1

Topic: Minimnya pengetahuan kehamilan bunda di desa

lam kenal buat mamas n papas cemua. mau sharing tentang pengalamanku yang tinggal di desa selama kehamilan dan kelahiran si kecil nasya. pengetahuan dan kepedulian tentang ibu hamil disini sangat minim sekali bunda sekalian. mungkin karena tingkat ekonomi yang rendah juga yang sangat berpengaruh ya bunda. kebanyakan bunda disini jarang periksa kehamilan kalau tidak ada keluhan. selain itu perhatian terhadap kesehatan selama kehamilan juga kurang. ikut gabung di TUM ini pengen banget rasanya membuat suatu lembaga atau tempat kumpul para bunda, dimana kita bisa saling berbagi mengenai kehamilan dan bayi. juga memberikan penyuluhan kesehatan. selama di posyandu saya dan bunda lain jarang sekali mendapat kesempatan seperti itu. dari TUM saya juga baru tahu adanya konselor laktasi. wah pengen banget bun jadi konselor laktasi. supaya bisa membantu bunda2 di desa. mohon bantuan dan saran dari bunda semua ya. apa yang harus saya lakukan.

2

Topic: Minimnya pengetahuan kehamilan bunda di desa

Ada salah satu referensi bagus sih, coba cari bukunya, harusnya di gramedia ada. Ketika Perempuan Tidak Ada Dokter, terbitan INSIST Press. Aku lupa pengarangnya. Bukunya lumayan tebel, tapi sangat berguna. Mereka sempet cetak ulang beberapa kali.

Aku dulu pernah ngedit buat LSM perempuan, halah ngeri banget itu cerita-cerita samplenya yang dari desa-desa terpencil. Sebenarnya mereka punya pengetahuan lokal dan tradisional yang menarik, tapi akhir-akhir ini bombardir televisi dan budaya urban mengacaukan tatanan banget. Sekarang segalanya jadi serba salah kaprah.

Aku pikir sebenarnya sudah ada beberapa pihak yang bergerak di wilayah ini, mungkin tinggal dikoordinasikan saja ya. Kemaren pas peristiwa Merapi juga banyak yang turun untuk persoalan pemberian ASI di pengungsian dan bagaimana pencegahan pemberian susu formula (jika tidak diperlukan) secara massif.

Ini akan menarik kupikir untuk dibahas, bagaimana kita-kita bisa membantu sesama ibu yang di desa. Let the ideas flow:)

writer. translator. mother to asabhumy. yoga addict. banci dapur.

3

Topic: Minimnya pengetahuan kehamilan bunda di desa

great thread bundanasya. FYI, aku tinggal di suatu daerah Bandung. perumahan kecil nan tradisional gitu.. padahal ini udah Bandung, tapi sedih aja ketika tau tetangga kanan kiri ku masih minim banget pengetahuan ttg parenting dsb.

memang ya, tingkat ekonomi itu berpengaruh. disini memang kebanyakan menengah ke bawah.

baru2 ini, ada ibu yang bayinya meninggal (baru usia 1 hari), karena lahir biru tapi sama bidan nya ga dirujuk re RS buat masuk inkubator.. jadilah si bayi itu di bawa pulang dan besoknya meninggal.. :(

kalau disini, aku n beberapa temen (ibu2 yang juga peduli) menggalang pengadaan sekolah ibu. materinya bisa beragam dari menyusui, parenting, sampai instalasi listrik yang aman dan efisien..

simpel dan sederhana, but it works!. Mungkin bisa ditiru di daerahnya, Bun.. :)

a wife of a wonderful husband. a mom of a graceful daughter. "Which of your Lord's gifts you can betrayed?"

