Serba-serbi Maternity Care di Belanda
Selain terkenal dengan bunga tulip dan kincir anginnya, Belanda juga terkenal dengan sistem kesejahteraan sosial berupa maternity care yang luar biasa. Beberapa konsep dan sistem kesejahteraan sosial ini berbeda dengan Indonesia, mulai dari kehamilan, persalinan, sampai perawatan pasca bersalin. Bagaimana negara Belanda mengatur semuanya dan beberapa standar maternity care yang telah ditetapkan negara, akan saya bagi di sini berdasarkan pengalaman kami selama tinggal di Belanda.
Kramzoorg
“My job only available in Netherlands, no other countries in the world have this kind of maternity care”, begitu ucapan kramzoorg yang masih melekat dalam ingatan saya sampai saat ini. Kramzoorg adalah maternity assisten yang membantu para ibu setelah ibu melahirkan. Di Belanda, kramzoorg ini sifatnya boleh dikatakan wajib. Perpanjangan tangan midwife dan tenaga kesehatan lainnya yang membantu di awal-awal seorang perempuan berganti peran menjadi ibu. Tugasnya apa saja? Membantu ibu dan bayi, dan memastikan kesehatan keduanya baik. Diantaranya menggantikan popok, mengajarkan ibu memandikan bayi, membersihkan rumah, menyiapkan makanan, mencuci pakaian, menyetrika dan beres-beres rumah. Selain itu kramzoorg juga turut memastikan kondisi psikologis ibu apakah mengalami stress, memastikan ibu sudah tidur atau belum. Selama 8-14 hari pasca melahirkan, para ibu di Belanda akan dibantu kramzoorg tergantung kondisi ibu setelah melahirkan (melahirkan per vaginam atau lewat operasi caesarian). Biaya kramzoorg ini tidak gratis, tetapi sebagian besarnya ditanggung oleh negara. Tidak mahal kok dibandingkan manfaat yang didapat.
Homebirth & natural birth
Di Belanda homebirth masih familiar, konon katanya tertinggi di dunia. Proses persalinan homebirth di Belanda sekitar 30%, bandingkan dengan di UK yang hanya 2%, di Amerika Serikat sebanyak 1%, dan Belgia 1%. Artikel lain menyebutkan bahwa di negara-negara Eropa lainnya seperti Jerman, Perancis, Inggris, bahkan Skandinavia saja angka kejadian homebirth tidak lebih dari dua persen dari semua kelahiran. Mengapa homebirth? Katanya sih karena 'nowhere feels like home', melahirkan di rumah ada kenyamanan tersendiri.
Prosedurnya kira-kira seperti ini: bidan akan datang ke rumah bersama asisten membawa partus set, resutasi neonatal, oksigen, dan lainnya. Di rumah biasanya dianjurkan untuk memasang bed raiser dan maternity package yang didapat dari pihak asuransi ataupun membelinya sendiri berguna untuk pemeriksaan fisik di awal persalinan. Selama persalinan bagi yang homebirth ataupun postnatal care, bidan akan home visit dua hari sekali selama enam hari postnatal bersama maternity assistant atau kraamzorg.
Tentunya homebirth dianjurkan jika kondisi ibu dan janin sehat dan tidak ada masalah. Bagaimana kalau terjadi kejadian gawat darurat? Midwife akan merujuk ke rumah sakit yang sudah ada alur rujukannya dengan menggunakan mobil ambulans dan rata-rata jangkauan jarak dari rumah ke rumah sakit terdekat adalah 10 menit perjalanan. Alasan paling umum untuk merujuk seorang wanita saat melahirkan adalah cairan mekonium (21,8%), pemanjangan kala 1 (16,2%) dan pemanjangan kedua persalinan (10,7%) (’08, PRN).
Kenyataannya hingga kini walaupun homebirth di Belanda paling tinggi dibandingkan negara lain, para ibu banyak yang memilih melahirkan di rumah sakit. Jika tidak ada indikasi medis, maka melahirkan di rumah sakit akan dikenakan tambahan biaya yang tidak dicover asuransi. Pemberian obat pengurang sakit saat melahirkan adalah pilihan terakhir yang diberikan jika sangat diperlukan.
Peran Midwife
Midwife adalah tenaga kesehatan utama yang berperan dalam melayani kehamilan, persalinan dan perawatan enam hari pasca persalinan. Di Belanda, selurug pemeriksaan kehamilan dan persalinan yang fisiologis seluruhnya ditangani oleh midwife. Dokter spesialis obstetri dan ginekologi hanya menangani kasus patologis. Pengalaman saya dengan riwayat persalinan operasi caesarian pada anak pertama, ketika hamil anak kedua saya menjalani pemeriksaan kehamilan sampai 36 minggu diperiksa oleh midwife. Setelahnya ditransfer ke rumah sakit untuk diperiksa keseluruhan oleh obgyn, karena kehamilan saya tidak ada masalah maka pemeriksaan selanjutnya kembali dikelola oleh midwife di rumah sakit. USG hanya dilakukan dua kali saja selama kehamilan. Selain itu, saya wajib melahirkan di rumah sakit. Alhamdulilah atas segala kemudahan, anak kedua kami dilahirkan pervaginam yang dibantu oleh midwife di rumah sakit.
