1

Topic: Divorce

meizadhania wrote:
should be nice if we have complete family,

A lot of happy family in this world

but some people rather be alone than become couple

Buat mamas papas yang akan atau sudah bercerai bagaimana sih cara mengurus secara legal, mendapatkan hak asuh anak?


Hey meizadhania,
Sorry sebenernya aku ga jawab pertanyaan km, aku cm mau share pengalaman aku aja, mudah-mudahan bs jd pertimbangan buat urban mama/papa yg lain sblm memutuskan utk divorce.
Sejak awal pernikahan aku (skr udh jalan 5,5 thn) udh bermasalah (KDRT, krg harmonis sm ibu mertua) tp selalu setiap moment (lebaran, umroh, ultah pernikahan) aku selalu berharap kl pernikahan km akan membaik, km bicara serius dan sepakat utk berubah tp ttp stlhnya keadaannya tdk berubah. Selalunya cerai jd pilihan yg utama. Sampai pd thn ke 3 aku
hamil dan melahirkan. Aku pikir stlh punya anak, keadaannya akan berubah, tp tidak. Skr anakku 3thn. Selama itu pula dia selalu menyaksikan km bertengkar hebat dgn sumpah serapah Dan kekerasan fisik. Sampai 2bln lalu aku menyadari Ada yg berbeda dr anakku, dia tumbuh jd anak yg sulit, pemurung, sering tantrum, nangis berkepanjangan tengah mlm (mgkn mimpi buruk), pemarah, penakut (takut suara2 keras) Dan semakin hr dia ga bs pisah barang sebentar dr aku. Ditinggal sbntar Aja pasti nangisnya sampai jerit2
Tdk jarang krn tingkahnya ini, memicu kekesalan km terutama ayahnya
Dan kondisi pernikahan ku pun makin memburuk, aku makin bertekad aku mesti minta cerai. Dgn alasan aku mau melindungi anakku dr kondisi yg semakin ga enak.
Ibuku menyarankan kl aku mesti konsultasi sm psikolog. Akhirnya aku pergi jg walaupun suamiku 1/2hati.
Hasil dr psikolog inilah yg akhirnya membuka mataku, terutama suamiku, hasil tsb, ckp buat suamiku shock berat Dan aku nangis berhari2
Anakku trauma berat, dia mesti menjalani krg lbh 6bln terapi utk melepas smua trauma2nya. Krn ternyata selain trauma krn 3 thn ini jg krn pengaruh aku selama hamil yg notabene stress akibat perlakuan suami Dan keluarganya Thdp ku.
Sejak hr itu aku Dan suamiku betul2 menyesal Dan betul2 bertekad utk merubah keadaan. Alhamdulillah walaupun terapi br Berjalan krg dr 1 bln, sdh bnyk Perubahan pd diri anakku, dia skrg terlihat ceria Dan "lepas".
Malah dia sendiri suatu hari spontan blg sm ibuku "nek, aku kok skrg pengennya ketawa terus yah?"
Aku ga bs bayangin apa jdnya kl aku betul2 bercerai dr suamiku, aku ga bs bayangin betapa berat beban mental yg pasti Akan dia tanggung. Krn semua yg dia alamin kmrn2 pasti akan berpengaruh sm kehidupan dia di ms depan.

2

Topic: Divorce

dear meizadhania,

sy udah seperated & next year mo urus divorce. sy sih ga mao sampe kyk gini tp mo gmn lg, x-hubby udah ga bs diajak kerja sama lg. sy merindukan mempunyai pasangan yg 'memiliki hati' dlm bertingkah laku. bukan sekedar menempelkan status pemimpin/imam keluarga yg harus dipatuhi kata2a lantas bersikap otoriter.... sy masih menyayangi my x-hubby tp udah ga berharap dia akan berubah. kepercayaan sy udah ga ada bwt dia. seandai'a dia mau merubah pola pikir'a n mau hidup sama2 sbg 'pasangan' bukan sbg atasan dan bawahan. seandai'a dia bisa sedikit menetapkan prioritas dlm mengambil keputusan, sy tdk akan sampai terpikir utk divorce. dlm kasus mba rizky_ikhwan, suami beliau mau introspeksi n merubah sikap. tp sayang'a ga semua suami mau melakukan itu.

