Berkenalan dengan Temper Tantrum

Beberapa bulan lalu, untuk pertama kalinya saya melihat Rey menangis dan marah di tempat umum. Walaupun sebelum-sebelumnya saya selalu rajin mencari tahu tentang tantrum, tapi pada kenyataannya saya lumayan syok juga ketika mengalaminya sendiri. Kejadiannya adalah ketika saya diberi tugas oleh suami untuk menjaga barang-barang bawaan, sedangkan suami saya menunggu koper dari bagasi pesawat. Mungkin karena mood Rey juga sedang tidak bagus, karena ia dipaksa bangun ketika pesawat landing. Rey mulai berulah ingin lari-larian di bandara yang sedang ramai-ramainya. Begitu saya larang, Rey langsung menangis dan guling-guling di lantai Bandara.

Setiap orang yang lewat menatap Rey dengan mengernyitkan dahi atau sambil bisik-bisik. Bahkan sampai ada pula seorang Ibu yang bertanya ke saya 'Anaknya kenapa Bu?' karena saya sedang sibuk mengatur emosi, maka saya jawab dengan nada agak judes ke ibu tadi 'Nggak apa-apa Bu, biasa rewel'. Saya berusaha sekuat hati tidak ikut terbawa emosi dan sebisa mungkin membiarkan dia menyelesaikan emosinya. Walaupun suasanya hati saya sudah tidak karuan.

Temper Tantrum atau lebih sering disebut dengan tantrum adalah hal yang normal terjadi pada usia anak 18 sampai 36 bulan. Tantrum merupakan luapan emosi anak atas rasa kecewa, marah ataupun sedih. Karena pada usia itu anak belum mampu mengekspresikan emosinya dengan kata-kata, maka tak jarang anak menjadi frustasi dan kemudian marah atau menangis histeris. Seperti yang pernah saya bahas sebelumnya bahwa pada usia ini anak sedang mulai mengenal emosi yang ada di dalam dirinya. Tanpa kita sadari kadang justru sikap kitalah yang membuat emosi anak 'tersumbat'. Dengan cara mengalihkannya ke hal lain, atau memarahinya agar segera berhenti menangis. Justru hal tsb dapat membuat emosi anak tidak tersalurkan, dan dapat menumpuk. Tumpukan emosi ini yang pada akhirnya dapat meledak tidak terkendali, dan muncul sebagai tantrum.

Sampai saat ini Rey masih masuk kategori Mild Tantrum, dimana rentang waktu tantrum masih relatif singkat. Hal yang saya pegang teguh ketika Rey mulai tantrum adalah memahami bahwa anak memang butuh mengeskpresikan emosinya, menyelesaikan emosinya. Sebagai orangtua, ketika melihat anak saya tantrum saya hanya berhak mendampingi, menemaninya dan memeluknya, bukan memberikan intervensi ataupun berusaha menghentikan emosi anak.

Jika tantrum ini sudah terlanjur terjadi, maka hal yang bisa dilakukan antara lain:

1. Tetap tenang dan lanjutkan aktifitas yang sebelumnya dilakukan

Ini memang hal tersulit, apalagi ketika anak mulai tantrum di depan umum, pasti sebagai orangtua kita refleks ikut panik dan ingin tantrum anak segera berhenti. Karena pada dasarnya tantrum anak itu, semakin diperhatikan akan semakin menjadi-jadi. Maka sebaiknya kita tetap tenang, tetap melanjutkan kegiatan kita dan berpura-pura tidak melihat. Jika sekiranya anak tantrum di area yang menggangu umum, maka anak bisa kita bawa ke tempat yang lebih sepi agar lebih bisa leluasa meluapkan emosinya tanpa takut mengganggu orang lain.

2. Jangan mengalihkan perhatian anak

Kebanyakan dari kita sering kali berusaha menenangkan anak dengan mengalihkan perhatiannya ke hal lain. Hal ini justru membuat emosi anak tidak tersalurkan dengan tuntas. Atau kadang orangtua mencoba memberikan iming-iming kepada anak supaya segera berhenti menangis atau marah, misal 'Ayo kalo adek nggak nangis nanti mama belikan es krim'. Hal tersebut justru mengajarkan sogokan kepada anak sejak dini. Akibatnya di kemudian hari anak akan lebih sering menangis untuk mendapatkan apa yang dia inginkan atau mendapatkan hal-hal menarik yang ditawarkan oleh orangtuanya.

3. Dampingi anak dan berikan pelukan

Ketika anak sudah mulai marah, menangis histeris atau bahkan sampai guling-guling di lantai, sebaiknya kita dampingi tanpa harus melakukan kontak mata atau mengajak berkomunikasi. Amati juga apakah ada benda-benda yang berpotensi bahaya di sekitarnya atau tidak, jika ada kita bisa singkirkan bedan tsb. Jika emosinya perlahan reda, maka sebaiknya berikan anak pelukan dan mencoba mencari tau apa yang membuatnya begitu kesal atau kecewa. Ingatkan lagi kesepakatan-kesepakatan yang sebelumnya dibuat. Misal anak menangis karena tidak diberikan mainan, mungkin kita bisa mengingatkan jika orang tua dan anak sebelumnya sepakat membeli mainan itu hanya boleh sebulan sekali dsb.

