The Urban Mama Forum

Hi Urban Mama!
Boleh ya suami/bapak gabung sharing disini? paling tidak saya sudah lihat ada nama adhitya di bagian ini

Hanya mau sharing seputar nasib menjadi bapak baru. Setidaknya kita para suami mau tidak mau harus aktif cari informasi seputar baby beserta keluh kesahnya. Siapkan diri kita secara maksimal bro. Jangan sampai kalau istri atau ortu/mertua tanya hal-hal yg basic kita ndak bisa jawab.

Sikap tidak mau tahu dan malas mencari tahu akan membawa anda menjadi orang yang terpinggirkan dalam menentukan nasib anak kita sendiri. Ingat setiap anak mempunyai perbedaan sifat, daya tahan, keturunan gen dan kondisi lingkungan berbeda. Pastikan anda punya informasi yang cukup ketika istri, ortu/mertua akan melakukan sesuatu kepada si kecil, hanya karena tradisi atau teman mereka melakukan hal yg sama.

Pastikan juga kepada mereka untuk selalu memberi tahu dan menanyakan kepada anda jika ada hal yang akan/sudah mereka lakukan terhadap si kecil.

Untuk meyakinkan para kaum hawa yg kritis ini, setiap penjelasan/informasi/argumen yang akan kita berikan seputar masalah anak, harus disertai print seputar permasalah tersebut dari paling tidak dari 3 sumber yang dapat dipercaya. Lebih baik jika dari sumber yang dapat dipercaya (seperti situs bayi yg terkenal) atau testimoni dari para ibu mengalami permasalahan yang sama (ini bisa didapat dari berbagai macam forum atau milis).

Informasi dari pihak ketiga yang kompeten dalam bentuk print biasanya lebih diterima dibanding info tersebut keluar langsung dari mulut kita :D

Paling tidak strategi ini yang saya lakukan dengan tingkat keberhasilan sekitar 70% sisanya?mother knows best...

tips yang lain sharing2 ya guys

hai yudhis. Ini adit pake login ninit. First off selamat atas toko baarunya. Semoga makin maju. Gw setuju dgn yg di atas. Walau sering gak ada waktu cek referensi tapi minimal cari reason behind sebuah pendidikan. kalo logis ya gw coba.

Yang sering sih adalah menjaga agar kakek nenek gak ngajarin hal2 yang kita gak setuju. Beberapa contohnya, mereka gak bisa liat cucu nangis digendong. Padahal gw pengennya nangis aja biar tali suaranya bagus, paru2 terlatih dan laper. Itu sih yg paling sering gw wanti.

Parents yang lain gimana?

Sebagai suami mau tidak mau harus menjadi "voice of reason" di keluarga. Gabungan antara yang dikatakan Adit dan Yudis, kita harus bisa mengambil alih dan menentukan mau dibawa kemana keluarga. Its not as easy as it sounds.

Kadang kalau anak sakit panas jam 1-2 malam harus tenang sementara istri panik. Kita harus bisa menenangkan istri sembari memberi solusi yang terkadang kita sendiri gak tau solusinya apa. Memang kudu banyak baca dan riset, jadi solusi yang mungkin belum tentu terbukti bisa menenangkan istri, seperti tidur telanjang dada dengan si bayi, memberi kopi agar tidak step, atau ke yang paling simple: "besok pagi-pagi kita langsung ke dokter A".

Susah banget, tapi proses pembelajarannya menjadi cepat sekali karena menyangkut darah daging sendiri. Saya yang tipe tidak sabaran dan darah tinggi kok bisa kalem soal ini ya, kadang saya juga heran.

Kalo soal mertua atau orangtua sendiri, memang kita harus tegas dan menjelaskan juga bagaimana dan kenapa harus seperti itu. Most of them forgot they were once parents too. Seperti saat saya menghukum Vira untuk mojok selama 2 menit dan diprotes oleh bapak saya, ya saya ingatkan: "Gak inget dulu Papi kalo menghukum saya dengan cara dikunci dalam kamar mandi?"