wlwpun skrg seluruh klwrg dia menyudutkan n menyalahkan sy, it's not a big problem. banyak org yg menyalahkan sy n mengasihani anak sy. menuduh sy sengaja memisahkan anak dr bapak'a (tega sama anak krn nanti perkembangan psikologis'a bakal terganggu). lalu sy teringat tulisan'a mba dee "catatan tentang perpisahan" yg sy copas ke blog sy n selalu sy baca. sy kutip sedikit di sini:

"Lantas, orang-orang pun berargumen: semua suami-istri juga pada ujungnya jadi sahabat! Mungkin iya. Mungkin juga tidak. Bahkan ada suami-istri yang menjadi musuh bagi satu sama lain meski mereka tetap menikah. Ketika sepasang suami-istri menjadi sahabat, mereka tentu bisa merasakan wadah apa yang paling tepat untuk menopang dinamika mereka. Jika pernikahan masih dirasakan sebagai wadah yang pas, maka mereka akan meneruskan persahabatan dalam cangkang pernikahan. Evolusi saya dan Marcell ada di kompartemen yang lain lagi. Cangkang pernikahan tidak lagi kami rasakan sebagai wadah yang “pas”. Jika dijalankan pun, cuma jadi kompensasi sosial yang alasannya bukan lagi kebahagiaan kami, melainkan kebahagiaan masyarakat, keluarga, sahabat, dan seterusnya. Satu opsi yang menurut saya sangat tidak sehat, membunuh pelan-pelan, dan kepalsuan berkepanjangan.

Lantas, bagaimana dengan Keenan? Apakah kebahagiaannya juga tidak kami perhitungkan? Analogi yang barangkali bisa membantu menggambarkan ini adalah petunjuk emergensi di pesawat. Dulu, saya sering bingung, kenapa orang tua disuruh memakai masker oksigen duluan sebelum anaknya. Sekarang saya mengerti, dan setidaknya ini adalah kebenaran bagi saya: kita tidak bisa membahagiakan orang lain sebelum kita sendiri bahagia. Satu buku yang sangat terkenal, “Celestine’s Prophecy”, juga bicara soal ini. Kita harus “penuh” dulu sebelum bisa “memenuhi” orang lain. Cinta bukanlah dependensi, melainkan keutuhan yang dibagi.

Saya menikah bukan karena Keenan, dan kalaupun saya bertahan menikah, seharusnya juga bukan karena Keenan. Karena kalau cuma karena Keenan, dengan demikian saya menaruh beban yang luar biasa besar dan bukan porsinya Keenan, bahkan saya menjadi seseorang yang tidak bertanggungjawab, dengan meletakkan fondasi pernikahan saya pada seorang anak. Ini barangkali bukan pandangan yang umum. Kita tahu betapa banyak orang di luar sana yang bicara bahwa anak harusnya menjadi pengikat, bahkan dasar. Bagi saya, Keenan bukan tali atau fondasi. Dia adalah anak panah yang akan melesat sendiri satu saat nanti. Kewajiban utama saya adalah menjadi manusia yang utuh agar saya bisa membagi keutuhan saya dengan dia. Dan keutuhan jiwa saya tidak saya letakkan dalam pernikahan, tidak juga pada siapa-siapa, melainkan pada diri saya sendiri. Saya hanya bisa bahagia untuk diri saya sendiri. Kalau ada yang lain merasa kecipratan, ya, syukur. Kalau tidak pun bukan urusan saya.

Di dunia di mana seorang martir selalu memperoleh citra istimewa, apa yang saya ungkap barangkali terdengar egois. Sama seperti narasi yang kerap digaungkan infotainment, yang berbicara soal kebahagiaan anak bernama Keenan dan “hatinya yang terkoyak karena keegoisan ayah-bundanya”, seorang anak yang tidak mereka kenal sama sekali tapi mereka berbicara seolah bisa menembus ke dalam hatinya. Padahal, kalau direnungi dalam-dalam, sesungguhnya kita tidak pernah berbuat sesuatu untuk orang lain, meski kita berpikir demikian. Kita berbuat sesuatu karena itulah yang kita anggap benar bagi diri kita sendiri. Dan kebenaran ini sangatlah relatif. Jika ada 6,5 miliar manusia di dunia, maka ada 6,5 miliar kebenaran dan ukuran kebahagiaan. Norma berubah, agama berubah, sains berubah, segalanya berubah dan tidak pernah sama. Kebahagiaan pun sesuatu yang hidup, berubah, dan tidak statis.

