The Journey of Pregnancy
Hamil... banyak orang beranggapan itu merupakan kodrat seorang wanita yang sudah menikah. Sayangnya bagi saya dan suami, getting pregnant is not as easy a flipping your hand. Butuh usaha panjang dan doa yang tidak pernah putus bagi kami, agar saya bisa hamil.
Kami menikah Januari 2006. Karena saya masih dinas di Medan, sementara suami bekerja di Jakarta, kami tidak terlalu ambil pusing mengapa saya belum juga hamil setelah setahun menikah. Awal 2007 saya mutasi ke Jakarta. Saya dan suami langsung berencana untuk bertemu dengan dokter spesialis kandungan (obgyn) guna memulai program hamil.
Obgyn pertama menyarankan agar kami mencoba sistem kalender terlebih dahulu untuk 3 kali siklus menstruasi. Berikutnya saya disuruh minum obat homon untuk 5 kali siklus menstruasi. Hasilnya, berat badan saya naik 8 kg dan saya tetap tidak hamil. Step selanjutnya, kami mencoba inseminasi, hasilnya tetap gagal. Saya lalu melakukan tes hidrotubasi untuk mengetahui patent (terbuka) tidaknya tuba falopii (saluran tempat ovum keluar dari ovarium menuju rahim). Tuba saya dinyatakan patent kiri kanan. Lalu saya diminta untuk menjalani HSG, hasilnya tetap pantent tuba kiri dan kanan. Kami masih melanjutkan dengan dua kali inseminasi lagi, tapi semuanya gagal.
Setelah sebulan istirahat, kali ini kami pergi ke Singapura. Kami menemui dua obgyn spc infertility yang berbeda, satu di Mt.E hospital, sementara yang kedua di NUH. Keduanya minta kami untuk melakukan test darah dan hormon lengkap, test sperma untuk suami dan HSG untuk saya. Hasilnya, darah dan hormon kami normal, sementara hasil analisis sperma menyatakan suami saya mengalami oligoospermatozoa (jumlah sperma kurang dari standar dan memiliki bentuk tidak normal). Hasil HSG saya: tuba kiri non patent sementara yang kanan normal. Obgyn di Mt.E menyarankan inseminasi/bayi tabung (ivf). Sementara obgyn di NUH menyarankan untuk memperbaiki sperma suami terlebih dahulu baru. Kami berdua memilih untuk melakukan inseminasi dan gagal.
Pulang dari Singapura, kami memutuskan untuk memperbaiki kondisi sperma suami terlebih dahulu. Selama kurang lebih 6 bulan berobat di androlog, pada akhir 2008 hasil analisa sperma suami menunjukkan hasil normal, Alhamdulillah.
Rencananya kami akan memulai kembali program hamil pada Juli 2009. Tapi manusia punya rencana, Allah yang menentukan. April 2009 saya terserang Guillan Barre Syndrome (GBS). Ini menyebabkan kelumpuhan total. Setelah 2 minggu di ICU dan 4 minggu di kamar isolasi, akhirnya saya boleh pulang, masih dalam keadaan lumpuh dari pinggang ke bawah dan badan atas bagian kiri. Sempat terpikir dalam hati, tidak mungkin saya memiliki keturunan dengan keadaan seperti ini.
Setelah berpuluh jadwal terapi yang menyakitkan dan melelahkan, kondisi saya membaik. Sehingga pada Agustus 2009, neurolog yang menangani penyakit GBS saya, memberikan izin untuk kami kembali melakukan program hamil, sementara penyembuhan untuk kelumpuhan saya tetap berjalan.
Kali ini kami datang ke klinik ivf di kawasan Menteng, Jakarta. Obgyn menyatakan ingin langsung mencoba inseminasi kepada kami berdua, sayangnya tetap belum berhasil. Saya lalu menjalani laparascopy (LO), tindakan bedah minor untuk memeriksa kondisi peranakan, sekaligus melakukan koreksi jika memang ditemukan kerusakan. Ada tiga myom berhasil diangkat, endometriosis dan adenomiosis berhasil dibersihkan, perlengketan rahim berhasil dibuka. Sayangnya kedua tuba saya tetap tidak bisa diperbaiki, tuba kiri non patent, sementara tuba kanan slow spilled. Selesai LO, saya perlu menjalani terapi suntik selama 3 bulan untuk membersihkan sisa akar endometriosis yang masih ada.
Kami kembali mencoba inseminasi pada Desember 2009, tapi gagal. Kami memutuskan untuk melakukan program bayi tabung (ivf). Kami menjalani ivf dengan long protocol karena riwayat endometriosis saya. Jangka waktunya sekitar 2 bulan dari awal minum obat sampai dengan terima hasil ivf.
Sebagai terapi tambahan, saya mendatangi dokter spesialis akupunktur yang banyak membantu wanita-wanita dengan masalah kesuburan. Akupunktur ini saya jalani sejak akhir 2009, sebanyak 3 kali seminggu. Hari ke-4 pasca ET, saya melakukan cek darah atas saran dokter akupunktur. Hasilnya, d-dimer saya 2600-an, yang berarti darah saya terlalu kental dan bisa menyebabkan keguguran.Obgyn mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengentalan darah dengan penempelan embrio di rahim saya. Pada hari ke-14, saya menstruasi seperti biasa, artinya program ivf ini pun tetap gagal.