4

Topic: Minimnya pengetahuan kehamilan bunda di desa

bundanasya, halo mom.. thread yg menarik..
kebetulan aku pernah bekerja di pkm di daerah terpencil, walaupun bukan bidangku, tapi perhatian mengenai masalah kehamilan dan persalinan di desa2 terpencil memang masih sedikit ya. bagi yang sudah melek pengetahuannya, biasanya mereka pergi ke kota untuk memeriksakan dan melahirkan.
kalau di pkm kecamatan itu, disetiap desa wajib ada bidan desa dan perawat desa (optional), dan setiap bulan selalu ada rapat evaluasi mengenai kendala2 yang ada. seingat saya, waktu itu ada program pemerintah namanya desa mandiri, jadi setiap desa punya suatu program yang melibatkan seluruh penduduk desa tersebut dalam kaitannya dengan ibu2 yg sedang melahirkan/hamil. contohnya: setiap ibu2 yg sedang hamil, di tembok rumahnya ditempeli stiker berwarna dengan tulisan berisi:nama ibu, kemungkinan tgl melahirkan, rencana melahirkan dmn, orang2 yg membantu (dlm hal ini, misalnya nama tetangga yg bersedia mengantar, yg bersedia meminjamkan mobil dll). apabila sudah mendekati hari kelahiran, biasanya dipasang bendera dgn warna tertentu. jadi benar2 dari rakyat,untuk rakyat,oleh rakyat.
mengenai penyuluhan kesehatan, biasanya setiap bbrp bulan sekali, dokter kecamatan datang ke desa, disini bisa dimanfaatkan oleh ibu2 untuk bertanya dll. kalo memang mau dibuat suatu kelompok ibu2, mungkin bisa mengajukan ke RT/RW nya, klo ga salah ada nama programnya (sori aku lupa :p ada kata2 mandirinya gitu), mengenai penyuluhan dsb nya, selain bisa meminta kepada orang puskesmas kecamatan, bisa juga dengan mencari sumber2 lainnya (dari TUM dan literatur2 lainnya dan seminar2) dan bisa didiskusikan.
cmiiw ya moms.. :)

To have a child is to know the beauty of life..-parenthood-

5

Topic: Minimnya pengetahuan kehamilan bunda di desa

aku kerja mengajar di sebuah desa. rata2 ibu2 di sini menyusui anaknya, namun usia bayi baru 2 bulan mereka sdh memberinya makanan. dan bidan tdk bs berbuat apa2 krn kebiasaan yg turun temurun. suka kesel (kecewa) jg sama tenaga medisnya, seharusnya mereka bisa memberikan sedikit pencerahan bagi ibu2 ini agar ada perubahan.bahkan imunisasi sj mrk jarang yg ikut. sedikit2 sy suka sharing sm sesama tenaga pengajar disana ttng ASI (sy suka perah ASI di sekolah), dan MPASI.

masalah lainnya yg sulit diubah adalah soal pendidikan, mereka kurang mementingkan pendidikan, yg penting bs cari uang, kerja di pabrik (kota). anak perempuan kalo sdh pacaran, ortunya senang, krn ada calon suami. anak yg DO karena hamil di luar nikah setiap tahun pst ada.

jika pendidikan tdk bs jd solusi untuk perubahan (terutama bagi perempuan), jd lewat apa lagi ya moms?

.Motherhood is a journey that never ends.

6

Topic: Minimnya pengetahuan kehamilan bunda di desa

BunChiwa, jangankan di bandung di jakarta juga masih banyak kok yg belom melek soal parenting dan asi.

cerita nya waktu masih ngontrak di daerah mampang jaksel. ibu RT yang juga lanlord kontrakan, sebenernya selama kehamilan udah periksa ke klinik terdekat yg sehari2nya terdapat tenaga bidan tp seminggu sekali ada dokter & bisa USG. nah setelah melahirkan gw ngeliat kebiasaan2 yg menurut gw gak biasa & pengetahuan berbasis urban legend atau 'kata orang tua dulu' dan gak cuma si ibu RT yg begitu.
[list=*]

  • waktu tau gw pakein hafidz diapers tiap hari dia ngerenyit dan bilang "gak takut anaknya nanti ngangkang?" [/*]
  • waktu gw bilang kenapa masih pake gurita bayinya? dia bilang "yah dokter emang bilang gak usah, tapi ntar anaknya buncit dong?"[/*]
  • dan yups, 3bulan udah mulai makan.[/*]
  • dan yg paling parah menurut gw, kalau sakit apa2 yg dituju duluan adalah tukang pijet/ paraji/ dukun beranak. dia heran banget gw gak pernah bawa hafidz pijet.[/*]
  • trus waktu anaknya diare, dia bilang "itu indah" maksudnya, kata orang tua dulu kan, kalau sakit tandanya mo gede, mo punya kepintaran baru dsb. dia bawa anaknya ke tempat pijet. gak lama gw pindah kontrakan gw denger bayinya (belum ada 1th kalo gak salah) meninggal karena diare. katanya, pas ke rumah sakit dia disuruh deposit uang 10jutaan untuk perawatan. dan karena gak mampu ya anaknya meninggal.[/*]