Membahagiakan Keenan, keluarga, para penggemar, masyarakat, juga menjadi keinginan saya. Tapi saya pun tidak bisa selamanya mencegah mereka semua dari ketidakbahagiaan. Karena apa? Seseorang berbahagia karena dirinya sendiri. Kebahagiaan bukan mekanisme eksternal, tapi internal. Ilustrasinya begini, dua orang sama-sama dikasih apel, yang satu bahagia karena memang suka apel, yang lain kecewa karena sukanya durian. Berarti bukan apelnya yang bisa bikin bahagia, tapi reaksi hati seseoranglah yang menentukan. Yang tidak suka apel baru bisa bahagia kalau akhirnya dia bisa menerima bahwa yang diberikan kepadanya adalah apel dan bukan durian—sebagaimana yang dia inginkan. Alias menerima kenyataan. Saya tidak bisa membuat siapa pun berbahagia, sekalipun saya ingin berpikir demikian. Kenyatannya, hanya dirinya sendirilah yang bisa. Saya hanya bisa menolong dan memberikan apa yang orang tersebut butuhkan, SEJAUH yang saya bisa. Namun saya tidak memegang kendali apa pun atas kebahagiaannya."

semoga bermanfaat

Single mom who loves her daughter so much. She drives me crazy!!!!!!!

3

Topic: Divorce

Mommy Mysha,,aku bukan single parents,tapi suka jadi tempat sampah temen2 waktu SMA.
salah satu temenku orangtuanya fight terus,,tapi mereka ga cerai demi anak.
and walhasil anaknya jadi broken home plus malah benci sama ortunya.

4

Topic: Divorce

Hugs to Rizky Ikhwan & Mommy Mysha...sabar yaa...

Rizky: semoga kelanjutannya semua baik2 aja ya :)

Mommy Mysha: semoga kuat ya dan diberi kemudahan dalam proses perceraiannya, juga diberi kelancaran mengurus Mysha hingga dia besar nanti.

Om gue juga bercerai waktu anak2nya kecil, umur 4 dan 9. Dua-duanya anaknya perempuan.

Anak yang kedua umur 4 waktu orangtuanya cerai, ngga terlalu inget karena masih terlalu kecil, dan dia tumbuh OK2 aja ga bermasalah dan dia tidak pernah punya masalah untuk menjalin hubungan dengan cowok, lalu umur 21 mulai hubungan serius, sekarang akan menikah umur 31 setelah 10 tahun pacaran.

Anak yang pertama umur 9 waktu orangtuanya cerai dan dialah yang paling menderita - well, dari luar ngga keliatan ya karena sepupu ini yg gue kenal adalah orang yang ceria. Tapi dia agak bermasalah dengan hubungan pria-wanita, dan dia jomblo sampe umur 34 tahun.

Orangnya supercantik. Pinter pula dan mandiri, tapi dia jadi trauma dengan hubungan percintaan dan dia takut memulai hubungan - baru 2 tahun yang lalu akhirnya punya pacar dan pacarnya itu 19 tahun lebih tua, profesor dan figur kebapakan banget.

Dulu dia pernah cerita, bahwa dia takut memulai hubungan itu karena takut kalo sampe punya anak terus cerai kayak orangtuanya.

Anyway, dia juga akhirnya memilih jalan psikolog, konsultasi dan syukurlah setelah itu dia jadi bisa membuka hati dan akhirnya ketemu cowok pertamanya yang profesor itu, dan masih jalan serius sampe skarang :)

Kadang2, memang kayanya melibatkan psikolog / konselor pernikahan ke dalam hubungan itu susah2 gampang, karena sodara sepupu gue inipun butuh waktu lama untuk bisa pergi konsul ke psikolog - karena dia tadinya berpendapat, "Psikolog itu kan orang asing, mana dia bisa ngasih saran ke gue??"

Tapi akhirnya setelah dia konsultasi, akar dan pemecahan masalahnya pun didapat dan dia bisa sembuh dari traumanya :)

Gue setuju sih dengan Dee Lestari, kalo gak selamanya perceraian itu buruk - justru kalo itu jalan terbaik yang bisa memberikan kebahagiaan ke masing2 pihak, apa boleh buat...

