Topic: Gifted Disinkroni
Mods, izin buka thread ini ya. Sepertinya belum ada.
Sebetulnya agak nervous ketika mau buka thread ini, mengingat aku bukan dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang, bukan psikolog, dan bukan dokter spesialis syaraf anak. Terlebih lagi ada bahasan yg menyinggung ttg IQ anak, aku takut ada yg salah persepsi menganggapku mengekspose kelebihan anakku, pdhl bukan itu tujuannya.
Aku hanya ingin berbagi pengalaman. Sebagai orang tua yang mempunyai anak dengan pola perkembangan yg seringkali "aneh", kita perlu hati-hati dan mawas diri, jangan cepat2 menganggap anak kita mengalami gangguan perkembangan spt halnya autisme dan ADHD. Mintalah pertolongan pihak profesional yg benar2 qualifed di bidangnya. Jangan cepat menyerah jika anak kita divonis autis/ADHD, jika mmg kita sebagai ibunya mempunyai feeling kalau anak kita bukan termasuk yg seperti itu. Second opinion perlu.
Sepertinya istilah gifted masih blm terlalu familiar di indonesia, terbukti kalau aku mengantar anakku terapi behavior (untuk selanjutnya ke terapi wicara), banyak yg tidak tahu ketika kujelaskan kalau anakku adalah anak gifted yg mengalami masalh perilaku,keterlambatan di motorik halus, dan juga terlambat bicara dlm perkembangannya. Terlebih lagi, dan yang paling krusial, anak-anak gifted ini sering disalah sangka sebagai anak autis ataupun ADHD, baik oleh orang awam maupun oleh kaum profesional sendiri.
Aku sendiri pertama kali kenal istilah gifted sekitar 2 tahun lalu, dari blognya bu Julia van Tiel, http://gifted-disinkroni.blogspot.com/.. Definisi anak gited adalah anak yg IQnya diatas 130, mempunyai kreativitas dan motivasi yg tinggi. Saat itu aku sedang mencari referensi masalah speech delay-nya anakku. Tapi blog itu tdk terlalu kubaca mendalam karena "ah, masa sih anakku seperti itu, lha wong hasil test IQku saat sekolah dulu tidak sampai 130". Jujur saat itu aku malah lebih banyak mencari referensi ttg autisme dan juga ADHD (Attention Defisit Hyperactivity Disorder) sehubungan dg mslh speech delay dan sangat aktifnya anakku.
Waktu anakku umur 2,5 tahun, aku bawa anakku ke seorang dsa di Balikpapan. Menurut beliau anakku mempunyai ciri2 anak ASD, maka dari itu harus diterapi perilaku dan wicara agar tumbuh kembang ke depannya baik. Fyi saat itu anakku
[list=*]
Suamiku sgt syok saat itu. Aku sih tdk terlalu krn entah mengapa feelingku bilang anakku bukan autis krn kemampuan reseptifnya bagus (paham nama2 benda meski dia blm bisa menyebut, tahu perintah dan larangan), rasa ingin tahunya besar, problem solvingnya thd sesuatu hal bagus, dan dia selalu datang ketika kupanggil namanya. Terlebih lagi, kudengar bbrp cerita dari tmn atau kenalan yg waktu kecil anaknya divonis autis ternyata stlh masuk SD ciri2 autisnya menghilang. Anak-anak mereka bisa berbicara lancar, bisa bersosialisasi dan berprestasi di sekolahnya. Setahuku autis adalah bentuk disorder yg menetap seumur hidup, sebagaimana halnya kakak iparku, yg diam2 aku suka membanding2kan perilakunya dg perilaku anakku.
Menuruti nasehat dokter, anakku kuikutkan terapi wicara di Bandung. Ttp sblm mengikuti terapi bicara anakku harus terapi behaviour dl krn dia masih sangat aktif. Aku ikutkan dia terapi behaviour sekitar 6 bulan, kemudian ku-stop krn anakku bosan dg materi terapinya dan kesibukanku merawat baby baru. Oya, suatu hari ketika sedang mengantar anakku terapi, aku baca buku "Anakku Terlambat Bicara: Anak Berbakat dengan Disinkronitas Perkembangan, Membedakannya dengan Autisme, ADHD, dan Permasalahan Gangguan Belajar" karangan bu Julia van Tiel juga, buku itu milik salah satu terapis disana. Disitu bu Julia menceritakan masa kecil anaknya. Aku merasa banyak menemukan kesamaan, perilaku dan problematika pengasuhan anaknya mirip sekali dg anakku.
Saat anakku umur 3 tahun, makin kelihatan kalau anakku "berbeda" dg anak sebayanya. Baik dari segi minat dan kemampuan bicara. Saat anak yg lain sdh bicara panjang lebar, anakku mlh baru merangkai kalimat dari 2 kata. Dan yg paling kelihatan beda, saat anak lain seumurnya sdh bisa menahan rasa ingin tahunya, anakku masih sll penasaran thd sesuatu. Jika dia ingin tahu, akan dikejarnya barang/hal itu sampai dapat, sekedar untuk melihat2nya atau menyentuhnya. Tanpa bisa diberi tahu itu tdk boleh, itu barang orang dsb. Untuk keaktifannya ini, gurunya di TBpun sampai mengeluh padaku.
Hingga suatu hari, aku tahu dari fb kalau ada dokter anak konsultan tumbuh kembang yg bagus di Bandung yg juga menangani ttg anak cerdas tapi mempunyai gangguan perilaku. Akhirnya aku bawa anakku ke dr. Purboyo Solek di Santosa Hospital Bandung. Disana, bersama team terapisnya, anakku diamati perilakunya sekitar 1 jam. Disitu aku dan suami diberi tahu kalau anakku mengalami gangguan berbahasa ekspresif dan bbrp keterlambatan perkembangan yg biasa terjadi pada anak dg IQ diatas rata2. Sebenarnya aku blm terlalu pede menyebut anakku gifted,karena anakku belum tes IQ, sedangkan tes IQ untuk anakku menurut dokter baru akan dilaksanakan seperti anakku baru baru akan dilakukan setelah umurnya sudah diatas 5 thn, setelah kemampuan bicaranya catch-up.
Disitu dokter menjelaskan juga, kalau bukan oleh kaum profesional yg mengerti ttg anak gifted, anak kita bisa diberi label anak autis, ASD, ataupun ADHD spt yg pernah dialami anakku krn memang mereka mempunyai perilaku yg MIRIP, tetapi SANGAT BERBEDA. Sayangnya hanya profesional yg betul2 tahu saja yg bisa membedakannya.
--> Contoh perilaku yg membedakan anak gifted dengan anak autis stlh dokter mengamati perilaku anakku:
[list=*]
--> Contoh perilaku yg membedakan anakku dg penderita ADHD. Anakku pada kegiatan yg anakku sukai, dia akan bisa fokusbahkan hiperfokus, sedangkan anak dg ADHD tdk bisa fokus pd hal apapun.
--> Yg membedakan gangguan berbicara & berbahasa ekspresif pd anak dg IQ tinggi dan anak yg murni mengalami gangguan berbicara & berbahasa ekspresif adalah (anak dg IQ rata-rata): pada anak yg murni mengalami gangguan berbicara & berbahasa ekspresif umumnya perilakunya tidak sangat aktif dan serba ingin tahu seperti halnya anakku.
HTH ya mom. Kalau ingin tahu lebih detail bisa ke dsa neurolog(K) ataupun psikolog yg juga mendalami anak gifted.