Me and Mamaci / Mama Mertuaku , Ibu Keduaku, Kakak bagi orang tuaku
Mama Ci (Nama asli nya adalah Sriah) adalah ibu mertua idamanku.. aku mengenal beliau dengan proses yang cukup singkat karena memang perkenalanku dengan Jiddi (panggilan sayang untuk suamiku) juga berlangsung singkat sampai akhirnya kami memutuskan menikah (hanya dua bulan prosesnya).
Mama Ci seorang ibu yang sangat tangguh! mama mempunyai masa lalu yang sangat berat dimasa kecilnya. Mama berdagang dan membantu orang orang dipasar demi menyekolahkan adik adiknya. Mama juga pernah mengalami operasi pengangkatan rahim karena penyakit kanker rahim yang dideritanya. Mama juga membantu ayah yang hanya pegawai negeri kelas rendah dengan usaha catering dan berjualan nasi. Mama Ci selalu bangun tengah malam untuk memasak demi ketiga anaknya. Dan hebatnya lagi, mama mampu membantu ayah menyekolahkan anaknya hingga semua menjadi sarjana! what an amazing mommy!
Mama Ci merupakan ibu kedua setelah mamaku dikala aku merantau ke kampung halaman suamiku karena tuntutan pekerjaan yang membuka cabang baru di kota Surabaya. Singkat cerita 1minggu setelah Jiddi yakin mengajakku menikah, aku dikenalkan kepada keluarganya. Aku deg-deg-an sekali. Karena pengalaman terakhirku mempunyai calon mertua sangatlah tidak bagus. Ketakutan akan ibu mertua yang galak, pencemburu, memonopoli menghantuiku setiap berkenalan dengan lelaki manapun.
Namun Mama Ci berbeda, kesan pertama yang aku terima itu, tidak pernah berubah hingga kini setelah aku menjadi menantunya, selalu memelukku dengan erat. Mama Ci sangat baik dan keibuan, berbeda sekali dengan Mamaku yang cenderung ceplas ceplos ( kami orang Minang). Kalimat pertama yang aku ingat saat kami dikenalkan adalah “ jadi kapan mba mau mama lamar? Kapan yang ndak sibuk nya? Mama sama ayah ikut aja...kalau memang mbak cuma mau akad thok, Alhamdulillah” . Sungguh itu membuatku terenyuh dan berlari ke toilet resto untuk menangis. Mama membebaskan aku, tidak seperti ketakutanku yang harus begini begitu.
Mama Ci menemani hari-hariku, membelaku disaat aku berselisih paham dengan Jiddi. Tempatku bertanya bagaimana bersikap terhadap Jiddi yang keras kepala. Bahkan mama Ci pula yang mengurusku dan menemaniku tidur selama aku sakit , mama ci selalu memasakkanku sarapan dan membekali ku nasi ketika aku berangkat kerja. Aku merasa tidak sendirian. Mama pula yang menguatkan aku sebelum aku akhirnya dipingit dengan berkata “mbak, apapun yang mbak dengar nanti tentang mas anggap itu masa lalu, pada akhirnya mbak lah yang dipilih mas untuk menjadi istrinya.. mama titip anak mama ya mbak, mas itu ndak bisa kalo dicuekin, dan selalu lupa makan kalau sudah kerja....” dan banyak lagi nasihat mama yang terdengar seperti ‘bocoran ujian’ buatku didalam taksi menjelang ke airport.
Mama Ci, selalu dia yang aku ingat disaat Jiddi mendapatkan rezeki. Aku selalu mengingatkan Jiddi untuk menyisihkan uang menabung untuk ongkos mama dan ayah naik haji. Mama ingin sekali naik haji, dan memang kondisi ekonomi keluarga Jiddi berbeda jauh dengan keluargaku. Tetapi Alhamdulillah mama dan papa ku menyayangi mertuaku. Karena memang kedua orangtua ku tidak mempunyai Kakak. Bahkan mama mempunyai banyak rencana untuk mama Ci, mengajak mama Ci tinggal bersama di jakarta di hari tua nanti dalam 1 rumah yang hanya berisi mereka berempat, dan menaikhajikan mama ci dan ayah jika memang rezeki papa lebih mencukupi ketimbang rezeki kami. Ini benar- benar keluarga harmonis idamanku. Sampai kapanpun, aku tidak akan mau untuk menggantinya dengan apapun.
*oh iya, kalau mama sekalian ingin baca cerita lengkapnya, bisa lihat di FB ku ya ?
Cicilia Coprina
twitter : @ciciliafc
fb : www.facebook.com/ciciliacoprina
With Love,
Cicilia Coprina @ciciliafc