5

Topic: Divorce

wah, topik yang serius yah...

moms, ini juga pernikahan aku yang kedua kok. Dulu, memutuskan untuk bercerai memang butuh kesiapan mental. Apalagi dengan embel2 status janda, dengernya aja freaky banget...:(

Anyway, pernikahan pertamaku hanya 41 hari. Yup, 41 hari alias 1.5 bulan aja. padahal pernikahanku waktu itu bukan karena perjodohan, NBA atau paksaan. Tapi normal seperti pernikahan2 lainnya, bahkan perayaannya cukup wah. Tapi sebetulnya pernikahan itu adalah bom waktu yang aku set waktunya, krn sejak aku kenal mantan suami dari sebelum menikah, dia sdh menunjukkan tanda2 kurang baik dan memang kurang "siap" menikah. Maksdnya di akurang paham esensi sebuah pernikahan dan eksitensi dari suami maupun istri dalam pernikahan.Tapi aku waktu itu idealis banget, keukeuh akan menikah walopun ortu sdh melarang.

Yes, ada KDRT juga, baik fisik maupun batin. Untungnya aku belum punya anak waktu itu (karena baru 41 hari kali yah). Aku sih bukannya mendukung perceraian. Seandainya segala sesuatuya msh bisa diperbaiki, marriage is worth to fight kok, asal kedua belah pihak (suami dan istri) mau memperjuangkannya. Bukan hanya sepihak saja. Tapi, pada prinsipnya, kalo segala sesuatu sudah lebih banyak mudharat ketimbang manfaatnya, maka adalah lebih baik ditinggalkan. Termasuk juga pernikahan

meizadhania,
waktu itu (2006), aku yg gugat cerai ke pengadilan. Setelah dia memulangkan aku ke ortu, mantan suami cenderung "cuek", seolah2 mau membuat status ku "ngambang". Jadinya aku sbagai istrilah yg gugat ke court. Pengadilan kemudian melayangkan surat panggilan ke suami untuk datang ke persidangan. Dulu aku menjalani 8x sidang baru hakim ketok palu. Ini termasuk lama, karena mantan suami kurang ko-operatif dan bertele2. Lelah sih..., akhirnya yah, berpisah memang yang terbaik buat kami.

Januari 2007, aku resmi menjanda. Ternyata gak se"menakutkan" seperti yg aku pikirkan, asalkan kita bisa jaga diri. Tahun lalu 2010 awal, aku menikah dengan suami yang 7 tahun lebih muda dari aku. Namun usia tidak menjamin kedewasaan seseorang. Suamiku yang sekarang adalah sosok yang baik, dan ideal buat aku, alhamdulillah. Sekarang kami sdh dikaruniai anak laki2 berusia 2 bulan.

menghadapi kondisi spt yang dihadapi meizadhania, memang harus kuat hati, dan sabar. Moga apapun hasilnya yang terbaik yah...

uminya Rafisqy Raefal

6

Topic: Divorce

oh my god
i love tum
tum emang auto blog

aku sampai lupa dulu pernah bikin thread ini.

kalau dihitung dari bln agt-sept 2011 aku sdh pny masalah yg pelik. desember 2011 kena kdrt.

tapi aku masih tahan demi anak

sekarang aku lagi tahap mengurus gugatan

moms, ada yg pernah pakai pengacara ngga buat kasus divorce?

7

Topic: Divorce

Meiza,
Just wanna give you my big hug and pray "hope you'll get your best for your life with Arza, dear.."
*Bear Hug*

-WiwiT-
An ordinary bunda of twin amazing angels, Kira and Kara Setyadi
@wiwidwadmira | the Setyadi's

8

Topic: Divorce

aduh aku barusan baca blog nya mba meiza ini.. ngilu2 sendiri bacanya. gimana kbar nya mba? baik2 aja? arza gimana?

semoga mbak baik2 aja diluar sana.. *peluk

9

Topic: Divorce

PERTOLONGAN PERTAMA KDRT

1. Segera lapor polisi. Kondisi : jika sudah berdarah-darah, pingsan, koma dll. Kalau kita sudah ads dirumah sakit, bawa aja polisi/ bawa surat keterangan dokter. Nanti polisi akan meminta Rumah sakit melakukan visum. Hasil visum dokter menjadi bekal polisi untuk membuat PELAPORAN kdrt. dimana nantinya polisi memulai penyelidikan. dan secara hukum, polisi akan melindungi korban maks 7 hari. Kasus pidana langsung Kontan dan berjalan cepat.

