Mengatur Anggaran Rumah Tangga untuk Pasangan Long Distance Marriage
Sejak menerima kenyataan bahwa status saya sekarang sudah menjadi ibu rumah tangga, saya mulai memikirkan mengenai anggaran rumah tangga. Terlebih, posisi saya dan si bapak rumah tangga berjauhan. Semakin semangat cari cara agar sirkulasi keuangan tetap aman terkendali. Ya, kami sedang menjalani apa yang bahasa kerennya disebut Long Distance Marriage.
Jelas. Pasangan jarak jauh tentu memiliki prioritas keuangan yang berbeda dengan mereka yang berumah tangga dalam satu rumah. Itu juga kembali lagi, di kota mana suami dan istri tinggal. Karena kebutuhan sehari-hari di setiap kota itu berbeda. Mungkin saja, pengeluaran untuk pasangan Long Distance Marriage ini akan lebih besar.
[caption id="attachment_118016" align="alignnone" width="400" caption="kredit foto: freedigitalphotos.net"][/caption]
Mungkin saja.
Tapi kenyataanya, ternyata bisa jadi sama saja dengan pasangan yang tinggal satu rumah. Yah, kata orang Jawa - sawang sinawang lah ya. Kembali lagi ke gaya hidup.
Beruntung saya dan suami sama-sama bekerja, sehingga kami memiliki dua pendapatan yang bisa digabung. Buat saya, tinggal berjauhan dengan suami bukan alasan untuk tidak bisa beramal, menabung, dan berinvestasi.
Kembali lagi, yang membuat prioritas keuangan berbeda adalah ada tambahan biaya transportasi alias tiket. Tiket buat apa? Ya, buat ketemuan dong.
Tips dari saya dalam mengatur anggaran rumah tangga, dan selama setahun ini Alhamdulillah berhasil. Seperti ini:
Pada dasarnya sama saja seperti anggaran rumah tangga pada umumnya. Tapi saya menerapkan alokasi anggaran dengan perbandingan sebagai berikut :
Jika pendapatan total suami dan istri, misalnya: 10 juta
Berarti pembagiannya sebagai berikut:
- Sedekah saya urutkan di paling awal. Karena, itu bentuk rasa syukur karena Allah sudah mencukupkan rejeki kami. Dan, langsung diberikan setelah gajian. Penting, agar tidak nyangkut untuk yang lain-lain.
- Utang. Karena utang adalah janji yang harus ditepati. Kebalikan dari janji adalah utang ya. Setelah bersedekah, mari kita membayar utang. Saya sendiri berusaha meminimalisasi adanya utang atau cicilan sampai jadi NOL. Daripada uangnya buat bayar utang, lebih baik diinvestasikan saja. Menurut saya, sebenarnya berutang tidak apa-apa asalkan utang yang produktif. Misal, digunakan untuk KPR atau menyicil emas. Tapi kalau utang untuk kepentingan konsumtif, hindari dulu deh.
- Tabungan dan investasi saya prioritaskan setelah hutang dibayar. Saya agak keras untuk menabung dan investasi, tidak boleh kurang dari 30%. Kalau lebih boleh. Biasanya kalau tidak ada utang sama sekali, saya tambahkan 10%. Untuk tabungan dan investasi ini, saya pisahkan dari rekening payroll. Biar fokus dan tidak kecolek sama apapun dengan alasan apa pun. Untuk investasi bisa dimasukkan ke dalam reksadana, atau tabungan emas, atau ikut asuransi investasi. Atau apa pun, yang bisa meningkatkan nilai dari uang kita. Sementara tabungan, digunakan untuk simpanan. Termasuk simpanan darurat, jika sewaktu-waktu ada pengeluaran tidak terduga.
- Kebutuhan sehari-hari, saya anggarkan 30% dari total penghasilan. Biasanya saya bagi dua lagi dengan suami. Bisa dibagi rata masing-masing 15%. Bisa juga, disesuaikan dengan kebutuhan hidup di kota masing-masing. Biaya hidup paling tinggi tentu mendapatkan persentase yang lebih besar. Kebutuhan sehari-hari ini, sudah termasuk makan, tempat tinggal, transport untuk ke kantor, dan kebutuhan harian lainnya.
- Pastikan frekuensi bertemu nya lebih dulu. Kemudian, baru buat anggaran untuk tiket transportasi. Karena ini kebutuhan yang tidak bisa dihindarkan untuk pasangan LDM. Harus ketemu dong. Apalagi saya termasuk yang tidak betah kalau tidak ketemu lebih dari dua minggu. Meskipun ada anggaran khusus untuk beli tiket, tapi bukan berarti bisa seenaknya. Saya sendiri mematok maksimal 15% untuk beli tiket. Ya, gimana caranya dengan alokasi dana segitu bisa untuk membeli tiket. Salah satunya dengan pesan tiket jauh-jauh hari, atau berburu promo.
- Wawasan? Kami berdua juga perlu menambah wawasan dong. Ini bebas sih mau dipakai untuk apa, sesuai hobi masing-masing. Kalau saya, suka hunting buku. Sementara suami, suka game online. Tidak setiap bulan terpakai sih. Kadang suami pengin beli game online yang harganya melebihi budget, saya yang mengalah. Kadang juga kalau saya dapat banyak buku bagus, suami yang mengalah.
- Senang-senang. Ini anggaran yang biasa kami gunakan untuk happy-happy berdua saat ketemu. Entah untuk nonton film, atau traveling. Bisa juga untuk traktir teman.
Sebenarnya tidak sulit membuat anggaran untuk pasangan LDM. Oh ya, ini contoh kondisi saat kami belum ada anak yah. Anggaran pasangan LDM setelah memiliki anak, tentu beda lagi. Nanti akan saya bagi tips mengatur anggaran untuk pasangan LDM yang sudah punya anak. Dan kembali lagi, setiap pasangan tentu memiliki prioritas keuangan yang berbeda. Kalau urban mama lainnya di sini, bagaimana?
Huuuaaaaa ini membantu banget artikelnyaa. Thanks Mooom :)
@musdalifa : kalau udah punya anak, mungkin bisa lebih kompleks ya.. haha...
@cindy , @eka , & @saskiasasa : terimakasih... :))
Tipsnya sangat bermanfaat sekali mom :)
Tipsnya berguna sekali tentunya ya, makasih mama itakzui
wah lengkap banget tipsnya mama itakzui!
Jadi ga sabar nunggu lanjutannya nih :D