    usut punya usut, denger dari temen yg dulu ngontrak disana, pada jaman dia ngontrak disana si ibu RT juga sempet kehilangan bayinya gara2 diare juga. jadi saat anaknya dia kira "indah" itu, dibiarin hanya dipijet. si anak sampai pup nya hanya air, dan meninggalnya karena dehidrasi akut dan otaknya kenapa gitu gara2 dehidrasi.

    ini cerita di tengah kota, dimana si ibu RT tuh rajin ke posyandu loh mama papa.

    ada lagi cerita gw ngobrol sama driver2 kantor:
    [list=*]
  • menurut pengakuannya "anak gw full asi mba, kalau malam gw yg bikinin susu nya" *lahhh???*[/*]
  • dengan bangganya ngomong "anak gw 3 bulan dah mangap2 minta makan". gw bilang, kok dikasih mas? kan dokter bilang sekarang 6 bulan baru kasih makanan pendamping. dia jawab "lah anaknya mau? masa gw larang??" pada detik itu gw kesel dengernya dan pengen banget ngomong "kalo bayi lo minta makan tanah? lo kasih juga?"[/*]


    ada lagi cerita dengan beberapa orang dengan kebetulan ekonomi lemah dan pendidikan kurang:
    [list=*]
  • "gw mba kesel banget ma rumah sakit tempat kemarin ngelahirin, masa gw pulang gak dibekelin susu (formula) sedikitpun?" gw bingung, emang asinya gak keluar mba? "ya kan tetep butuh susu (formula)"[/*]
  • dengan bangga bilang "gw gak nyusuin abis males makan pedes gak boleh, makan anyir2 (maksudnya ikan/seafood) gak boleh. gw kan jadi gak selera makan!" waktu itu bayinya baru 2bulanan dan ibu yg ini udah 3x melahirkan dalam waktu 3th ajah loh[/*]
  • ada yg waktu itu kebetulan hamil bareng gw dan gw sering banget liat dia makan mie instan, tanpa tambahan lauk/ sayur apapun. dia bilang "yah cuma selera makan beginian, bagus kan daripada gak makan??" padahal ibu ini rajin periksa ke bidan loh[/*]


    tapi ada juga mereka (maksudnya yg kurang pengetahuan dan atau ekonomi lemah) yang giat bertanya dari gw & temen2 tentang kehamilan, safety at home, mpasi/mpasu, perah asi dll.

    jujur gw belum pernah ke posyandu jd gak tau apa aja yg diberikan pada saat kita ke posyandu. tapi intinya mama papa,menurut gw harus ada dulu keinginan si ibu (terutama) untuk mengedukasikan dirinya dan mengamalkannya tentu saja. dan untuk berusaha mencari tahu kebenaran dari 'apa kata orangtua dulu/ urban legend' lainnya. kalau itu belum ada, kemungkinan pengarahan dari kader posyandu, bidan, dokter atau siapapun akan masuk dari telinga kiri dan keluar dari telinga kanan.

    dan BunChiwa gw salut sama ide sekolah ibu nya... thumbs up!!!! :)

    Bussy life...happy life...
  • 7

    Topic: Minimnya pengetahuan kehamilan bunda di desa

    Iya gak cuman di desa aja sih, di Jakarta dan kota2 besar lainnyapun banyak orangtua terutama yang berusia muda dan SES C-D dengan penghasilan rendah dan kurang pendidikan yang membutuhkan bantuan penyuluhan dan seminar...

    Sebenernya ada PESAT sih ya tapi PESAT kan tiketnya bayar, kalo untuk kita yang punya gaji cukup, mungkin gak mahal terasanya, tapi kalo buat orang2 yang gajinya di bawah 1.5 juta, 300 ribu itu kan seperlima penghasilan mereka loh.