2. Jika KDRT fisik tidak terlalu berat (lebam) masih bisa beraktivitas, atau KDRT psikis (diancam, diteror dsb) segera ke polres untuk membuat PENGADUAN. Dimana surat ini menjadi bekal kita untuk menuntut pidana. tapi tidak secepat proses No. 1. Karena nanti akan disertai berbagai macam surat keterangan terkait.

saya mngalami KDRT no.2
saya menulis disini untuk informasi kepada seluruh wanita di indonesia. agar jangan menutup mata terhadap informasi ini kalau2 terjadi pada saudara atau teman.

jujur, saya dipersulit kepolisian. kasarnya, karena toh saya belum pingsan, benjol, berdarah2 POLISI tidak memprioritaskan hal ini. saya malah disuruh pulang untuk berdamai.

saya tidak mau hal ini terulang kembali pada wanita lain.

intimidasi dalam rumah tangga itu luas tergolong dalam KDRT. pada dasarnya hukum indonesia sangat melindungi wanita dengan Undang2 Penghapusan KDRT.

sayang bila wanita, seorang ibu tidak mendapat keadilan dan haknya..

10

Topic: Divorce

meiza
Ikut sedih baca postingannya.. semoga segera diberikan penyelesaian yang terbaik ya.. Arza gimana keadaanya jeng?

Find Me @Mama's Mall
Qibi Zaqibi
ARISAN BUKU YUUK

11

Topic: Divorce

Dear Meiza,
Stay strong ya, semoga semua lancar dan diberikan yg terbaik.

12

Topic: Divorce

meiza, sedih dengernya.. semoga dirimu dan arza tetap dilindungi oleh yang di Atas yaa.. *hugs* stay strong dear

? a worker by choice, a mom & wife by nature ?
owner - slesta.com | @slesta

13

Topic: Divorce

Sharing sedikit, di keluargaku juga pernah ada yang bercerai, kakakku yang pertama. dulu ketika mereka bercerai sudah punya anak 1, sekitar umur 3 atau 4 tahun. waktu itu keponakanku itu cucu pertama dari ortuku dan juga dari keluarga x- suami kakakku, jadi jelas dia disayang semuanya. Ada sedikit ketakutan di keluarga kami si anak jadi broken home atau merasa kekurangan kasih sayang.

Sedikit menurut pengamatanku, mungkin karena dia tidak tinggal serumah dengan mama kandungnya, dia sedikit lebih tomboy, agak kurang terawat (sempet berjerawat) dan di usianya sekarang masih belum terlihat dewasa secara fisik. Tapi selebihnya, di sekolahnya dia berprestasi dan selalu ceria, intinya tidak ada tanda2 dia merasa tertekan dsb.

Hugs to Rizky Ikhwan, Mommy Mysha, dan Meiza.. bagaimanapun, perceraian bukan hal yang mudah.. semoga kuat, sabar, dan diberikan yang terbaik.

mycutiest baby alya labiiba :*

14

Topic: Divorce

awalnya, ketika saya belum menikah. i thought that i'm a taft women. educated. classy and career minded. gerakan feminis yang memperjuangkan hak wanita hanya terdengar lirih dikuping. karena sudah yakin aku bukan dalam lingkaran orang2 yang seperti itu.

aku yakin laki2 itu dasarnya baik. seplayboy2nya, semales2nya, secuek2nya tapi merek kan juga manusia.

tapi 1:1000 perempuan menikah dengan laki2 bermasalah kepribadian..termasuk aku.

dan sekarang aku harus mengiba-iba meminta bantuan hukum atas perlakuan dia terhadap aku dan keluargaku. dan aku sangat salut dengan seluruh perjuangan lembaga pembela hak perempuan dan KPAI. sangat tertolong dan membuat ku merasa aman

15

Topic: Divorce

Hug..hug mbak meiza..
Kalo ngliat senyum arza di propic nya kayaknya ga fair klo you have to face this situation. :( sedih jadinya.
Smoga kamu kuat dan urusannya dimudahkan ya mbak..

