Ramadhan in the Arctic Circle

Selama ini saya terbiasa dengan pola puasa Ramadan di tanah air: 13 jam, durasi malam-siang yang jelas, serta setiap hari selalu ada makanan khas bulan puasa yang melimpah ruah. Begitu pindah menetap di utara Norwegia, pengalaman puasa yang dijalani benar-benar berbeda.

Ramadan tahun ini jatuh pada pertengahan musim panas. Salah satu fenomena unik yang berlangsung di Tromsø saat musim panas adalah midnight sun. Midnight sun adalah fenomena alam yang terjadi di wilayah lingkar kutub utara antara bulan Mei hingga Juli, dimana kemunculan matahari masih teramati sampai di waktu tengah malam. Akibatnya, hari-hari musim panas di kutub utara selalu terang selama 24 jam penuh, tidak ada malam hari yang gelap, matahari tidak tampak terbit maupun tenggelam. Kondisi terang 24 jam ini berpengaruh pada penentuan waktu shalat dan waktu berbuka puasa. Kalau selama 24 jam posisi matahari selalu di atas garis cakrawala (tidak tampak terbenam maupun terbit), sulit juga untuk menentukan waktu shalat dan kapan masuk waktu berbuka puasa.

[caption id="attachment_108323" align="aligncenter" width="496" caption="Sahur, yuk!"][/caption]

Di kota-kota di selatan Norwegia yang tidak masuk dalam lingkar kutub utara, posisi matahari terbenam masih bisa teramati namun ini menjadikan durasi puasanya terlalu panjang (bisa lebih dari 21 jam). Oleh karenanya beberapa mesjid & komunitas muslim mengikuti jadwal shalat dari kota/negara terdekat yang kondisi terbit-terbenamnya matahari masih bisa teramati. Untuk kota-kota di utara Norwegia yang berada dalam lingkar kutub utara (arctic circle), ada fatwa dan kesepakatan yang dibuat oleh islamic council & imam masjid setempat bahwa patokan jadwal shalat selama bulan-bulan midnight sun boleh mengikuti jadwal shalat di Mekkah. Kemudahan ini memungkinkan muslim-muslimah di Tromsø tetap dapat menjalankan ibadah puasa saat Ramadhan jatuh pada pertengahan musim panas. Namun sekali lagi, ini hanya berlaku di kota-kota Norwegia yang masuk dalam wilayah arctic circle seperti Tromsø, Hammerfast, Kirkenes, Alta (Nordkapp) serta Longyearbyen. Kesepakatan yang sama juga berlaku saat fenomena Polar night berlangsung di musim dingin, dimana dari bulan November hingga Januari kondisinya gelap 24 jam karena posisi matahari selalu berada di bawah garis cakrawala.

Saya jadi teringat cerita Zainab, muslimah Somalia yang yang sudah enam tahun tinggal di Tromsø. Katanya, puasa Ramadhan di Tromsø empat tahun yang lalu berlangsung sampai 20 jam. Dua puluh jam, bayangkan. Mendengar cerita Zainab, saya sempat degdegan apakah akan kuat menjalani puasa ekstra-lama tersebut. Ternyata untuk musim panas ada pengecualian. Kalau dihitung empat-lima tahun ke belakang, Ramadhan saat itu jatuh pada musim gugur. Saat musim gugur sudah tidak ada lagi fenomena midnight sun, sebagaimana saat musim semi sudah tidak ada lagi fenomena polar night. Saat perbedaan waktu siang-malam sudah kembali normal dan posisi matahari dari terbit sampai terbenam sudah bisa diamati, maka ketentuan mengikuti waktu shalat Mekkah tidak diberlakukan.

[caption id="attachment_108324" align="aligncenter" width="496" caption="Midnight sun"][/caption]

Kalau mengikuti waktu Mekkah, puasa di Tromsø berlangsung sekitar 15 jam. Hanya beda dua jam lebih lama dari durasi puasa di Indonesia. Masih lebih panjang durasi puasa saat tahun lalu tinggal di New Jersey, sekitar 18 jam. Banyak teman yang bertanya: bagaimana puasa di kutub utara, enak dong puasa dingin-dingin?