    @dewiamel: hahaha iya banget tuh soal bayi2 dikasih makan, tau gak siiiiiih keluarga2 SES C-D yang tinggal di dekat rumah ortu gue, anaknya baru lahir seminggu udah dikasih makan PISANG. Diancurin sih pisangnya tapi ya tetep ajeeeeeee...terus kalo kita bilang "bukannya gak boleh yah MPASI sblm 6 bulan?" Mereka bilang kita sok teuuu karena dari tradisi mereka ya begitu dari dulu.

    Contoh terdekat gue adalah sopir gue sendiri. Btw, ini bakal jadi panjang loh sekalian curcol hehe.

    Jadi sopir gue ini punya 2 anak, perempuan dua2nya usia 8 dan 1 tahun. Sopir gue 37 tahun, istrinya? 22 tahun AJA LOH. Jadi usia 13 tahun udah dikawinin dan 14 tahun udah ngelahirin. Haiyah!

    Terus anak2nya agak sakit2an dan keduanya punya flek item di paru2, konon kata dokter karena, sopir gue dan bapak mertuanya itu sama2 suka ngerokok dalam rumah, sedangkan rumah mereka kecil banget hanya 25 m2 dan ditempati oleh....12 orang (sopir gue, istrinya, 2 anak, kedua mertua, dan ke-6 adik istrinya).

    Jadi kesemua orang yang tinggal di rumahnya mertua sopir gue, termasuk istrinya sopir gue, itu pada bermasalah dengan paru2nya karena bapak mereka (mertuanya sopir) dan sopir gue itu ngerokok di deket istri2 dan anak2 mereka bahkan pas ybs lagi pada hamil...dan dari anak2nya kecil juga.

    Pas gue tanya, kenapa kok ngerokok deket anak2 dan istri? Rokok kan bahaya buat yg pasif? Dan ini sudah berlangsung bertahun2. Sopir gue lempeng aja bilang, "Yah Bu, kalo udah ajalnya mah ajal aja, gak usah gara2 rokok."

    Yg miris lagi, karena satu2nya penopang ekonomi keluarga tsb adalah sopir gue dan gaji dia itu emang mayan, kalo ditambah lembur nyaris 1.8-2jt per bulan, tapi gaji segitu nanggung 12 orang, mana cukuppppp? Jadi alhasil ya kedua anak sopir gue ini sehari2 makannya mi instan rebus ama nasi aja, itupun satu bungkus mi instan dibagi 3, jadi antara istrinya sopir gue dan kedua anaknya makan bareng...dan cuma 1-2 kali sehari.

    Sedih ya, anak2nya yg usia 1 dan 8 tahun yg lagi dalam masa pertumbuhan dan butuh gizi, tapi malah dapetnya cuma mi instan dan cuma 1-2 kali sehari...pas gue coba nasihatin kenapa mertokunya dan adik2 ipar sopir gue pada ga kerja, dia cuma angkat bahu.

    FYI, mertokunya masih muda loh, mertua yg cowok 40 dan yg cewek 36, kawin muda juga kayaknya. Dan adik2 iparnya bererot deh usianya nempel2 - istrinya sopir gue anak no.1 umur 22, adiknya usia 21 sampe 14 tahun gitu. Cewek semua...dan ga ada yg kerja dgn alesan susah dapat kerja. Kesian deh sopir gue nanggung semua orang itu.

    Terus, anaknya sopir gue yg kecil 1 tahun itu bulan kemaren sakit, muntaber + diare parah, dehidrasi sampe hampir2 meninggal...dan ternyata itu karena 2 hal:

    1. Anaknya masih nyusu ke ibunya (istrinya sopir gue). Dan si ibu kekurangan gizi, plus dia makan ayam tiren yg mati sakit bukan mati dipotong, udah gak seger dan tentu penuh bakteri sumber penyakit.

    Trus karena ya gak pendidikan, istrinya sopir gue ngga tau kalo ibu menyusui itu ya akan memberikan gizinya ke anaknya, dia pikir toh yg makan si ayam tiren itu dia, kok bisa nular ke anaknya??

    2. Anaknya dikasih tambahan bukan susu formula tapi air tajin / bekas rebusan beras, tapi masalahnya air yang dipake masak beras tsb gak bersih, bukan air matang / air bersih deh pokoknya, masaknya juga ga di rice cooker yang kita tau udah 100% mateng tapi cuma di dandang nasi tradisional, dannnnnnnnn katanya berasnya itu disimpen di lantai rumah mereka dan disitu banyak tikus...jadi mungkin berasnya terkontaminasi tikus.