4. Berikan pujian ketika ia sudah bisa mengatasi tantrumnya

Jika emosinya sudah benar-benar mereda, berikan anak pelukan dan pujian. Kita juga bisa mengajarkan pada anak seperti apa menangis atau marah yang diperbolehkan. Misal, boleh menangis tapi tidak boleh sambil pukul-pukul Ibu, atau boleh marah tapi tidak boleh melempar-lempar mainan dsb. Berikan juga pujian untuk anak karena sudah bisa mengatasi tantrumnya tanpa menyakiti orang lain atau merusak barang-barang dsb.

Dari beberapa kejadian tantrum pada Rey setelah insiden di bandara, saya perhatikan durasi tantrumnya semakin lama semakin singkat. Tentunya tidak mudah ya urban mama mengontrol emosi kita, karena kalo keadaan fisik ataupun mental kita sedang lelah kitapun juga lebih cepat terpancing emosi. Kalau saya triknya adalah duduk saja sambil melihatnya menangis atau pindah ke tempat yang lebih sepi. Kalau mama-mama sekalian, apa tips mengatasi anak yang sedang tantrum? 

Related Tags : ,

25 Comments

  1. avatar
    margie soemakno March 8, 2017 6:59 pm

    Mama Woro, thanks for being so open. Dulu sih waktu belum punya anak tidak bisa ngerti dan pasti salahin orang tuanya...kok tidak bisa handle anaknya sih!!!!. Setelah jadi mommy sendiri ya dan kerja dengan anak kecil tiap hari, jadi lebih ngerti. Ternyata itu tidak gampang and the Terible Two's benar benar bisa terjadi. Great tips for all the mommies out there.

    1. avatar
      Woro Indriyani March 9, 2017 8:13 am

      Halo mama Margie, iya banget sih dulu saya sebelum punya anak juga ga paham kenapa sih ko anak bisa nangis segitunya? ternyata setelah jadi mommy akupun paham hehe itu memang bagian dari tumbuh kembang anak. Tumbuh kembang untuk emosinya :)

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .



  2. avatar
    neni_arka March 7, 2017 12:53 pm

    Thanks for sharing Mom Woro..
    hampir sama sih dengan apa yang saya lakukan. Biasanya sama saya bacain al fatihah biar sama-sama tenang.
    Bener banget deh mom, kadang yang bikin emosi tuh kalo ada yang intervensi trus ikut komen.

    1. avatar
      Woro Indriyani March 7, 2017 2:56 pm

      sama sama mama Neni :)

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .



  3. avatar
    Eka Gobel March 6, 2017 4:39 pm

    TFS woro! Rey pinter deh!
    Kalau saya, cara paling ampuh mengatasi anak2 tantrum dengan pelukan. Ngga hanya anak2 sih, orang dewasa juga kalau sedang lelah atau bad mood, langsung reda bila dipeluk. Pelukan juga bisa meredakan anak2 yang ketika tantrum biasa menyakiti diri sendiri/ orang lain atau merusak barang.
    Pelukan itu menenangkan dan menyenangkan. Sampai sekarangpun, ritual keluarga kalau bangun subuh pasti dengan pelukan dan ciuman. Jadi bangun tidur happy seharian. Kind of mood booster.

    1. avatar
      Woro Indriyani March 6, 2017 4:41 pm

      Aw mba Eka idenya baguuuuuuuuus banget! aku sampai lupa loh kalo yang dewasapun butuh dibikin happy dan itu bisa sesimple berpelukan kalo bangun tidur. Ih sip besok pagi dicoba! hihi :)

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .



  4. avatar
    Febi March 3, 2017 2:14 pm

    Pastinya menantang banget ketika harus berhadapan situasi yang sebenarnya. Kafi juga lagi mulai tantrum, untungnya sejauh ini masih terjadi di rumah. Moga-moga kalau kejadian di tempat umum, mamanya bisa tenang pikiran dan tindakan. TFS, mba Woro! :)

    1. avatar
      Woro Indriyani March 6, 2017 3:53 pm

      aamiin mba Febi, emang paling deg degan deh kalo di tempat umumm :)

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .



  5. avatar
    Gabriella F March 2, 2017 10:52 pm

    Nah iya orangtuanya mesti tenang dan kompak. Ujiannya kalau fisik kita lagi capek dan anak tantrum, wah mesti tarik napas panjang-panjang biar gak ikut terbawa emosi.

    1. avatar
      Woro Indriyani March 6, 2017 3:53 pm

      iya betul mba Ella, nanti dia bingung kalo sikap ortunya ga kompak. Kok sama Ayah aku dituruti kalo nangis ya hehe

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .