happyme-lia..kebetulan pernah punya pengalaman dengan tes mantoux. Iya sih, kalau baca2 di internet dan milis sehat, TBC ini termasuk penyakit yang penegakan diagnosisnya rumit. Dokter aja suka beda pendapat, gimana dengan orang awam ya :P. Sdh gitu treatment untuk yg negatif hasil tes mantouxnya juga beda-beda, dan ini sempat dialami anakku.
Dulu ilyasaku juga pernah disuruh tes mantoux untuk TBC waktu usia 7 bln krn BBnya seret naik. Dari usia 4 sd 7 bln ga naik samsek mentok di angka 7 kg. Padahal waktu 4 bln BBnya sdh 7 kg. Sebenarnya pernah cerita ini di thread slow growth sama thread jendolan di belakang kepala bayi Tapi ya kayaknya gapapa diulang di thread ini biar lebih jelas topiknya.
Positif TBC
Ini cerita ttg yang positif TBC
1.Adikku.
Jaman adikku masih kecil (usia 1,5 tahun), juga divonis kena TBC oleh dokter setelah hasil tes darah dan rontgennya mendukung. kalau tes mantoux kayaknya waktu itu belum lazim digunakan ya. Waktu itu awal tahun 1990. Skrg sih adikku sdh kuliah. Padahal kalau dilihat dari BB adikku lumayan montok juga, waktu itu usia 1,5 tahun BBnya 12kg lebih. Memang gejala awalnya adikku sering banget batuk pilek waktu itu. Di keluargaku nggak ada yang menderita TBC, pun demikian dg pengasuhnya. jadi ga tahu juga tertular dari mana. Sejak saat itu dipantang ga boleh dekat2 dengan asap rokok dan memakai obat nyamuk bakar agar tidak memperparah kondisinya.Pengobatan rutin 6 bulan tidak boleh putus. Setelah pengobatan 6 bulan tetap harus kontrol ke dokter sd setahun kemudian. Dimulai dari per bulan, kemudian perdua bulan. Obatnya ibuku sdh lupa namanya, tapi ada yang warnanya merah gitu. Kalau tidak salah itu masih digunakan untuk obat TBC sd sekarang.
2. Anak sahabatku.
Ini cerita ttg anak sahabatku yang waktu bayi didiagnosis positif TBC. Kebetulan dulu dokter anak langganan kita sama. Prof M di cipete jaksel. Jadi dulu anaknya temanku (waktu itu sekitar 5 months) tumbuh benjolan di kepala bagian bawah (atas tengkuk) dan di daerah dekat leher dan telinga. Awalnya sama prof M dikira TBC kelenjar, ternyata akhirnya dinyatakan sebagai TBC tulang. Waktu itu harus juga menjalani pengobatan 6 bulan. Kalau pengobatan 6 bulan ini tidak berhasil baru dianjurkan untuk tindakan operasi pada benjolannya itu.
Kalau dilihat dr BB, anak temanku ini termasuk yang montok juga, Waktu itu 7 bulan BBnya sudah 8 kg. Dan dia juga termasuk yang jarang batpil. Lingkungan keluarga ga ada yang kena TBC, bahkan sangat higienis,soalnya om dan tantenya yang juga tinggal di rumah itu dokter juga. Kalau kata dokter penyebabnya bisa karena beberapa hal seperti tertular dari luar waktu sedang jalan-jalan (temanku sering bawa anaknya jalan2 ke mall kaya aku), pencucian botol/dot yang ga steril, atau juga karena imunisasi BCG yang terlalu dini. Temanku ini anaknya diimunisasi BCG sebelum usia 1 bulan. Menurut prof M, imunisasi BCG jangan dilakukan sebelum bayi usia 1 bulan supaya antibodinya terbangun sendiri. Kalau imunisasi ini dilakukan di bawah usia sebulan malah bisa memicu TBC.
Tesnya sama juga, tes mantoux, tes darah, sama rontgen. Tes mantouxnya hasilnya ga cukup merah saja, tapi juga harus ada bentol semacam gigitan nyamuk gitu (indurasi). nanti dokter menyimpulkan dari diameter hasil indurasi itu positif atau tidaknya hasil tes mantoux itu. Dan krn semua hasil tesnya mendukung ke arah TBC tulang, makanya anaknya temanku itu menjalani pengobatan TBC selama 6 bulan. Obatnya lupa, tapi sama kayak adikku,ada yang warnanya merah. Pengobatan ga boleh putus selama 6 bulan, kalau putus harus mengulang dari awal. Stlh 6 bulan pengobatan, dirontgen sekali lagi dan tiap 2 bulan anaknya harus cek darah, konsul ke dsa (prof M) dan juga dr ahli tulang rekomendasi prof M untuk melihat TBCnya sudah sembuh atau belum. Dan ini berlangsung sd setahun kemudian. Alhamdulillah satu thn setelah pengobatan TBCnya dinyatakan bersih.
Negatif TBC.
Yang ini pengalaman anakku. Waktu usia 7 bulan, sama juga dokternya Prof M di Cipete Jaksel, krn BB anakku stagnan selama 3 bulan dan dokter menemukan ada benjolan di atas tengkuk dan sekitar telinganya maka anakku disuruh tes mantoux, tes darah, dan rontgen. Aku sempat mencari second opinion ke dr A di Hospital cinere, dan beliau juga setuju dg pendapat prof M. Akhirnya jadilah ilyasa di tes mantoux, rontgen, dan darah. Karena hasilnya semua negatif, maka anakku dinyatakan negatif TBC. Tapi waktu itu anakku harus minum obat, namanya pyravit. Sirup gitulah selama 6 bulan. Dan setelah 6 bulan harus rontgen sama tes darah lagi. Dan baik prof M maupun dr A mmg selalu satu pendapat/prosedur dalam penanganan TBC, krn ternyata mereka satu almamater, dari UI.
Nah, ternyata 6 bulan kemudian aku pulkan ke purworejo, jateng. Setelah masa minum pyravit selama 6 bulan itu selesai, aku konsul ke dr W, dokter anak yang merawat adikku waktu dinyatakan TBC.Menurut dr W, kalau memang anak negatif TBC ya nggak usah minum obat ini itu untuk pengobatan TBC macam phyravit. Waktu itu aku terus disarankan untuk mengulang tes mantoux ke ilyasa. Krn dokter W ini tdk punya stok untuk suntik mantoux, maka aku disarankan ke dr S, dsa lainnya yg biasa melakukan tes mantoux. Dan dr. S ini sependapat dengan dr W, kalau memang hasil tes mantoux negatif ya memang anak ga usah minum obat ini itu untuk treatment TBC. Kebetulan de S dan dr W ini almamaternya dr UGM. Setelah tes mantoux ke dua dan hasilnya negatif, akhirnya lega. Alhamdulillah.
Oya, kalau hasil tes TBCnya positif jangan berkecil hati ya mom, toh penyakit ini bisa disembuhkan. Soalnya aku dl habis ilyasa ngatif TBCnya sama prof M terus disuruh tes untuk thalassemia, penyakit yang belum ada obatnya sd skrg. Dan yang kaya gini yang lebih bikin hati ngga karu2an. Walaupun TBC pengobatannya lama, paling tidak masih bisa disembuhkan dan kalau memang positif TBC memang lebih baik cepat diketahui supaya anak juga cepat sehat lagi.
HTH ya. Mangap, panjanggg.