ibunya wiksa :)

16

Topic: Divorce

Ortu ku divorce, dan jujur emang sedih, tapi cenderung biasa aja. Krn bapaku emang suka kawin-cerai jadi emang jarang bgt ada di rumah, pas di rumah jg berantem terus sama ibu. Malah sering stress pas mereka masih nikah. Tp yang luar biasa adalah sekarang, malah bapaku jadi deket bgt sama ibuku, kaya sahabatan. Aneh emang, tp bgitulah kenyataannya. Mungkin mereka memang ditakdirkan bukan untuk menikah tapi bersahat. So far aku sih enjoy aja, krn ga kerasa ortu cerai. Yang suka buat stress malah kelakuan bapaku yang suka nikah sama cewe-cewe ga bener.
Nah, yang agak susah nerima itu adikku, krn dy jd super ga PD an, krn pas ortu cerai dy masik TK gt. Dan sepanjang aku lliat sih, yg bikin dy jd ga PD karena kurang hadirnya sosok bapa dalam hidupnya, itu yang ku baca di suatu literatur psikologi. Karena bapaku baru mulai sahabatan sama ibuku setelah liat adikku jadi menutup diri dan beda sama keluargaku yang emang cablak. Setelah bapaku sering dateng pas weekend, perlahan adikku mulai berubah ceria. Dan skrg jauh lebih bahagia nampaknya.
So, pelajaran yang kuambil, bukan perceraiannya yang merusak seorang anak...tp bagaimana sikap kedua orang tuanya setelah bercerai itu. Kalu keduanya bisa menurunkan ego nya masing2 demi anak dengan melupakan dendam dan menjadi seperti partner dalam medidik anak, tidak akan terlalu masalah bagi si anak.
andaikan pun mantan pasangan anda yang tidak mau berdamai, sebaiknya segera cari pengganti sosok ayah/ibu untuk anak, tidak harus pasangan baru, bisa juga kakak,kakek,nenek...intinya sih yg seimbang, kalo dy hilang sosok ayah, ya sosok pengganti laki dan sebaliknya.
Dan yang saya rasa, perlu juga bawa anak ke psikolog, krn bagaimanapun, hal ini tetap membuat saya trauma thd pernikahn. =D, walau akhirnya nikah jg di umur 24 taun. Hwekekekek, eh, itu bukan trauma ya=D

Buat mbak meiza, nampaknya pilihan mbak untuk cerai sangat tepat. Soalnya aku pnah baca, anak yang terbiasa mengalami KDRT ataupun melihat KDRT dalam keluarganya cenderung mengulanginya di pernikahannya kelak, insyaAllah dengan tindak lanjut mbak meiza terhadap anak, dy bakal jauh lebih bahagia dan menghargai pasangan dan anaknya kelak.. Semoga segera dimudahkan ya mbak prosesnya, sabar yaaaa, biasanya suami suka mempersulit, tapi inget aja selalu demi anak bahagia. Maaf kalau terkesan sok tau ataupun salah, hanya share ttg pengalaman saya sebagai anak dari org tua bercerai dan beberapa bacaan literatur. Boleh dikoreksi ya momss. =D

17

Topic: Divorce

annisa azalenia ceritanya mengharukan sekali. maksudnya cerita ttg ortu kamu yang sekarang lebih seperti sahabat. dan iya bener banget ya, perceraian bukanlah masalah, karena justru mungkin bisa jadi solusi kalau emang sudah tidak bisa bersatu lagi. biar semua lebih bahagia. tapi kalau sudah ada anak, kan ga ada bekas anak, jadi sebagai orang tua mesti menekan ego supaya tetap bisa hadir sebagai orang tua buat anak2nya walaupun keduanya sudah terpisah.

? a worker by choice, a mom & wife by nature ?
owner - slesta.com | @slesta

18

Topic: Divorce

Hi,

Ikutan ya.

I agree kalo memang sudah dilayak dipertahankan buat apa dipertahankan.

Both husband and wife should own the marriage.

Own the marriage maksudnya both parties put efforts in the marriage. Dua2nya mengusahkan yang terbaik.

Jika memamng masalah KDRT, emosi ngak stabil, in law, finance, sex, etc coba cari ke third party yang bisa membantu.

