Winter Running
Atau saya menyebutnya dengan “Brrrrrun…”, karena memang begitulah yang saya rasakan saat melangkahkan kaki keluar rumah untuk mulai lari.
Setahun yang lalu, tidak akan ada yang menyangka kalau saya sanggup berlari di musim dingin. Bahkan, dulu saat saya lihat beberapa orang joging ketika udara menggigit tulang rusuk, saya pasti menuduh mereka gila. Seriously, saya saja yang duduk di mobil, dengan coat tebal dan penghangat masih menggigil, kok orang-orang malah lari di luar ruangan pakai baju tipis? Entah mereka keturunan Gatot Kaca, atau mereka... gila. Seperti yang sudah saya bilang tadi.
Tapi ternyata sejak keranjingan lari, saya jadi mengerti kenapa masih banyak orang melakukan aktivitas ini tanpa terpengaruh cuaca di luar. Saat kita mencintai suatu kegiatan, tentunya kita tetap ingin melakukannya terus-menerus, kan? No matter what.
Begitu juga dengan lari. Hobi yang satu ini ternyata bikin ‘ketagihan’! Jadi tidak peduli hujan angin, panas debu atau badai, kita pasti cari jalan untuk bisa berlari.
Saya lalu mencari informasi tentang lari di musim dingin.
Berikut ini beberapa rangkuman yang saya dapat setelah mencari berbagi tips, sekaligus dari pengalaman pribadi.
1. Gear up, stay warm and dry
Biasanya saat memasuki winter, toko olahraga (di negara 4 musim) sudah menyiapkan koleksi musim dinginnya. Khusus untuk lari, saya memilih bahan yang mudah kering saat basah/terkena keringat (yes, you will sweat) tapi sekaligus juga memiliki isolasi sehingga tetap hangat. Tadinya saya pikir baju lari untuk winter tebal-tebal, tapi ternyata tidak. Saya sempat ragu saat membeli running tights baru khusus winter. Kok bahannya tipis sekali? Bisa beku dong, pikir saya waktu itu. Ternyata tidak. Walaupun tipis, baju itu punya sistem isolasi yang mampu menahan panas tubuh sehingga kita tidak kedinginan. Selain itu menggunakan layers - alias beberapa lapis baju juga disarankan- sehingga mudah menyesuaikan dengan kondisi. Biasanya saya pakai kaos lari lengan panjang dan jaket penahan angin dan waterproof. In theory, when you start running you should feel slightly cold. Setelah lari beberapa saat baru kita akan mulai ‘panas’, so do not overdress. Jangan lupa juga pakai penutup telinga (bisa kerudung atau headband yang besar atau penutup kepala) dan sarung tangan. Tips: Baju lari khusus dan aksesoris untuk musim dingin lebih mahal harganya dibandingkan untuk musim panas. Saya menyiasatinya dengan menabung sejak musim panas, sekaligus memberi reward untuk diri sendiri setiap 100 km. Mungkin juga saya akan memborong saat sale akhir musim dingin nanti, untuk winter tahun berikutnya! Consider it, an investment!
2. Get some sun
Saya berusaha sebisa mungkin untuk lari saat matahari masih bersinar. Selain karena lebih sehat (vitamin D), sinar matahari juga ampuh memperbaiki mood saya. Apalagi di saat winter, biasanya saya jarang banget ‘ketemu sama matahari’ (bulan Desember di Belgia, matahari terbit pukul sekitar 08.45 dan terbenam 16.45) . Jadi saat lari, saya memuaskan diri mereguk sinarnya (but, do not forget to put on some sun block!)
3. Lari malam? Be seen and be save!
Sayangnya, di saat winter, sering jadwal saya dan matahari suka nggak cocok. Apa boleh buat. Mau tidak mau, saya harus lari saat hari sudah/masih gelap. Tidak masalah, selama saya pake baju warna mencolok dengan reflector sekaligus headlamp. Better safe than sorry, right?
4. Protect your skin
Selain sun block (during the day) sebaiknya tetap pakai moisturizer plus lip balm karena udara dingin bikin kulit dan bibir jadi kering bahkan sampai pecah-pecah.
5. Start against the wind
Saat berlari, kalau bisa mulailah dengan menantang arah angin lalu berbalik arah saat pulang. Kenapa? Karena saat mulai lari kita belum berkeringat. Bayangkan saat tubuh mulai berkeringat, baju basah, dan kita harus berlari menantang angin saat suhu 0 derajat celcius. Dijamin, pulang-pulang langsung masuk angin.