Enaknya ya hanya tidak panas saja, karena tahun ini rata-rata suhu hariannya sekitar 10 derajat Celsius (bayangkan betapa dinginnya saat winter). Dingin-dingin begini sebenarnya lebih cepat terasa lapar. Seperti kalau tinggal di daerah Puncak, dingin-dingin bawaannya apa lagi kalau bukan ingin ngemil terus. Alhasil bayangan mie instan telur kornet jadi lebih sering hadir di kepala. Selain itu karena kelembapan udaranya cukup rendah, yang paling terasa adalah tenggorokan kering & kadang sampai perih. Di rumah, ini kami akali dengan menaruh semangkuk air hangat di meja makan agar udara menjadi agak lembap. Suami saya punya pendapat sendiri tentang tenggorokan kering ini, "Kalau tenggorokan kering, makin banyak ngomong ya makin perih. Anggap saja ini supaya banyak-banyak jaga lisan selama puasa".

Dalam cuaca dingin, secara fisiologis orang akan lebih sering bolak-balik buang air kecil untuk menjaga suhu normal tubuh. Makanan berserat tinggi seperti sayur, buah, muesli serta oatmeal membantu 'menahan' cairan dalam saluran pencernaan, selain juga membuat lebih lama terasa kenyang. Namun konsumsi makanan berserat tinggi harus diimbangi dengan banyak minum air putih; kalau tidak perutnya akan sembelit. Jadi sehabis sahur makan yogurt muesli, oatmeal, roti gandum atau minum smoothies selalu dibarengi dengan banyak minum air putih.

Satu lagi yang saya (pribadi) rasakan: makin panjang durasi puasanya, perut cenderung lebih 'kaget' saat berbuka. Tidak bisa kalap makan-minum, padahal rasanya justru ingin segera makan banyak. Jadinya harus makan sedikit-sedikit tetapi sering. Saat berbuka cukup minum teh manis dan sedikit camilan agar gula darah kembali normal. Setelah shalat maghrib barulah makan malam. Idealnya makan banyak sayur dan lauk yang tidak pedas-bersantan-atau digoreng dulu. Sekali-dua kali saja kami makan nasi, sambal ulek, gorengan dan berbuka pakai kolak, karena jujur saja, kangen juga sama makanan Indonesia. Soal makan nasi, ternyata nasi lebih cepat dicerna tubuh, akibatnya lekas lapar lagi setelah beberapa jam makan nasi. Kami pun akhirnya lebih sering mengonsumsi pasta, kentang dan roti gandum. Mungkin kalau di Indonesia, alternatif sumber karbohidratnya lebih banyak karena ada singkong, jagung serta ubi-ubian. Saya pikir Urban Mama di tanah air bisa juga mencoba ‘strategi’ ini. Oh ya, sebelumnya saya cukup sering minum kopi namun saat puasa harus dikurangi karena kopi membuat lebih sering buang air kecil (diuretik).

Tantangan lainnya dalam cuaca dingin adalah malas bergerak. Dalam kondisi dingin, dorongan untuk tarik selimut terasa berkali-kali lipat lebih besar. Ditambah lagi kalau durasi puasanya lebih panjang. It's not the lack of food, it's the waiting that's hard. Kalau malasnya dituruti, badan semakin terasa lemas. Hari-hari puasa justru lebih terasa 'ringan' saat ada kesibukan & aktivitas sehari-hari tetap berjalan seperti biasa: jalan kaki antar-jemput Alma ke sekolah, berbelanja, dan sebagainya. Tahu-tahu sudah tiba waktu berbuka puasa. Aktivitas low impact seperti berjalan kaki dan peregangan dengan yoga cukup ampuh mengusir rasa malas & membuat badan terasa enakan. Kalau Urban mama memilih olahraga high impact seperti lari, bisa dicoba malam hari setelah berbuka. Di sini saat musim panas banyak sekali orang yang keluar lari atau jogging di malam hari, sekalian menikmati sinar matahari yang berlimpah selama 24 jam.