    Untung sekarang udah sembuh, tapi pas sembuh diare + muntabernya, tuh anak divonis TBC stadium 2, karena kakeknya (mertoku sopir) dan sopir gue tetep ngerokok di deket dia...plus bayinya kurang gizi jadi lemah rentan terhadap penyakit.

    Moral of the story? Kadang2 masalahnya bukan cuma di pengetahuan dan penyuluhan tapi juga di segi ekonomi...

    Kenapa dari segi ekonomi juga? Ya karena meskipun ibu2 dan bapak2 ini dibekali pengetahuan yang benarpun, ujung2nya duit akan berperan juga untuk menentukan hasil akhirnya.

    Karena, sedihnya, di Indonesia memang belum ada sistem kesehatan yg menjamin orang di bawah garis kemiskinan untuk juga mendapat perawatan kesehatan yang layak. Pake surat keterangan miskin pun gak bisa bebas biaya 100%, paling hanya 60-70% (seperti kejadian sopir gue) dan tetep harus kasih deposit ke RS, biar kata RSnya RS kecil di desa/pinggir kota sekalipun.

    Dan meski orang2 ini tau tentang gizi, tentang MPASI, ujung2nya kan kemampuan mereka untuk membeli bahan makanan yang bergizi untuk ibu hamil dan menyusui-lah yang akan berperan penting - kalo emang uangnya gak ada untuk beli makanan bergizi, gimanaaa? :(

    Kayak di sopir gue, nah, gue mau bilang apa kalo kejadian udah seperti itu? Nyuruh sopir gue untuk ngasih makan istrinya yg lebih bergizi? Ya gak bisa juga...memang gaji yg gue berikan ke sopir gue itu sebenernya gaji standar sopir skrg, dan kalo dipake nanggung sopir gue + istri dan kedua anaknya sih cukup, tapi ini dipake nanggung keluarga besar mertoku juga.

    Yah gak putus2nya deh ngomongin ini. Sorry panjang dan jadi agak2 OOT, menurut gue sangat mulia kalo Bundanasya mau buat tempat penyuluhan, mungkin suatu saat ada NGO / LSM yang bisa membantu juga untuk pendanaannya.

    8

    Topic: Minimnya pengetahuan kehamilan bunda di desa

    astridreza wrote:

    Aku dulu pernah ngedit buat LSM perempuan, halah ngeri banget itu cerita-cerita samplenya yang dari desa-desa terpencil. Sebenarnya mereka punya pengetahuan lokal dan tradisional yang menarik, tapi akhir-akhir ini bombardir televisi dan budaya urban mengacaukan tatanan banget. Sekarang segalanya jadi serba salah kaprah.


    Bapak mertuaku, dosen UNPAD sering juga cerita seperti itu. Skrg malah UNPAD sedang menyusun tim untuk meninventaris kekayaan2 pengetahuan lokal dan tradisional indonesia untuk nantinya dipublish shg bisa berguna bagi masyarakat indonesia.

    Salah satu contoh kekayaan lokal adalah melahirkan dengan water birth. Aku dl tahunya ini adalah pengetahuan dari luar negeri, ternyata menurut mertuaku, itu adalah kekayaaan pengetahuan mayarakat Papua loh. Orang asing yang kesanalah yang kemudian lebih mengembangkannya.

    Trus bombardir televisi dan budaya urban mengacaukan tatanan lokal, setuju banget tuh. Aku anak desa, lahir dan dibesarkan di desa, baru setelah kuliah saja pindah ke kota. Jaman aku dan adikku kecil (which is hampir 30 thn yang lalu), ibu2 masih jaraaaaang banget pake sufor. Selain uang dari mana, mmg budaya menyusui anak sd 2 thn masih tinggi. Jaman skrg krn pengaruh media, kalau ga pake sufor ga PD. Kalau ga ngasih bubur instant buat babynya ga PD.

