yang berlangsung pada tahun 1955 silam. Mereka lebih tertarik lari-larian sepanjang museum yang memang tidak begitu besar.

Namun tak lama kemudian, beberapa anak mulai menghampiri orang tuanya dan bertanya tentang benda-benda yang ada di sekitar museum. Ben, sang kepala suku, ternyata semangat sekali setiap melihat bendera Indonesia (meskipun hanya berupa gambar bendera di layar monitor), langsung kasih hormat dan gerakannya diikuti oleh anak-anak lainnya yang selama di museum mengikuti terus ke mana pun Ben pergi.

Di dalam museum banyak sekali objek dan benda yang bisa anak-anak lihat, banyak juga yang bisa dijadikan bahan obrolan seperti bentuk dan warna bendera negara-negara KAA. Lepas dari pengetahuan akan para tokoh KAA, atau apakah cukup mengerti sejarah KAA dan dampaknya untuk negara kita, museum KAA sebenarnya bisa sekali menjadi tempat menyenangkan untuk orang tua dan anak-anak belajar bersama, berapapun usia mereka.

Jadi, tidak perlu ragu untuk menikmati serunya museum dengan anak-anak! Kalau kita bisa enjoy, mereka juga bisa kok menikmati suasana dalam museum. Tinggal pintar-pintarnya saja kita selaku orang tua untuk membuat suasana tetap menyenangkan meski tempatnya terkesan serius. Dan siap-siap ya urban mama-papa, menerima segudang pertanyaan ini-itu dari si kecil tentang segala sesuatu yang ada di dalam museum. Pokoknya tidak boleh bosan!

Museum KAA ini dibuka gratis. Bagian dalamnya bersih dan rapih, dilengkapi dengan toilet yang juga bersih (ini penting!). Di dekat pintu keluar, kami sempat melihat ada perpustakaan umum museum tetapi karena di dalamnya cukup ramai dan kami sadar anak-anak ini tidak bakal bisa tenang di dalam perpustakaan, jadi diputuskan untuk tidak masuk ke perpustakaan karena takut malah mengganggu pengunjung lain.

Usai jalan-jalan ke Museum KAA, rencananya kami ingin lanjut main di Taman Alun-Alun. Namun berhubung sore itu hujan deras, jadilah ke tamannya batal dan diganti dengan mamam cantik sore-sore.

Urban mama-papa sudah pernah mengajak si kecil ke museum? Museum mana sajakah di Indonesia yang menjadi favorit urban mama-papa dan si kecil? Yuk berbagi ceritanya di sini!

8 Comments

  1. avatar
    Angie Renata January 12, 2016 3:20 pm

    Waaah, seru main-main di museum! Udah lama ngga mampir ke museum KAA, bisa nih jadi ide jalan-jalan bareng anip nanti. TFS mama Pryta :)

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    Eka Gobel January 5, 2016 5:56 pm

    waah seru banget ini playdatenya di museum! kebayang rame nya ya anak2. apalagi museum sekarang bagus2 ya, terawat dan bersih, ga spooky kayak museum jaman dulu :)
    tfs ya pryta, ditunggu cerita2 lainnya :)

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    Pryta Aditama January 5, 2016 1:37 am

    Cindy.. makasiihh..semoga gak bosen yaa.. baca cerita kami..

    teh Ninit n Ella.. iyaa..seru juga lho ternyata ke museum rame2 gitu..

    Aini..waa..asyik yaa museum di sana kids friendly.. setuju! Memang sebelumnya mesti agak dikuras dulu energi bocah-bocah ini, biar udah cool down pas masuk museum, hihii..

    Dessycie.. boleehh banget mom! Yuk mari ikutan playdate bareng kita..!!

    1. avatar

      As .



  4. avatar
    Dessy Natalia January 5, 2016 12:50 am

    mau ikutan playdate di bandung dong mba hehehehe

    1. avatar

      As .



  5. avatar
    Retno Aini January 4, 2016 6:43 pm

    Setuju... gak ada patokan usia buat ngajak anak ke museum, tapi kalau buat toddler, biasanya saya juga biarin si kecil puas main di luar dulu, let off some steam, baru setelah kaleman mereka bisa menikmati museum, hehe. Di sini, kebanyakan museum dibuat kids friendly yg mana mengakomodir gerak & pertanyaan aktif anak2. Senang yaaa kalau museum dibuat bagus dan terawat begini. Nanti kalau jalan2 ke museum lagi, cerita2 lagi yaa mama Pryta :D

    1. avatar

      As .