Kebetulan belum terlalu lama (skitar 4 bln yang lalu) saya punya pengalaman tentang social media, khususnya facebook.
Caca, my 8 y.o daughter, tiba2 jadi pendiem dan ngga pernah keluar rumah selama dua minggu saat itu. Saya dan suami kaget juga karena kami tau banget Caca itu sosialita alias gak betah kalo gak ketemu temen2nya, sepupunya, gak les ini gak les itu. Tapi selama dua minggu lebih itu dia nggak mau ke mana2, males berkegiatan di luar rumah, bahkan les ngaji yang cuma perlu jalan seratus meter dari rmh. Selidik punya selidik ternyata dia lagi berantem sama temennya yang lbh besar, kelas lima es de (dia kls dua). Saya tanyakan masalahnya ke Caca, tapi dia enggan bercerita lebih rinci selain mengatakan bahwa mereka hanya bertengkar karena teman dia itu tidak suka jika Caca berteman dengan si A atau si B (biasalah..masalah anak2 terutama cewek). Saya dan suami berusaha membantu dia dengan segala cara, mulai dari berusaha mendamaikan dia dengan temannya itu, mencarikan dia tempat les baru dengan harapan dia dapat teman baru lagi dan tidak memikirkan pertengkarannya dengan si teman. Saya juga berusaha sering di rumah (saat itu saya masih full time kantoran) dan menemani dia beraktivitas. Setelah sebulan, situasi kembali normal. Dia sudah baikan dengan si teman. Namun, suatu hari, saya sedang 'membersihkan' fb dia dari teman2 yg saya rasa ngga perlu (masa ada lelaki berusia 30-an yg bukan saudara yg jd teman dia di fb dan saat saya tanya kenapa dia accept, dia pikir itu anak seumurannya krn pp-nya gbr pemandangan dan biar temannya banyak spt yg lain - ini jg langsung saya kasih pengertian dan dia langsung mengerti). Saat sedang mengecek2 fb inilah saya lihat isi inbox-nya dan ternyata ada message dari temannya yg kls 5 sd itu dan isinya cukup mengagetkan saya. Mereka berantem di-inbox dan isinya sampai berisi ancaman2 segala. Saya kaget dan merasa bersalah. Saya pikir mereka hanay berantem biasa layaknya anak kecil tapi ternyata dia sudah di bully dan saya ngga tanggap dng hal itu.
Ini menjadi pelajaran berharga buat saya dan menjadi salah satu alasan saya untuk kembali bekerja paruh waktu.
Spt kata SlesTa bhw internet sdh menjadi part of everyday life, jd anak2 tetap saya bebaskan terpapar dengan gadget dan internet seperti biasanya, namun kali ini saya memonitor mereka secara lbh berkala. Mereka pun sudah tahu tentang batasan2nya. Beberapa kali anak saya yg cowo googling sesuatu dan konten/gambar yg muncul ngga nyambung dan agak menjurus, dia langsung komen: "ihh mama, liat deh, masa ada yang jorok gini." Biasanya reaksi saya ngga panik (meski pun dalam hati sih senewen), saya kasih tau dia aja bahwa gambar itu memang tidak pantas untuk dilihat, apalagi untuk anak kecil.
Dengan reaksi saya yang menurut saya ngga berlebihan, sepertinya justru berpengaruh positif pada perkembangan mental mereka. Pernah suatu kali, saya sedang di dapur dan mereka sedang berkumpul dengan teman2nya dan browsing, saat tiba2 konten yg muncul adalah gambar yang kurang pantas mereka lihat (ngga parah sih, hanya perempuan dengan baju sexy), teman2 mereka langsung seperti orang penasaran, ada yang menyuruh untuk meng-klik gbr tsb, ada yang minta cari lagi gambar sejenis, ada yg mengomentari betapa seksinya cewek itu, bahkan ada yg spontan teriak "ih! boops-nya keliatan!, dll, dll. Dengan santai anak laki2 saya mengomentari, "ahh..cuma gambar gituan aja diliatin. Udah..udah, cari lagi foto CR yang lain." (ternyata mereka lagi googling tentang Christian Ronaldo dan salah satu gbr yg muncul adalah mantan pacarnya kalo gak salah). Hihihi..saya cuma bisa senyam-senyum dari dapur. Sempat sih penasaran dan mengintip layar monitornya, tapi secara diam2.
Gitu deh..tiap orang tua mungkin punya cara sendiri2 yang sesuai dengan kondisi keluarganya. Mudah2an dengan terus belajar lwt forum2 spt ini, kita bisa jadi ortu yang lebih bijak ya..
twitter and IG: @zataligouw
Blog :
http://www.zataligouw.com/