Harus diakui, berpuasa nun jauh di kutub utara itu ya sepi. Jauh dari hingar-bingar perayaan Ramadhan khas tanah air. Rindu dengan suasana puasa di tanah air? Tentu saja. Bagaimana tidak, baik saya dan suami tumbuh besar dengan kenangan indah bertahun-tahun puasa di tanah air. Untungnya sekarang sudah ada teknologi video call, jadi cepat tersambung dengan keluarga di tanah air. Namun sebelum video call kami hitung-hitung dulu waktunya, jangan sampai berbarengan dengan waktu berbuka puasa di tanah air. Kalau ada waktu luang, biasanya sesama orang Indonesia akan berkumpul mengadakan buka puasa bersama. Sedikit sih, hanya ada sebelas orang Indonesia yang tinggal di Tromsø tetapi tetap seru karena potluck makanan Indonesia, yay! Di mesjid kota Tromsø juga diadakan tarawih berjamaah namun biasanya hanya bapak-bapaknya saja yang datang. Kami sekeluarga lebih memilih tarawih di rumah. Semula saya pikir suasana Ramadhan yang sepi seperti ini akan sangat-sangat membosankan. Setelah melewatinya barulah terasa ada yang beda. Yang tadinya terasa sepi, ternyata adalah tenang.

Bagaimana dengan puasa Urban mama sejauh ini? Semoga lancar terus hingga tibanya bulan Syawal ya.

17 Comments

  1. avatar
    Retno Aini July 12, 2015 9:15 pm

    @UmmiKaltsum aamiin, terima kasih ya & semoga lancar juga puasanya :D memang unik ya tnyt kondisi berpuasa di belahan bumi lain

    @Chika aamiin... Chika juga, smg lancar puasanya & sehat2 terus. Ternyata keriingg Chik haha, ngeliat Alma minum air putih cegluk-cegluk aja gw ikutan cegluk2 xD

    @Ipeh iya Peh, alhamdulillah di sini masih bisa puasa. aamiin... Ipeh juga, smg sehat2 terus n lancar puasanya ya :D

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    Retno Aini July 12, 2015 8:56 pm

    @Thea setujuu... pokoknya asal bareng2 sama keluarga, insha Allah puasanya tetap menyenangkan :D

    @Indah aamiin.. sama2 ya Indah, semoga lancar juga puasanya brsama sekeluarga :)

    @Wiwit Queen Elsanya kalo udah nyicipin rendang & jengkol nanti nggak mau balik lagi ke Norway loh, berabee... hahahaa! Smg lancar terus ya Wit puasanya sekeluarga

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    Retno Aini July 12, 2015 8:49 pm

    @Novianthi salam kenal juga :D wah terima kasih, aamiin... sama2 ya, semoga ibadah puasanya juga lancar terus & Ramadhannya penuh berkah

    @teh Ninit aamiin... semoga lancar juga ibadah puasa teh Ninit sekeluarga :) iya, yang di Trondheim juga banyak yg ikut waktu Mekkah. Aduh teh, bagian yang pasang mp3 takbiran itu, belum juga semenit aku sudah mewek tersedu2 kangen malam takbiran di rumah xD

    1. avatar

      As .



  4. avatar
    musdalifa anas July 12, 2015 4:38 am

    Ai, gue khusyuk banget nih baca-nya. Alhamdulillah ya diberi nikmat berpuasa di sana, di tempat spesial spt di Tromso. Semoga ramadhan-nya lancar sampai hari raya tiba.

    1. avatar

      As .



  5. avatar
    Siska Knoch July 11, 2015 8:03 am

    Aiii.. gue juga sempat mikir enak puasa disitu karena dingin, tp ternyata ada tantangan lainnya yg berat juga.
    Semoga di lancarkan ya ai, selalu sehat sekeluarga :*

    1. avatar

      As .