Ya memang constant battle every day, yang penting adalah jangan sampai kita cuek pada pertumbuhan anak-anak kita.

Sebagai calon bapak baru (baru calon, karena anaknya masih dalam kandungan), saya sebaiknya bersikap dan bertindak layaknya suami dan bapak yang profesional.

Bagaimana caranya? Menurut pepatah, The experience is the best teacher. so pasti pengalaman yang saya pakai adalah pengalaman orang lain, karena baru kali ini saya mengalami jadi seorang bapak, jadi saya cari sebanyak mungkin informasi dan pengetahuan bagaimana caranya menjadi seorang suami yang profesional dan bertanggung jawab.

Untuk persiapan menghadapi kelahiran sang jabang bayi, dengan senang hati saya ikut seminar dan workshop yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan parenting. Termasuk membeli buku buku yang berkaitan dengan topik dan materi masalah kelahiran, bayi, rumah tangga, mendidik anak dsb.

Alhamdulillah, puji Tuhan, literatur yang saya mililki semakin banyak.
Ternyata ada hikmahnya juga jadi bapak baru, sehingga kalau ada informasi yang berkaitan dengan mitos atau kabar burung, saya bisa tahu dan memahaminya.

Sementara sharing saya cukupkan dulu, nanti kalau ada kabar yang menarik berkaitan dengan bapak baru, akan saya posting.

Terima kasih
Wassalam
Abi Annabella

ah welcome aboard brother! ada tambahan pasukan lagi buat urban papa nih!

mantab banget nih persiapannya. buku-buku memang termasuk yg praktis, jika sewaktu2 ada masalah jadi tinggal buka sama2 istri. sayangnya gw dulu ndak pernah ikut workshop/seminar, adany cuma drop dan jemput istri yg ikut :D

abi, kita tunggu kabar selnjutnya ok

kalau diingat2, beberapa keahlian yg harus dikuasai kita para bapak baru yg paling krusial adalah gendong dgn baik/benar, mandi dan ganti popok. kalau ketiga keahlian ini dikuasai dengan mantab & cepat, dijamin status kita sebagai bapak baru agak lebih meningkat gimana gitu dihadapan istri, ortu & mertua hehehe

atau ada yg punya masukan lain, kalau tidak ingin jadi bapak baru yg apes?

aloo met kenal ya smuanya.. saya baru tau n mulai coba aktif ya di forum ini... thanks

hai semuanya .. saya baru mulai mencoba aktif di forum ini :)

yes, semakin banyak bapak baru yg bergabung mudah2an bisa membuat kita saling bantu bro!

Harus menjadi kepala rumah tangga aja. itu aja sih. leadership/komando di bapak. Saya sih, pelajari bagaimana Islam mengatur di dalam rumah. ikuti contoh rosul. kasih tau juga Istri bahwa Islam mengaturnya begitu. masing2 ada bagiannya. Insya Allah Sukses.

Mantab! Apapun masalahnya, agama selalu jadi pegangannya biar adem buat semua.

Salam kenal semua guys!
Menjadi Bapak Baru bagi saya memang bermakna bahwa kita memang harus menjadi "shockbreaker" emosi untuk istri kita, karena secara kodrati kita harus lebih dominan berfungsi untuk menenangkan istri jika sesuatu hal yg tidak biasa terjadi pada anak kita (meskipun deep down inside kita juga sama clueless-nya dengan mereka). Kita harus dengan percaya diri dapat menenangkan dan meyakinkan istri kita bahwa kita dapat mengendalikan keadaan, dan paham sepenuhnya apa yang terjadi dengan si kecil.

Ini semua memang mengharuskan kita lebih banyak memelototkan mata membaca banyak sumber2 bacaan yang mendidik kita mengenali dunia parenthood.

salam,
Andri

Mantab, salam kenal juga Andri. Untungnya dgn adanya TUM ini kita jadi punya amunisi kalau ada pendapat kita yang banyak diterapkan anggota TUM di forum :))