Bukan salah satu pihak saja yang mempertahankan pernikahan.

Jangan membiarkan neraka di dunia. Keluar lach dari neraka pernikahan tidak jelas.

It takes two to tango.

Happy Parents, Happy Kids

Sharing sedikit:

Saya sudah menikah 5 tahun. The first few years was like hell. Bener2 seperti neraka bgt. KDRT, Finance, Mantan, In Law problems, etc.

Praise the Lord, both of us mau memperbaiki our marriage. Jadi kami ke counsellor pernikahan. Pernikahan kami dipulihkan dan membaik.

Sekarang pernikahan kami seperti sahabat dan dikarunia 1 putri (8 months).

Everyone has own marriage journey.

"A child is created in the most being and knitted together in the mother’s womb."

19

Topic: Divorce

tiba2 terdampar di thread ini karena lagi nyari solusi juga buat kerabat yang divorce untuk kedua kalinya :(

sedih karena liat dia 'dihakimi' oleh orang2 yg nggak dekat, dianggap dianya yang nggak bener karena sampai dua kali divorce, tapi karena gw tau banget situasinya, gimana dua mantan suaminya tukang bully, yang pertama fisik yang kedua mental, jadinya malah kasiaann banget dan pengen bantu dia karena takut dia depresi, huhuhu..

sharing cara mengatasi dan mengobati luka akibat divorce dong, apalagi yang sudah lebih dari satu kali..

twitter and IG: @zataligouw
Blog : http://www.zataligouw.com/

20

Topic: Divorce

zata, aku pun jadi mampir ke sini juga. Temenku ada yg 2x married dan menurut dia, kalau si istri sudah berani mengambil keputusan untuk "cerai" dengan suami yg bullying itu sudah hebat banget. Cuma ada tendensi, dia bakalan terjebak di tipe cowo yang mirip gitu. Jadi sbenernya ngga heran kalau akhirnya cerai lagi.

Masing-masing orang beda sih ya. Temenku ini dendam sampe 6thn sama mantan suaminya haha. Yang bisa menyembuhkan lukanya ya suami yang sekarang.

Kayaknya aku ngga memberikan solusi deh ini. Hehe. Maap yak.

Ruth Nina (Mama Dudu)
Pekerja Kantoran
Penulis Cerita di http://andrewandme.blogspot.com/
Pengumpul info lomba anak di https://www.facebook.com/PfenixLombaAnak

21

Topic: Divorce

zata,
ta... turut berduka ya. semoga kerabat diberi kesabaran dan kekuatan dalam menghadapi cobaan ini.

aku minim pengetahuan soal divorce tapi salah satu teman justru menemukan lari sebagai salah satu sarana untuk mengobati luka perceraian. gabung sama komunitas, lari bareng... ketemu orang2 baru yang ngga ngebeda2in status. jadi lama-lama happy lagi :) percaya diri lagi. selain tentunya kembali ke agama yang dianut ya untuk lebih menenangkan hati.

hugs. semoga lekas pulih yaaa buat kerabatnya ta.

? love to write and run - a bus transjakarta passenger ?
@ninityunita

22

Topic: Divorce

zata so sorry to hear that. di lingkungan terdekat gw ga ada yang divorce jadi bingung juga mau sharingnya gimana.

Bisa juga kayak temen teh ninit yang "menemukan dirinya kembali" melalui aktivitas yang dia suka.

... a counselor, a role model and often a friend to her children
Twitter & Instagram: @honeyjt

www.honey-scrapbook.blogspot.com

23

Topic: Divorce

Hmm.. berat ya topiknya.

Tapi kalau boleh saya mau sharing sedikit.

Untuk hak kepengurusan anak sebenernya nggak usah segitu-gitunya di urus. Karena UUD Perlindungan anak mengharuskan dan wajib kalau tanpa perjanjian pengadilan dan kondisi ibu masih dalam keadaan normal alias memungkinkan sehat secara jasmani dan rohani, maka hak asuh anak otomatis jatuh ke tangan Ibu.

Sampai anak berusia 12 tahun, baru deh si anak memiliki kebebasan sendiri untuk memilih orangtuanya siapa.

Saya sendiri divorce tahun 2009.
Waktu itu kebetulan sempat bikin perjanjian pengadilan (yang katanya udah disegel dll) yang isinya mantan suami akan menafkahi 10 juta sebulan dan anak-anak diasuh oleh saya.