    Sebenarnya di desaku posyandu ada juga. Posyandu ada lagi sejak jamannya pak SBY, terakhir ada jamannya Pak Harto. Habis itu yang katanya mau reformasi di segala bidang malah mematikan posyandu. DI posyandu di desaku, imunisasi wajib gratis. Posyandu ada tiap sebulan sekali dan ada 1 orang bidan dari puskesmas di kecamatanku yang dibantu oleh ibu2 perangkat desa. Dan aku lihat waktu aku pulkam bulan April kmrn antusias ibu2 & balita untuk datang sangat besar. Cuma yang masih perlu ditingkatkan lagi ya memang kesadaran untuk memberikan ASI lagi pada bayi2nya, dan juga MPASI hasil olahan sendiri untuk bayi2 ini.

    9

    Topic: Minimnya pengetahuan kehamilan bunda di desa

    Yesi aprianti wrote:


    aku kerja mengajar di sebuah desa. rata2 ibu2 di sini menyusui anaknya, namun usia bayi baru 2 bulan mereka sdh memberinya makanan. dan bidan tdk bs berbuat apa2 krn kebiasaan yg turun temurun.
    masalah lainnya yg sulit diubah adalah soal pendidikan, mereka kurang mementingkan pendidikan, yg penting bs cari uang, kerja di pabrik (kota). anak perempuan kalo sdh pacaran, ortunya senang, krn ada calon suami. anak yg DO karena hamil di luar nikah setiap tahun pst ada.

    jika pendidikan tdk bs jd solusi untuk perubahan (terutama bagi perempuan), jd lewat apa lagi ya moms?


    Sekain pendidikan, menurutku sih baliknya harus ke agama dan tatanan budaya lokal. Seperti lewat pengajian, lewat ustadzah bisa dijelaskan juga bahwa bayi berhak disusui sd usia 2 tahun. Untuk tidak hamil di luar nikah ya harus menjaga pergaulan dan menghindari seks bebas. Tapi teori selalu ga segampang prakteknya ya. Suamiku termasuk yg sering protes, kemana saja para ulama indonesia,terutama yang sering muncul di TV, kenapa yang diurusi masalah syariah saja, masalah lain dong seperti kesehatan, iptek dll, kalau gitu2 terus kapan majunya?.

    Ttg tatanan budaya lokal, ga selamanya budaya lokal itu bikin kita terbelakang. Salah satu contohnya, dahulu banyak hutan adat. Skrg kemana hutan2 itu?. Eh, ini jd OOT ya.

    10

    Topic: Minimnya pengetahuan kehamilan bunda di desa

    indriani budi utami setuju! (kecuali soal hutan adat, takut disemprit mama2 moderator, hehe)

    menurut saya kreatif tuh ide memasukkan nilai2 kesehatan (esp. kesehatan anak/bayi & ibu) saat pengajian. biasanya kan mereka lebih mendengar apa kata "bu haji" drpd "bu dokter"... :)

    masalahnya sekarang bagaimana membekali para "teladan" masyarakat ini dgn ilmu2 yg rasional...
    atau dibalik ya? bagaimana caranya membekali para "ibu dokter" dgn pengetahuan agama sehingga selain "buka praktik" juga bisa ngajar tajwid atau memberikan tausiyah... :)

    wah, malah balik nanya nih...bukannya ngebantu... **maap...

    nambahin... peachmargarita betul sekali PESAT sgt membantu... tapi saya melihat ada 2 problem:
    1. dari sisi dana sperti yg sdh disebutkan... kecuali kalau diadakan gratis untuk membidik kalangan tertentu.
    2. kalaupun sudah digratiskan, yg paling sulit adalah mengubah mindset, mengubah kebiasaan, nilai2 yg notabene sdh dipegang sejak lama. nantinya malah materinya masuk telinga kiri kluar telinga kanan... itulah sebabnya perlu ada "pahlawan lokal" yg disegani masyarakat sebagai agent of change...

    11

    Topic: Minimnya pengetahuan kehamilan bunda di desa

    @dewiamel ngeri deh baca yg ibu RT kehilangan babynyaa..
    yupps.. bahkan sepupu ak sendiri, sejak babynya unur seminggu udh dikasih pisang. 1 bln udh dikasih nasi yv dilumat. kasian bgt deh, pas dikasih makan biasanya babynya nangis kejer. waktu ditanya, alesannya takut kalo babynya kelaparan. udah dijelasin pun ttep aja ngeyel.