Standar kebutuhan perlengkapan bayi
Standar perlengkapan bayi ini unik, menurut saya. Saat trimester 3, saya mendapat daftar dari midwife yang isinya semua soal perlengkapan ibu & bayi yang harus kami persiapkan. Terlihat remeh, tetapi begitu rinci dan semuanya untuk keamanan bayi & memudahkan segala pihak. Sebut saja pakaian bayi, kami dianjurkan untuk menyiapkan 6 lembar size 50/56 (size terkecil newborn). Bak mandi dan stand, meja ganti popok, baby box semuanya untuk kenyamanan ibu dan tenaga kesehatan agar tidak membungkuk yang mengakibatkan sakit punggung. Hal-hal sepele dan ribet tetapi banyak manfaatnya. Ini semua standar mengikuti kebijakan di Belanda, maka untuk mendapatkan barang perlengkapan ini cukup mudah & murah.
Biaya persalinan
Asuransi adalah wajib bagi setiap orang yang menetap di Belanda. Termasuk maternity care. Meskipun 5 bulan di awal kedatangan kami belum membayar asuransi, namun saat sudah ada kontrak dengan asuransi maka akan terhitung bayaran dari awal datang. Asuransi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan, apakah membutuhkan maternity care atau tidak. Dari pengalaman saya yang datang ke Belanda dalam kondisi hamil, maka saya membayar asuransi EUR 103 per bulan hingga sekarang. Jadi pelayanan kehamilan dan persalinan yang saya dapat disini tidaklah gratis, melainkan karena kami membayar asuransi setiap bulan. Dan jika tidak ada asuransi maka biaya pemeriksaan hamil dan yang melahirkan yang harus dikeluarkan sangatlah besar. Namun keuntungannya pelayanan kesehatannya merata.
Vitamin & obat-obatan
Saya tidak pernah mengonsumsi vitamin apapun selama hamil di Belanda. Midwife mengatakan bahwa asupan nutrisi saya dan janin sudah cukup dari makanan sehari-hari. Kecuali saat trimester 1, saya dianjurkan mengonsumsi suplemen asam folat dan vitamin D karena asupan cahaya matahari yang kurang didapat.
Langsung pulang
Di Belanda, bagi para ibu yang melahirkan di rumah sakit tanpa indikasi medis sudah bisa pulang ke rumah kira-kira 2-3 jam setelah melahirkan. Dan datang ke rumah sakit dibolehkan saat sudah mulai kontraksi setiap 5 menit yang berlangsung konsisten dalam 1 jam. Aturannya adalah harus menelepon pihak rumah sakit terlebih dahulu. Pengalaman saya datang ke rumah sakit sudah pembukaan lengkap (10 cm), karena bayi lahir dengan bert badan di bawah 2500 gram, jadi harus diobservasi 1×24 jam. Kami juga meminta tambahan untuk menginap 1 hari di rumah sakit, tetapi sayangnya tidak diperbolehkan.
Itulah gambaran umum maternity care di Belanda. Namun setiap negara punya nilai lebih dan minusnya sendiri untuk maternity care ini. Bagaimana negara lain? Saya belum punya pengalaman di negara lain. Namun satu hal yang menarik: walaupun Belanda punya banyak kenyamanan seputar maternity care, tetapi jika membahas soal cuti melahirkan bagi ibu & ayah. Belanda termasuk negara yang “minim cuti”. Di Belanda, ibu yang bekerja memiliki waktu cuti bekerja minimal 16 minggu. Sekitar 4-6 minggu sebelum due date dan minimal 10 minggu setelah persalinan. Untuk kasus melahirkan yang di luar taksiran persalinan, cuti hamil hanya sekitar 17-18 minggu, dan pemerintah membayar gaji penuh selama cuti tersebut. Setiap ibu yang bekerja berhak untuk memberikan ASI untuk bayinya, menggunakan 1/4 jam kerjanya untuk menyusui bayi selama 9 bulan pertama dan pihak instansi kerja memfasilitasi ruangan untuk menyusui. Seorang ayah dapat cuti bekerja 5 hari, dengan catatan 2 hari tetap digaji dan 3 hari tidak digaji. Bandingkan dengan cuti melahirkan di negara lain seperti Finlandia yang memberikan cuti melahirkan untuk ibu bekerja selama 7 minggu sebelum due date dan 16 minggu pasca melahirkan. Hal ini berlaku juga untuk student mom. Untuk para ayah, negara juga menawarkan cuti selama 8 minggu untuk membantu keperluan istri dan anak. Dan ketika anak berusia 3 tahun, negara memberikan cuti partial bagi para ibu untuk urusan kantor dan rumah hingga anak berusia sekitar 9 tahun. Cuti melahirkan di Swedia lebih-lebih lagi; ibu mendapat cuti 480 hari & gaji yang diterima 80%. Uniknya di Sweden, ayah juga mendapat cuti selama 90 hari, ide ini bermula agar para ayah dapat membantu mengasuh anak-anak lainnya, membentuk ikatan bonding antara ayah & anak agar tidak ada kecemburuan karena hadirnya sang adik.
0 Comments