NurieLubis wrote:
G Mom
Akhirnya melarikan diri ke dr. Asti Praborini di KMC n Hospitall Puri Cinere. Kl yg ini amat sangat memuaskan sekali. Langsung cek kondisi bayi (kuning n kurus), cek PD (asi banyak, nipple clogged), cek pelekatan (sudah benar), cek lidah deh (eng ing eng tongue tie!).langsung incisi n program ngejar berat badan while ASIX.pokoknya urusan per-asi-an oke banget. Komunikatif, mau mendengar,dan rajin mencatat (ini yg jarang ditemui di dokter lain). Mungkin beliau sadar pasiennya banyak, drpd lupa2 mlulu, mending catetannya spesifik n panjang :p highly recomended
Hth :)
Iya, dl aku pernah ke
dokter Asti Praborini ini sekitar 2 tahun lalu di Hospital Cinere, dan memang top banget untuk urusan ASI. Awalnya ga tahu kalau beliau itu konsultan ASI. Awalnya kita mmg mau nyari dokter untuk konsul kenapa BB anakku setelah kutinggal kerja kok seret naiknya dan lama2 ASIPku juga drop. Dl waktu konsul ke beliau usia anakku kurleb 7 bulan.
How lucky i am.
Waktu masuk ke ruang paraktek, aku dan suami langsung dijelaskan panjang lebar ttg ASI. Tidak seperti kalau baca2 di internet, yang banyak orang bilang kalau memberi ASI itu mudah, dr. Asti, IMO, lebih realistis. Menurut beliau memberikan ASI itu butuh pengorbanan dan perjuangan krn tiap orang beda problemnya.
Aku cerita ttg problemku dimana anakku 3 bulan BBnya stag di 7 kg krn aku merasa ASIP yang kutinggalkan sering tidak dihabiskan sama baby sitterku (lha kalau anakku nangis digendong2 aja sampai tidur lg), trus problem kenapa ASIPku yang makin lama kok makin sedikit saja huhuhu.
Jawaban dr Asti ttg masalah baby sitter yang tidak memberikan ASIPku sesuai perintahku, namanya juga baby sitter. Dia kan bukan ibu kandungnya, wajar saja jika kurang perduli. Kita bisa membayar baby sitter untuk merawat anak kita, tapi kita tidak bisa membayarnya untuk menyayangi anak kita.
Dijelaskan juga pengaruh pompa ASI yg memang efektivitasnya tdk seperti mulut bayi (pompa ASI tidak seefektif mulut bayi dalam merangsang supply ASI), jadi wajar saja kalau beberapa orang mengalami seperti yang kualami (makin lama ASIP merosot jumlahnya)
Pengaruh capek dan stress di tempat kerja (kadang krn sudah terbiasa, kita tidak sadar kalau pikiran dan badan terlalu capek).
Pengaruh KB hormonal yg cocok2an untuk masing2 orang.
Mungkin juga krn sama2 pake jilbab dr Asti lalu cerita ttg pengalamannya dl resign sebentar dr kerja sewaktu anak2nya masih kecil. Intinya sih beliau tidak melarang seorang ibu bekerja, cuma berharap suatu saat indonesia bisa seperti negara2 lain yang bisa memberikan cuti kepada ibu menyusui sd anaknya berusia 7 bulan atau lebih agar si ibu bisa fokus memberikan ASI ke anaknya seperti halnya beberapa negara di eropa. Tidak lupa juga aku disemangati untuk tetap berusaha memberikan ASI sampai anak usia 2 tahun.
Waktu itu aku diajari juga cara ngasih susu ke baby tanpa lewat dot krn banyak pengaruh negatif memberikan ASIP ke anak lewat dot. Caranya mimik langsung lewat galas/disendokin. Akhirnya pulang dari situ mantap menyapih ilyasa dari botol+dot.
Ternyata beliau juga mengusahakan ibu sepersusuan untuk salah satu pasiennya yang masih new born agar ttp bisa mendapatkan ASI krn ibunya sakit kanker shg tidak bisa menyusui (krn harus kemoterapi kalau ga salah). Hebat perjuangan seorang dokter sampai mau mencarikan ibu susu untuk pasiennya, 2 jempol deh.