Menyikapi Intervensi dalam Pola Pengasuhan Anak

Dear Urban Mama, sering nggak sih atau mungkin pernah mengalami intervensi dari orang-orang sekitar dalam pola pengasuhan anak?

Ini pun pernah saya alami. Mungkin juga dengan teman-teman, saudara, dan para mama di luar sana yang mungkin pernah mengalami pengalaman serupa.

Intervensi atau campur tangan sering kerap terjadi dalam kehidupan kita. Salah satunya ketika kita baru menjadi seorang ibu. Tidak sedikit masukan dari kanan kiri mengenai pola asuh anak. Mulai dari hal-hal kecil seperti pemakaian popok, cara membedong bayi, bahkan masih kerap terdengar mitos-mitos yang dari zaman nenek moyang kita dulu.

Intervensi bisa datang dari mana saja. Entah itu keluarga dekat seperti orangtua, mertua, nenek, kakek, tante, om, sepupu, saudara ipar, dll. Bisa juga dari lingkungan sekitar seperti tetangga, teman kantor,dll.

Hal ini tentu berdampak positif bagi kita terutama bagi yang baru menjadi ibu. Karena pengalaman yang bener-bener harus dimulai dari nol, tentu kita membutuhkan nasihat ataupun masukan dalam pola asuh anak dari yang sudah berpengalaman sebelumnya.

Namun, ada kalanya terkadang intervensi bisa sangat menganggu apabila sudah melampaui batas.  Ada saat di mana prinsip kita dalam mengasuh anak kita tidak sama dengan orang lain.

Misalnya,

  • Si bayi rewel, lalu ada pihak ketiga yang bilang ke si ibu bayi “Kasih saja tambahan susu formula. Kasihan tuh bayinya rewel terus kelaparan, nggak cukup kalau hanya ASI”.

Padahal si ibu sudah berniat untuk memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan. Di saat seperti ini justru dukungan dari orang sekitarlah yang seharusnya menjadi mood booster dan penyemangat bagi si ibu.

  • “Kok sudah dikasih sufor? Kan masih 3 bulan. Mestinya asi terus aja sampai 6 bulan”.

Dia tidak tahu kalau si ibu telah memperjuangkan segala hal yang terbaik buat anaknya termasuk untuk memberikan asi eksklusif. Namun ada hal-hal lain yang mempengaruhi kesehatannya atau kondisi lain yang mempengaruhi produksi asi si ibu.

  • “Kasih makan saja buah pisang, sereal bubur bayi, biar anaknya sehat, cepat gemuk. Dulu anak tante 4 bulan sudah dikasih makan lho”.
  • “Untuk apa pakai baby sitter? Buang-buang duit aja. Aku dulu 5 anak semua aku urus sendiri”.
  • “Kok nggak pakai baby sitter? Kasihan kamunya kecapekan kalau mengerjakan semuanya sendiri”.   

image credit: freedigitalphotos.net

Yups, that kind of things udah gak asing terdengar dalam kehidupan sehari-hari. Poin-poin diatas hanyalah beberapa contoh yang sering terjadi dalam motherhood life. Apapun itu, bagaimana pun cara kita mengasuh anak, akan selalu ada saja kok komentar dan intervensi dari berbagai pihak. Jadi, bagaimana menyikapinya, ya?

  1. JANGAN DILAWAN

Iya, jangan dilawan. Dengarkan saja, be a good listener. Ini untuk menghindari perdebatan panjang yang akan memancing emosi kita. Cukup bilang “oh gitu ya..” “iya ya..” ini juga untuk menghindari mereka berbicara terlalu banyak.

  1. GUNAKAN PIHAK KETIGA

Maksudnya di sini adalah ketika memberikan pengertian gunakan orang ketiga yang kompeten di bidangnya. “Anak kamu kok kayaknya kurus. Kurang kali tuh asi nya. Kasih makan saja sudah empat bulan ini.” Bisa dijawab dengan “Gak kok, Bu. Kemarin pas kontrol ke dokter katanya berat badan anakku bagus sesuai grafik tumbuh kembangnya. Dokter juga menyarankan untuk terus memberikan asi eksklusif sampai enam bulan.” Gunakan peran dokter dalam perbincangan ini. Karena orang lain akan lebih percaya kalau yang berbicara adalah pakar di bidangnya, dibandingkan kita yang posisinya adalah si ibu baru. Memang menyebalkan sih. Tapi serius deh, I have been there and done that!