6. Sakit dada?
Saya sempat beberapa kali merasakan sedikit susah bernapas. Saya pikir, asma kumat nih. Ternyata setelah saya baca-baca, udara yang terlalu dingin memang bisa terasa menyakitkan saluran pernapasan kita. Apalagi disaat lari, napas cenderung ngos-ngosan, sehingga tidak ada waktu bagitu tubuh untuk menghangatkan udara yang kita hirup. Akhirnya udara dingin masuk ke paru-paru sehingga kita merasa sesak/sakit. Ternyata cara menghindarinya cukup mudah, yaitu dengan mengatupkan tangan di depan hidung atau mulut untuk menghangatkan udara yang akan kita ambil. Bisa juga menggunakan masker. Saat udara sangat dingin, disarankan juga untuk lari lebih pelan (pace lambat dan stabil) dan hindari speedwork.
7. Motivasi
Jujur, ini yang paling susah, apalagi kalau pilihanya antara: santai di sofa nonton tivi, berselimut sambil minum cokelat panas, atau lari saat dingin dan gelap. Memang butuh disiplin diri dan motivasi luar bisa untuk tetap rajin berlari. Dari beberapa tips yang saya baca, disarankan untuk punya support group atau teman lari bareng. Saya pribadi mengakalinya dengan membuat jadwal: Senin, Rabu, dan Sabtu adalah jadwal lari saya. Hanya boleh bolos kalau hujan atau sakit. Bahkan kalau hanya hujan, saya harus menggantinya dengan olahraga lain.
Selain itu, saya juga menjadwalkan ikut race saat winter berakhir. Dengan begini, saya bisa semakin semangat dan fokus untuk menuruti jadwal latihan saya. When you have a specific goal, you will be more motivated!
Saya juga tidak lupa untuk memberi reward buat diri sendiri. Untuk tiap kilo yang saya tempuh selama bulan Desember sampai Maret, saya menghargainya dengan sedikit uang. Semakin banyak lari, semakin banyak uang yang akan saya dapat. Yay, shopping time!
But above all, jangan lupa kalau tetap berolahraga itu penting selama bulan-bulan musim dingin yang berat. It keeps you fit and happy. Seriously.
8. Be smart and flexible
Walaupun saya memberi beberapa tips untuk tetap disiplin berlatih, winter sepertinya bukan waktu yang tepat untuk menaikan target kecepatan ataupun prestasi lain yang ingin kita raih dalam berlari. Jadi jika kondisi benar-benar tidak memungkinkan (misalnya jalanan licin karena salju), saya memilih untuk melakukan olahraga indoor dan tidak mau memaksakan diri.
9. Pemanasan
Biasanya saya melakukan pemanasan di dalam rumah. Saat winter, pemanasan pun dilakukan sedikit lebih intens sehingga suhu tubuh saya sudah naik dan siap menerima terpaan udara dingin di luar sana.
10. Cooling down
Selesai lari, jangan lupa untuk tetap melakukan pendinginan seperti biasa. Berjalan santai sebentar di luar ruangan cukup oke, tapi usahakan tidak terlalu lama dan lakukan stretching di dalam ruangan supaya suhu tubuh terjaga.
Walau terdengar menakutkan dan ‘gila’, ternyata lari di saat winter menyenangkan juga loh (I still cant believe I’d say this). Satu hal yang saya suka dari lari adalah kita jadi semakin menghargai alam, dan di saat winter, ada kecantikan sendiri yang membuat saya semakin menikmati lari.
So… running in the cold? Siapa takut!
Mba fanny (ini ga ikut2an)
makasih tipsnya ya fan :), btw, kira kira sampai suhu minus berapa ya fan lari di masa winter masih ditolerir?
mhuahahah.. ntar deh fotonya di pasang di TSO ajah yahhh
Mbak Fanny, are you jogging or joking?
hihihii..
Deuh, sebelas duabelas deh mbak, di Jakarta lg musim hujan..Nah kalo hujan turun pagi hari, aku larinya goodbye deh..kembali pada pelukan selimut hangat -.-"
Salut deh sm Mbak Fanny yang akhirnya bisa membulatkan tekad menerjang dinginnya cuaca!
Sama seperti khalayak ramai, aku juga pingin liat fotonya Mbak Fanny dengan kostum lari edisi winter :D
canggih deh kakak fanny.. dingin2 masih lari. disini yang gak winter aja masih suka males loh kakakkkk... canggih deh emang, teladan!
tapi kenapa ga ada foto pake winter gearnya sih kakaaa?? hihihi.. kan pengen liat!