Pengalaman Hamil Kembar

Sejak tahun 2013, saat El, anak pertama kami, berusia tiga tahun saya dan suami berencana untuk memberinya adik. Namun akhirnya saya baru benar-benar punya nyali untuk cabut IUD ke obgyn pada April 2014 lalu.

Setelah itu saya tetap beraktivitas seperti biasa. Karena sudah mendaftar untuk ikut Half Marathon kedua di event BII Maybank Bali Marathon (BMBM), saya dan suami pun ikut klub lari JRR agar persiapan latihannya matang. Sekitar bulan Mei-Juni, saya sempat menderita diare akut yang membuat perut benar-benar tidak nyaman. Sembuh dari diare, sakit perutnya masih terasa, tetapi saya santai saja karena saya kira itu efek otot 'tertarik' dari latihan lari dan yoga. Hingga pada suatu hari di akhir Juni, teman kantor menganjurkan untuk cek testpack. Siklus periode kami memang mirip, makanya teman saya ingat dan menganjurkan untuk cek testpack. Saya sendiri malah lupa, sudah datang bulan atau belum. Beberapa hari kemudian perut saya kembali sakit sekali. Saya pun membuat janji dengan dokter umum. Di tengah perjalanan menuju ke dokter, Tofan, suami saya, menyuruh untuk beli testpack dan melihat dulu hasilnya.


Ternyata hasilnya positif! Kami pun langsung putar haluan menuju tempat praktik dokter kandungan.

Saat konsultasi ke obgyn, menurut beliau kandungan saya baru masuk usia 10 minggu. Saya pun diminta datang dua minggu lagi untuk kembali di-USG agar kondisi awal janin bisa lebih jelas diamati. Dua minggu berselang dan aktivitas masih berjalan normal, kecuali olahraga lari yang saya hentikan dulu karena perut masih sering terasa tidak nyaman seperti kram. Ketika cek USG, dr. Ridwan (obgyn saya) langsung tersenyum dan mengucapkan selamat. Saat alat USG ditempelkan lagi di perut, barulah tampak jelas terdapat dua kantung janin, dengan dua detak jantung. Dua calon bayi kembar.


Haru, senang, kaget, saat itu semuanya campur aduk. Dari garis keluarga Tofan memang ada gen kembar, tetapi kami sama sekali tidak menyangka akan mendapat bayi kembar. Waktu kehamilan pertama, saya sempat berharap akan bayi kembar. Namun gilihan hamil kali ini benar-benar lupa.

Dr. Ridwan kemudian menjelaskan mengapa di dua bulan belakangan perut saya tidak nyaman. Itu dikarenakan plasenta dan organ dalam lainnya sedang dipersiapkan untuk tempat bernaung si kembar. Saya diminta untuk tidak lari dulu karena kehamilan kembar memiliki risiko dua kali lebih besar dibanding kehamilan biasa. Saya langsung ingat, berarti waktu lari 10 km di event Mapala UI Mei lalu, saya sudah hamil. Selamat tinggal persiapan half marathon!

Satu hal yang saya rasakan selama kehamilan kembar ini adalah perut sama sekali tidak nyaman hingga bulan keempat. Sering pula mual apalagi kalau mencium sedikit bau-bauan, ujung-ujungnya memicu untuk muntah. Lalu muntah berlebihan dan pusing yang pada akhirnya membuat saya susah makan. Namun saya bersyukur tidak sampai dehidrasi atau perlu dirawat khusus, walaupun berat badan sempat turun sampai sekitar 2-3 kg. Dalam pikiran saya, pokoknya perut harus selalu terisi, kalau muntah ya harus diisi lagi minimal minum jus buah segar. Selama masa-masa mual tersebut, saya selalu membawa kantong plastik ke mana-mana dan kalau menurut teman-teman kantor, muka saya berantakan sekali pada masa itu.

Empat bulan pertama berlalu, nafsu makan pun mulai membaik, tetapi masih sering mual dan pusing. Yang bisa membuat saya makan adalah masakan Indonesia, goreng-gorengan, dan harus pakai sambal pedas. Dari hasil cek darah, diketahui tekanan darah dan kadar hemoglobin saya tergolong rendah, yaitu 8-9 gr/dL (Hb normal untuk perempuan adalah 12-16 gr/dL). Hal itulah penyebab mengapa saya sering pusing dan lemas. Sampai-sampai sejak usia kehamilan bulan kelima, kalau mandi saya selalu duduk di kursi karena takut oleng dan jatuh.

Pada bulan ketujuh, Hb darah pun naik mencapai angka 11 gr/dL. Sejujurnya, saya tersiksa oleh kondisi lemas lemah tidak berdaya ini. Padahal sempat ingin mengikuti prenatal yoga untuk menjaga kebugaran. Apa daya, badan terasa seperti berat sekali kalau dibawa jalan. Saya sering bertanya-tanya sendiri: apakah ini memang karena kehamilan kembar, atau memang faktor umur? Cobaan lainnya adalah sakit gigi menyerang dari trimester kedua dan muncul lagi baru saja minggu lalu saat usia kandungan 34 minggu. Salah satu gigi kiri atas patah dan gigi kanan ikut bolong. Untuk amannya, selama hamil gigi tersebut hanya dirawat sementara karena takut obat yang diberikan terlalu keras. Menurut pertimbangan dokter obgyn, beliau sebenarnya menyarankan saya untuk dirawat. Alternatif lainnya untuk perawatan gigi adalah berkumur dengan air garam dan apabila terasa sakit yang ngilu sekali diperbolehkan untuk minum parasetamol dosis rendah.

Bila dibandingkan dengan kehamilan pertama, kehamilan kedua ini memang rasanya tidak semudah dan seaktif saat kehamilan pertama. Namun tentu saja kadar excitement-nya bisa dibilang sama atau bahkan lebih karena kami akan dikaruniai bayi kembar. How cool is that? Kami merasa sangat beruntung dan bersyukur sekali. Salah satu yang membuat kami excited adalah menantikan jenis kelamin si kembar. Kata dokter, kehamilan saya termasuk kehamilan dua sel telur sehingga bayinya diperkirakan tidak identik. Ternyata dari hasil USG, jenis kelamin si kembar adalah laki-laki! Hal lain yang ikut membuat saya terhibur dan semangat adalah komentar dari orang-orang begitu tahu saya hamil kembar.

Minggu ini, usia kandungan saya akan memasuki minggu ke-35. Kabar baiknya, dari hasil observasi dokter mengabarkan bahwa posisi bayi kiri sudah tidak sungsang lagi. Berat bayi-1 adalah 2,5 kg dan 2,7 kg untuk bayi-2. Total berat badan saya sendiri sudah naik sampai angka 70-an kg. Iseng-iseng, saya googling sendiri untuk membayangkan kira-kira seperti apa posisi si kembar dan saya pun terkesima sendiri. God is amazing. Tidak sabar rasanya untuk bertemu dengan si kembar walaupun di sisi lain saya belum mau membayangkan bagaimana serunya mengurus dua bayi sekaligus. I bet it will be exhausting and fun at the same time.

Pada minggu ke-36 nanti, dr. Ridwan akan memeriksa ketebalan bekas jahitan di perut karena dulu El lahir lewat operasi caesar. Apabila ketebalannya masih cukup dan berat bayi masih normal, rencananya ingin bisa melahirkan normal. Kalau misalnya tidak bisa, saya pasrah saja yang penting proses kelahirannya nanti bisa lancar, mudah, dan semuanya sehat. Semoga semua mama yang sedang menjalani kehamilan kembar juga dikaruniai kemudahan, keselamatan, dan kelancaran saat melahirkan si kembar. Mohon doa dan dukungannya ya Urban mama agar nanti proses kelahiran si kembar berjalan dengan lancar, your continuous supports really means a lot for me.

Related Tags : ,,,

22 Comments

  1. avatar
    Sadua lhee April 27, 2017 3:46 pm

    Pengalaman kehamilan yang luar biasa dan layak di praktekkan bagi ibu-ibu yang sedang hamil.
    Memang trimester pertama kehamilan adalah masa-masa yang paling rentan bagi ibu hamil muda. Sebaiknya bunda rajin-rajin mempraktekan pola hidup sehat diantaranya dengan selalu mengkonsumsi makanan sehat untuk ibu hamil muda supaya bunda mudah menjalani masa kehamilannya dan tentunya anak dapat lahir dengan sehat dan cerdas.
    terimakasih informasinya bund. Salam kenal www.tips-kehamilan.web.id

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    mommybear January 27, 2015 9:05 am

    Kalo ga salah,udah lahiran yaa. Congrats Mom Crey....Sehat selalu twins dan si abang El yaa

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    yulia andriyani January 20, 2015 7:45 pm

    Babyku juga kembar dan sekarang sedang berjuang meningkatkan produksi asi supaya bisa cukup buat mereka berdua karena pengen banget eksklusif sampai 6 bulan. Semoga si kembar bunda nanti lahir sehat dan selamat ya...

    1. avatar

      As .



  4. avatar
    marni uli saragih January 19, 2015 1:16 am

    Aq yg ngerasain excited punya anak kembar perempuan setaun yg lalu... aq parah sampai transfusi darah,tapi hana hani hrs dilahirkan d usia 35w

    1. avatar

      As .



  5. avatar
    punyasiintan January 16, 2015 1:10 pm

    crey.. hamil kembar??? wow lucky you... sehat terus ya baby n ibunya

    1. avatar

      As .