Apa yang terjadi? Mantan suami nggak mau ngasih nafkah yang sudah dilegalisasi sama pengadilan, jadi sama sekali uang bulanan tu nggak ada. Alasannya sejuta, padahal dia dapet subsidi dari orangtuanya untuk kebutuhan anak-anak.

Dan, tidak ada hukum yang melindungi hak perempuan alias ibu atau mantan istri dalam hal seperti ini. Undang-undang kita masih lemah untuk melindungi perempuan.

Jadi kalau mamah-mamah berpikir ya udah pakai perjanjian pengadilan aja deh biar dia nggak mangkir, pikirkan lagi deh. Mantan suami nggak akan jadi mantan kalau dia orang yang baik. Lagipula selama kita married sama dia diperlakukan nggak baik, kenapa mikir setelah divorce akan diperlakukan lebih baik?

Intinya, buat Mamah Mamah yang divorce atau masih memikirkan untuk divorce, jangan berharap apapun deh sama mantan suami.

Just prepare for the worst karena justru masa-masa terburuk datang setelah prosesi perceraian selesai, bukan selama proses. Mulai dari penyandangan status janda baru, pikiran miring orang, sampai akhirnya di tusuk dari belakang sama orang yang kita pikir sahabat baik, itu bisa jadi makanan sehari-hari.

Jadi baiknya anak-anak yang penting dilindungi dan diproteksi sedemikian rupa. Ketahuilah kita nggak sendirian, masih banyak Mamah Mamah di sini yang mau bantu support mental dan spiritual.

Lagi, always prepare for the worst.

A marathoner in training, Mother of Farhan and Aurora
@fioneysofyan

24

Topic: Divorce

fioney sofyan wrote:
Mungkin yang dimaksud sama Mba Ninit tentang temannya yang menemukan kebahagiaan lewat lari itu saya ya? Huahahaha Ge-er.

Tapi memang begitu. Akhirnya saya mencurahkan sakit hati saya, sedih, marah dan lain-lain dengan lari. Karena kalau dipendam, sakit hati sama mantan nggak akan ada habisnya. Tapi dengan lari, saya jadi waras, dan bisa melihat banyak hal dari segi dan perspektif yang lain.

Setidaknya depresi dan lain-lain jadi tersalurkan dan saya bisa fokus kerja, dan hal-hal yang menjadi solusi plus apa yang bisa saja kerjakan, bukan melulu fokus ke masalah. Dan, saya bisa lebih bahagia.

Bener kata Mba Zata, bisa repeatable. Namun selama kita nggak berubah dan nggak memaafkan diri sendiri, pasti di hubungan berikutnya akan berulang lagi.

Dan bukan kewajiban orang lain loh membuat kita bahagia, tapi kita yang bertanggungjawab sama kebahagiaan diri kita sendiri.

Apalagi kalau kita pernah di abuse secara verbal sama mantan suami. Itu recoverynya jauh lebih lama.
Baiknya memang kita mencari kebahagiaan dengan olahraga atau aktivitas yang membuat kita 'hidup' atau bermanfaat untuk orang lain.

Mungkin nggak menjawab pertanyaan sih, tapi semoga yang terbaik saja yang diambil keputusannya.

Tapi sekedar informasi, cara saya bisa 'sembuh' juga nggak saya lakuin sendirian. Saya dapet guidance untuk self healing dari Reza Gunawan, karena dia ngajarin bagaimana untuk self healing dengan memaafkan diri sendiri biar ga terjadi hal-hal yang berulang alias repeatable abusive relationship.

Teman atau kerabat yang sedang melalui proses divorce memang baiknya ditemenin, maksudnya diberi dukungan moril, walau kita nggak ngerti.

A marathoner in training, Mother of Farhan and Aurora
@fioneysofyan

25

Topic: Divorce

mbak oney *peluk* berarti kehadiran pihak lain sebagai mediator untuk menyembuhkan luka juga berpengaruh ya. Aku juga pernah ikut kelas TAT Mas Reza :)

Semoga sodara Zata bisa melewati semua ini dan bangkit lagi ya!

... a counselor, a role model and often a friend to her children
Twitter & Instagram: @honeyjt

www.honey-scrapbook.blogspot.com