Menanamkan Sikap Asertif untuk Si Kecil
Nadhifa (4 tahun), sejak awal masuk playgroup dikenal oleh lingkungan sebagai anak yang manis. Ia selalu mengalah pada semua teman dan saudara sepupunya. Ia selalu bersedia meminjamkan barang yang sedang dipakainya kepada siapa saja yang meminjam. Nadhifa juga terkenal baik-baik saja, penurut, dan mudah diarahkan. Namun lama-kelamaan, saya menjadi was-was dengan sifat pengalah dan penurutnya tadi. Perasaan was-was tadi muncul saat pertama kali melihat Nadhifa diperlakukan kurang baik oleh temannya. Mainannya direbut dan Nadhifa tidak berani untuk membela diri. Saya khawatir jika sifat pengalahnya berkelanjutan justru akan membahayakan Nadhifa. Saya berpikir, mungkin sudah saatnya saya harus mengajarkan sikap asertif pada Nadhifa.
Apa itu asertif? Urban mama pasti pernah mendengarnya. Asertif dikatakan sebagai sikap berani untuk mengungkapkan perasaan, pikiran, dan yang menjadi kemauannya serta mempertahankan haknya tanpa merugikan orang lain dan dilakukan dengan cara yang baik dan tepat. Untuk membentuk sikap asertif, terlebih dahulu anak sudah harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Atas dasar itulah, sikap asertif sudah dapat dikenalkan pada anak usia prasekolah karena kemampuan berbahasa mereka sudah berkembang baik dan memiliki perbendaharaan kata yang semakin banyak.
Menjadikan anak memiliki sikap asertif tentunya bukan hal mudah. Saya sendiri sedang mencobanya dan ingin membagi tips yang bersumber dari beberapa artikel psikologi yang saya dapatkan.
- Tanamkan kemandirian. Anak yang mandiri biasanya tidak akan terlalu bergantung pada orang lain. Pada usia prasekolah misalnya, peran orangtua cukup menjadi fasilitator guna mempermudah proses belajarnya. Misalnya mengizinkan anak makan sendiri, memilih dan memakai pakaian sendiri, hingga memilih barang kesukaannya sendiri. Kemandirian ini perlu ditanamkan agar membentuk karakter anak yang tidak manja, percaya diri, dan pemberani.
- Berikan contoh. Jadilah role model untuk anak dalam bersikap asertif. Contoh kecil misalnya, saat si kecil ingin menambah minuman di restoran, yang dilakukan urban mama adalah memanggilkan pramusaji dan memesankan pesanan si kecil. Namun untuk selanjutnya, usahakan hanya sebagai pendamping dan ajarkan anak untuk berani memesannya sendiri ke pramusaji. Selain itu, bermain peran dirumah bersama si kecil juga bisa sebagai sarana untuk mencontohkan perilaku asertif pada anak lho.
- Latih berkata ‘tidak’. Latih anak untuk berkata ‘tidak’ terhadap hal-hal yang dirasakan tidak sesuai dengan nilai, keyakinan, dan keinginan anak. Misalnya saat teman si kecil ingin meminjam mainan saat si kecil baru sebentar memainkan mainan tersebut, “tidak sekarang ya, tunggu 10 menit lagi akan aku pinjamkan". Atau saat ada anak yang menyerobot antrean, “tidak begitu, silahkan antre ya!” Intinya, si kecil berhak untuk keberatan dan bilang “tidak” saat ia merasa keberatan akan sesuatu.
- Ajarkan waktu yang tepat. Jelaskan waktu yang tepat kapan si kecil harus mengalah dan berkata “tidak” pada orang di sekitarnya. Berikan pengertian juga mengapa sifat asertif ini perlu ada kepada anak.
- Dorong anak untuk membuat keputusan. Anak dapat belajar membuat keputusan dari hal-hal kecil. Contoh memilih pakaian yang akan ia kenakan di hari itu untuk pergi ke pesta ulang tahun temannya. Atau seperti Nadhifa yang bebas memilih menu bekal sekolah yang ia suka. Di sini saya berusaha untuk menghargai pilihannya. Apabila dirasa tidak pantas atau tidak sesuai, saya berusaha untuk memberikan pengertian dengan bahasa singkat dan mudah dimengerti.
- Ajarkan anak untuk mengungkapkan emosinya. Ajarkan anak untuk mengungkapkan emosinya dengan cara dan waktu yang tepat. Anak boleh merasa senang, sedih, kesal, takut, atau khawatir namun diungkapkan dengan cara yang wajar dan tidak berlebihan.
- Pola asuh dan komunikasi hangat. Pola asuh orangtua yang penuh kasih sayang, hangat, dan terbuka turut memberi andil pada tumbuhnya sikap asertif. Pola asuh tersebut akan menjadikan anak percaya diri dibandingkan dengan pola asuh yang sebaliknya yang akan membuat anak kurang berani, ragu, selalu cemas, dan tidak mandiri.
- Hargai usaha asertif anak. Berikan pujian saat anak berhasil melakukan perilaku asertifnya. Berikan semangat untuk selalu berperilaku demikian. Sebaliknya, jika anak gagal berperilaku asertif, hindari memberi label negatif pada anak.
Mungkin masih banyak lagi tips-tips tentang menumbuhkan sikap asertif yang bisa didapat dari sumber lainnya. Dari delapan tips yang saya rangkum di atas, saya sedang belajar mempraktikkan semua tips tersebut dan belum berhasil sepenuhnya. Sikap asertif ini penting sekali untuk dimiliki karena akan menjadi bekal untuk tumbuh kembangnya hingga dewasa nanti. Semoga usaha saya dan urban mama lainnya dalam menumbuhkan sikap asertif pada anak berhasil ya.
image credit: freedigitalphotos.net
Terimakasih sharingnyaaa bener banget saya setuju saya mau lakukan
Waah, no.6 pas banget kayanya untuk anip...makasi sharingnya ya mama Novianthi :)
Terimakasih tips2nya ya mama Novianthi,kayaknya sudah mulai bisa dicoba untuk kids #3 nih :)
TFS ya Novianthi, makasih buat tipsnya. Masih PR juga nih buat mengajarkan sikap asertif pada Al.
Masih jadi pr untuk komitmen poin nomor 2 nih, role model. Makasi artikelnya mama Novi, jd reminder yg bagus bgt buat gue.