Kami beristirahat selama 2 bulan sebelum mengulangi ivf. Selama itu, saya rutin menjalankan akupunktur dan mulai berobat ke hematolog untuk mengatasi masalah pengentalan darah saya. Saya diberi suntikan pengencer darah seminggu 3 kali. Hasil dari kedua terapi ini, kedua tuba saya berhasil terbuka & patent, sementara kondisi darah saya juga sudah jauh membaik walaupun belum normal.
Kami kembali ke klinik ivf yang sama, hanya saja kali ini dengan obgyn berbeda. Obgyn kali ini lebih komunikatif dan beranggapan bahwa pengentalan darah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program kehamilan. Karena masih ada sisa hormon sisa ivf yang lalu, obgyn menyarankan untuk melakukan inseminasi. Sayangnya inseminasi kali ini kembali gagal, juga ivf yang kami lakukan bulan berikutnya.
Sambil menunggu badan saya bersih dari sisa hormon ivf, saya tetap rutin kontrol setiap bulan ke obgyn, tetap menjalankan akupunktur dan kontrol ke hematolog. Akhir Juli 2010 saya kontrol ke obgyn. Saat di-USG, obgyn mengatakan bahwa kondisi rahim saya triple layer dan ada 2 ovum yg berukuran sangat signifikan. Keadaan ini sangat ideal untuk melakukan inseminasi natural (inseminasi tanpa suntikan hormon). Kami berpikir, tidak ada salahnya dicoba inseminasi natural ini.
Proses inseminasi natural berjalan dengan lancar. Kami berdua pulang ke rumah tanpa beban apakah ini akan berhasil atau tidak. Selama menunggu hasil inseminamsi kali ini pun, saya tidak lagi bedrest seperti sebelumnya. Saya tetap beraktivitas normal, bekerja bahkan sempat pergi keluar kota untuk menghadiri pernikahan sahabat saya.
Pulang dari luar kota, saya sakit. Badan seperti masuk angin dan vertigo saya kambuh. Untuk bisa minum obat, saya harus yakin dulu kalau saya tidak sedang hamil. Akhirnya saya melakukan tes kehamilan di rumah walaupun saat itu baru hari ke-12 pasca inseminasi natural. Saya lihat muncul 2 strip di testpack tersebut. Saya positif hamil, Allhamdulillah.
Masa kehamilan bukan hal yang mudah bagi saya. Hiperemesis, plasenta previa, pengapuran plasenta, dan pengentalan darah akut, membuat saya harus bolak-balik menjalani opname. Bekas suntikan pengencer darah dari dokter membuat badan saya lebam semua. Tapi dukungan suami dan keluarga serta bantuan yang sangat hebat dari obgyn, hematolog, dan dokter akupunktur, membuat saya berhasil melewati kehamilan ini.
Danendra Aghna Purtanto atau biasa kami panggil Aghna, lahir ke dunia pada tanggal 2 April 2011 pukul 17.55WIB dengan berat 3 kg dan panjang 49 cm melalui operasi sesar. Saat ini Aghna sudah berumur 18 bulan. Alhamdulillah tumbuh sebagai anak yang sehat dan lucu, sungguh merupakan penyejuk bagi hati kami berdua.
Semoga sharing ini bermanfaat bagi Urban mama papa yang sedang dan akan menjalankan program hamil. Semoga tetap semangat dalam usahanya menjemput si buah hati.
mataku berkaca kaca mba baca nya.. jadi tambah semangat promilnya. dulu saya juga mengira kalo hamil itu mudah, sekarang saya juga merasakan sendiri. saya menikah sept 2013 dan sampai masuk bln ke 5 belum ada tanda2. tapi alhamdulillah saya punya suami yg bisa menguatkan saya untuk tetap berusaha dan berdoa. semoga bulan ini ada keajaiban dari Allah. amin
*peluuuk* terharu banget baca cerita ini.. Aghna nya lucu sekali, nyempluk :D
what a fighting spirit...congratulation on everything, on every single pain you've conquer to have this gorgeous little prince.semua terbayar pas liat Aghna ya Mom Amalia...Aghna, kamu lucu banget Nak..kiss kiss..
mba mayaaa, baru bacaa.. terharuu bangett akuhh, si uda smpe ak tunjukin crita kamu,, aku juga lagi program nih, doakann yaaaa :))
Salam kenal semuanya, saya baru gabung di forum TUM, tapi semenjak hamil sering buka TUM, pengalaman Mbak Amalia bikin saya berkaca-kaca, karena saya pun mengalami hal yg sama, saya menikah tahun 2006, udah bolak-balik periksa ke obgyn hasilnya normal, tapi tetap saja belum membuahkan hasil, akhirnya memutuskan kuliah lagi, dan Allah Swt. mengabulkan doa-doa saya, saat saya sedang sibuk mengerjakan tesis, tiba-tiba saya positif hamil, padahal semenjak kuliah, saya sudah tidak periksa ke obgyn lagi, sekarang sedang hamil 7 bulan, mohon doanya semoga kehamilan ini bisa berjalan lancar hingga melahirkan nanti.