  1. TAKE IT EASY

Jangan dimasukkan ke dalam hati kalau ada yang kurang berkenan ya, Urban Mama. Intervensi akan selalu ada suka gak suka, mau gak mau. Capek hati kita kalau terlalu memikirkan omongan orang lain. Padahal dalam mengasuh anak sudah banyak menyita tenaga dan pikiran. So, gak perlu lagi di tambah-tambahin dengan hal gak penting.

  1. RENDAHKAN NADA BICARA

Lama-lama mulai mengganggu nih. Sah-sah saja untuk mengutarakan juga pendapat kita. Misal, ada saudara yang menawarkan camilan kurang sehat ke anak kita. Bisa kita bilang “Maaf mbak, tapi Gio gak saya biasakan makan itu”. Berbicara dengan nada rendah, tetapi tegas akan membuat mereka lebih paham dibandingkan jika kita berbicara dengan nada tinggi, yang bisa memancing emosi si lawan bicara juga.

Jadi, kira-kira empat hal itulah yang bisa kita lakukan dalam menyikapi intervensi orang lain dalam pola pengasuhan anak. Mengerjakan tugas seorang ibu saja sudah cukup menguras energi dan pikiran, jadi gak perlu lagi kita tambahi lagi dengan hal-hal yang tidak penting. And I believe that every mom have their own way to educate and treat their kids.

Last but not least, attitude is not everything but it will make a big differences.

12 Comments

  1. avatar
    Loecia Nhadilah Sannie September 15, 2017 7:00 pm

    Terkait no. 2, kadang kalau aku jawab pakai "Kata dokter bla bla bla, kata dokter bli bli bli.." aku suka dibalas dengan: "ah gak juga, dulu saya gak ikutin saran dokter, anak saya sekarang sehat2 saja."
    Huhu suka bingung sendiri bagaimana menyikapi dengan tepat tanpa perlu bikin pihak tsb sakit hati (eh tapi malah aku yg sakit hati karena makan hati huhu)

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    Eka Gobel March 1, 2017 11:14 am

    Sepakat dewi!
    Kadang, karena kondisi kita yang lagi nggak fit, bentuk perhatian dari orang2 terdekat kita rasa sebagai perhatian yang berlebihan atau intervensi.
    Cukup senyum dan ucapkan terima kasih atas perhatian dan saran2nya, dan bila memang mengganggu nggak perlu dipikirin. Hempas manja saja :)

    TFS dewi tips nya!

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    Woro Indriyani February 22, 2017 9:52 am

    TFS mba Dewi, memang nih perlu banget tau biar ga gampang galau tiap dikomen sama orang masalah pola asuh :)

    1. avatar
      Dewi Febrianti February 25, 2017 9:34 am

      Anytime mbak Woro... iyess pasti tiap orgtua punya cara masing2 yg terbaik utk pola asuh anak :)

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .



  4. avatar
    Febi February 21, 2017 8:05 pm

    Ini aku banget pas anak pertama. Kalau anak kedua sekarang sudah nyantai hihii. TFS, mba. Pasti masukan berguna banget buat ibu-ibu baru :)

    1. avatar
      Dewi Febrianti February 25, 2017 9:35 am

      Waah semoga nanti aku juga kalo punya anak kedua lebih nyantai kayak mbak Febi hehe :)

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .



  5. avatar
    Agatha Nuri Prasanti February 21, 2017 9:21 am

    Mbak Dewi, tfs ya. Benar dan bermanfaat banget nih artikelnya secara hampir setiap saat mau gak mau adaaa aja intervensi dari orang sekitar...dan jurus andalanku memang selalu bawa2 nama dsa-nya kalo udah menyangkut berat badan anak yang (keliatannya) gak gendut padahal sehat. hihihi.

    1. avatar
      Dewi Febrianti February 25, 2017 9:36 am

      Same here!!! *toss
      Iyaa pake nama dsa udh paling ampuh hahaha

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .