Serba-serbi Susu UHT

Setelah membaca artikel ini dan ini tentang susu UHT, serta mengikuti live chat bersama Dokter Yoga Devaera, SpA di sini yang dipersembahkan oleh The Urban Mama dan Tetra Pak beberapa waktu lalu, sekarang tampaknya semua pertanyaan yang selama ini ada di benak saya sudah terjawab.

Bagi urban mama yang kebetulan tidak sempat mengikuti sesi live chat, berikut saya simpulkan beberapa poin penting tentang susu UHT:


  • Susu UHT bisa diberikan untuk bayi berusia di atas satu tahun. Bayi di bawah satu tahun belum boleh diberikan susu UHT atau pasteurisasi, hanya boleh ASI/ASIP/susu formula saja. Kandungan natrium dan protein yang tinggi membuat bayi usia di bawah 1 tahun tidak dianjurkan minum susu UHT atau susu sapi yang tidak dimodifikasi (wholemilk).

  • Untuk menentukan jenis susu yang tepat, perlu diketahui kebiasaan makan anak dan status gizinya. Anak yang gizinya baik dan dibiasakan mengonsumsi makanan sumber zat besi yang cukup seperti daging merah, maka susu UHT sudah mencukupi.

  • Untuk pengenalan, susu UHT bisa diberikan dalam jumlah kecil terlebih dahulu atau dicampurkan ke dalam makanan seperti puding, sup krim, dan camilan.

  • Nutrisi memang merupakan salah satu penentu kecerdasan anak, yang lainnya adalah genetik dan stimulasi. Sebenarnya DHA dan AA bisa didapat dengan mengonsumsi lauk ikan laut dalam seperti tuna, salmon, dll. Sebagian besar nutrisi anak harus dipenuhi dari makanan padat, susu seharusnya hanya sebagai sumber kalsium sekaligus sumber protein.

  • Anak berusia di atas satu tahun boleh mengonsumsi susu plain yang full cream, sementara susu low-fat baru boleh dikonsumsi anak di atas 2 tahun, terutama jika mengalami obesitas. Anjuran konsumsi susu untuk anak di atas 2 tahun sekitar 400-600 ml per hari.

  • Pengaruh minum susu terhadap kebiasaan mengompol lebih disebabkan karena asupan cairan sebelum tidur.

  • Orang dewasa dan lansia dianjurkan mengonsumsi susu low-fat. Ibu hamil penting sekali mengonsumsi susu sebagai sumber kalsium. Susu merupakan sumber kalsium yang baik dan mudah diserap.

  • Bagaimana dengan kandungan gizi antara susu UHT dan pasteurisasi? Sebenarnya jika memungkinkan untuk mendapatkan susu pasteurisasi, maka itu lebih baik. Namun perlu diingat penyimpanan susu pasteurisasi harus selalu dingin dan kedaluwarsanya lebih pendek.

  • Nutrisi susu plain dan susu dengan perasa sudah tentu berbeda, terutama di kandungan gula dan perasanya. Untuk zat gizi lainnya sebagian besar relatif sama, silakan dicek dengan membandingkan label nutrisi pada kemasan susu.




  • Yang perlu dicermati apakah konsumsi total gula dalam susu dan minuman serta makanan lain masih dalam batas yang diperbolehkan: tidak melebihi 10% dari kalori yang masuk, kira-kira 30 gram.

  • Bila konsistensi pup anak menjadi agak encer selama beberapa hari awal diberikan susu UHT, mungkin hal tersebut adalah periode adaptasi terhadap makanan baru (dalam hal ini susu UHT).

  • Harus membedakan susu dengan ‘makanan cair’ yang sering diiklankan sebagai susu bubuk, karena makanan cair ini penggunaannya berbeda dengan susu dan sebaiknya diberikan dibawah pengawasan dokter sehingga tepat jumlah dan indikasinya.

  • Dalam beberapa kasus alergi susu, menurut dr. Yoga perlu dicermati dulu: alerginya terhadap protein apa? Jika alergi protein susu, maka anak tidak bisa mendapat susu UHT, harus mendapat susu khusus. Jika alergi terhadap protein lain yang bukan susu, maka anak bisa mendapat susu sapi termasuk susu UHT.

  • Untuk anak yang mengalami anemia defisiensi besi (ADB), dr. Yoga menjelaskan bahwa anak harus mendapat suplemen besi dan diperiksa ulang kadar hemoglobin (Hb) setelah 3 bulan. Susu UHT tidak cocok untuk anak yang mengalami ADB karena kandungan zat besinya rendah. Mama harus memilih susu yang difortifikasi dengan zat besi, serta lebih sering memberikan lauk dengan daging merah dan makanan kaya zat besi lainnya untuk pilihan makanan padat anak.

  • Suhu penyajian susu UHT bisa tergantung kesukaan anak, kalau anaknya suka dingin ya boleh diberikan dingin. Menghangatkan susu UHT boleh dengan milk warmer atau microwave, setelah sebelumnya dipindahkan dari kemasan karton susu UHT ke wadah yang tahan terhadap suhu microwave.


Demikian poin-poin penting dari sesi live chat yang lalu. Semoga berguna bagi Urban Mama!

18 Comments

  1. avatar
    ika laelasari December 3, 2014 7:15 am

    Ya bener mom, UHT or pasteurisasi more good than sufor.

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    bundanyaraffa November 11, 2014 8:23 pm

    Thanks bunda zata..mau nanya utk poin terakhir selain memakai microwave bisa dg cara gmn ya bunda?soalna anak saya lebih senang minum kl hangat :) mksh

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    Enji Magetsari November 6, 2014 9:19 am

    TFS rangkumannya Mom Zata! Jadi makin tau serba serbi susu UHT dan akan aku share untuk Moms yang lain..kebetulan bbrp waktu lalu pernah diskusi tentang susu UHT di group chat :)

    1. avatar

      As .



  4. avatar
    Retno Aini November 5, 2014 6:02 pm

    Tfs yaa Zata, poin2nya kumplit & bermanfaat banget utk para mama :D semoga nanti akan ada lebih banyak live chat sama expert buat topik2 yg lainnya

    1. avatar

      As .



  5. avatar
    Isty Lutfia Hd November 5, 2014 10:19 am

    TFS mba Zita... meski ga ikut live chat tapi rangkumangan yg dibuat mba sangat membantu.

    1. avatar

      As .