Menikmati Festival Dongeng Internasional Indonesia 2016
Tahun lalu kami sempat menikmati keseruan Festival Dongeng Internasional Indonesia, setelah itu saya pun menanti-nantikan gelaran berikutnya. Awal Oktober lalu ketika kami main ke Taman Suropati rupanya ada kegiatan pendahuluan menuju FDII 2016 berupa Dongeng Kejutan di Hari Minggu. Fathia yang sebetulnya sedang moody abis karena baru sembuh dari sakit rupanya tertarik ikut duduk mengikuti dongeng rubah yang ingin jadi keledai. Dari banner yang dipasang panitia kami memperoleh informasi bahwa FDII 2016 dilaksanakan pada tanggal 5-6 November 2016 di tempat yang sama yaitu Museum Nasional. Saya pun langsung memasukkannya ke agenda.
Menjelang hari-H saya mengintip akun Instagram dan facebook Komunitas Ayo Dongeng Indonesia, serta memperoleh beberapa informasi tambahan seperti jadwal acara dan cara pendaftaran kelas-kelas khusus (berbayar) yang dibuka yaitu kelas kriya (crafting) dan kelas dongeng. Ingin rasanya ikutan belajar dari mereka yang terampil di bidangnya, tapi saat ini sepertinya belum memungkinkan. Sementara ini, belajar lewat menyimak dongeng yang dibawakan saja, ya.
Kami pergi ke FDII di hari kedua. Jika tahun lalu saya dan anak-anak mendengarkan dongeng dari Sheila Wee dari Singapura yang tahun ini kembali tampil, juga dari kak Aio (Ariyo Zidni, pendiri komunitas Ayo Dongeng Indonesia yang memprakarsai FDII sejak 2013), ternyata kali ini kami berkesempatan menikmati sajian dari pendongeng yang berbeda. Begitu kami sampai, di panggung utama yang disebut Panggung Kancil sedang ditampilkan dongeng oleh bapak Made Taro dan putranya, Made Tarmada, dengan diiringi alat musik khas Bali yang mereka mainkan sendiri. Pak Made Taro ini telah 43 tahun mengabdikan diri untuk dongeng, sehingga panitia menganugerahkan penghargaan dongeng yang diserahkan seusai penampilan beliau. Selanjutnya Wajuppa Tossa dari Thailand menceritakan fabel hewan khas negaranya, gajah. Dongeng dibawakan dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan oleh petugas dari panitia. Setelahnya yang naik panggung adalah Ng Kok Keong dari Malaysia yang tidak sempat saya simak seluruhnya karena Fathia mulai cari-cari ayahnya yang duduk di ujung lain dan ternyata sempat ngobrol dengan PM Toh.
Kami pun beralih ke ruang dalam atau Taman Cerita, di mana dipamerkan beragam ilustrasi dongeng anak. Di ruang badak dalam Taman Cerita ini ada dongeng istimewa oleh Jeeva Raghunath dari India. Seperti para pendongeng sebelumnya, Jeeva tampil begitu ekspresif. Anak-anak maupun orang dewasa yang duduk mengelilinginya ikut bernyanyi "I'm in search for the best mama, miaw miaw miaw...," menirukan anak kucing yang sedang ngambek pada ibunya. Cerita berikutnya yang juga dibawakan pendongeng perempuan dari India memberi pesan moral agar tidak sombong seperti ikan bersisik warna-warni yang akhirnya tidak punya teman.
Masih di tempat yang sama, kak Bonchie mendongeng interaktif dengan origami dan boneka kertas. Menarik bahwa selembar kertas origami bisa dilipat menjadi beraneka bentuk yang mendukung jalannya cerita.
Di area ini tersedia berbagai permainan edukatif dan bacaan untuk anak, sepertinya boleh digunakan saat tidak sedang ada pertunjukan. Beberapa kelas kriya mengambil tempat di Taman Cerita ini juga, termasuk kelas 'Cap-cap Ceritamu' yang sempat saya lihat. Mau belajar membatik juga bisa, Museum Nasional menyediakan sarana dan pengajar membatik yang beberapa kali pernah saya lihat di kunjungan sebelumnya. Saat kami keluar dari Taman Cerita, di panggung utama terlihat Puppetaria atau dongeng boneka dengan lakon Lutung Kasarung sedang dipentaskan.
Karena mulai lapar, kami menuju lantai dasar di mana terdapat stand-stand penjual makanan. Kalau biasanya hanya ada kantin yang menyediakan makanan kecil, minuman, dan cendera mata, di event-event besar seperti ini memang jadi lebih banyak pilihan pengisi perut. Ruangan di dekat bazaar makanan ini juga digunakan sebagai tempat penyelenggaraan kelas dongeng. Sayangnya Kids Corner Museum Nasional sedang tutup, jadi anak-anak tidak bisa main di sana seperti biasa. Kenyang makan, hari beranjak siang, kami pun bersiap pulang. Sambil menunggu suami mengambil kendaraan, saya dan anak-anak sempat menonton sebentar Craig Jenkins dari Inggris bercerita tentang buaya. Ah, rasanya kalau mau menyaksikan semua nggak ada habisnya, ya. Semoga tahun depan kami masih berkesempatan hadir.
Ah seru banget ini acaranya. Anak2 pasti suka ya, ke acara2 dongeng spt ini. Mudah2an kalo ada event serupa mau ajak anak2 ah. Tfs mama leila!
Sama-sama, Mama Eka :). Iya, anak-anak menikmati banget, yang kecil sih sempat maunya panjat-panjat pagar dekor hahaha, tapi belakangan anteng tuh, nyimak dongeng kak Bonchie.