Topic: Menyusui dengan Puting Datar/Inverted Nipple
Rada risih juga memulai membahas topik ini (secara saya lelaki), tapi atas permintaan ibu moderator Thalia karena saya punya pengalaman jadi ya saya manggut-manggut saja.
Istri saya memiliki kondisi Inverted Nipple, atau payudara dengan puting kecil/rata. Dari awal kehamilan anak pertama kami, ia sudah amat sangat yakin tidak bisa menyusui anak kami.
Bagi yang kenal diri saya ini tentunya tahu betapa persistentnya saya. Dari awal saya konsultasikan kondisi istri saya ini ke bidan laktasi yang jawabannya kok kurang top: "Nanti juga akan keluar sendiri Bu saat anaknya lahir".
Masuk ke bulan 8 kehamilan saya ajak berkonsultasi dengan dokter Utami. How ever yang didapat adalah cara memijat payudara dan disuruh membeli nipple erector. Saya sebagai suami dilarang masuk ke ruang praktek atau tau apa yang terjadi di klinik laktasi dengan dokter Utami, tapi ya karena memang istri saya dah still-yakin gak bisa keluar ya dia keluar juga gak ngasih pencerahan.
Kembali aktiflah saya mencari "nipple erector" di internet, namun kok yang ketemu malah di situs-situs yang gak jelas, hingga ketemu satu situs yang menerangkan apa itu nipple erector untuk laktasi.
Ok, I got the basics dan tau apa itu nipple erector. Karena nyari alatnya di Indonesia gak jual (orang apotik ditanya malah nanya balik "emang ada itu pak?"), I decided to make one my own. Ide ini dari teman saya yang pada saat itu baru ketahuan kalau ia bekerja menjadi bidan di rumah sakit bersalin dibelakang BI.
Dia bilang bikin semacam vaccum pump, tapi bukan seperti pompa ASI. Ia menyarankan saya menggunakan sebuah alat suntik yang besar (diatas ukuran alat suntik normal dan dibawah ukuran alat suntik untuk tinta printer) yang saya beli di apotik. Ujungnya saya potong dan haluskan dengan cutter, lalu pompanya saya keluarkan dari belakang dan saya masukkan ke bolongan yang baru saya buat. (nanti akan saya upload gambarnya).
Applikasikan dengan minyak kelapa. Jadi di puting istri saya diolesi oleh minyak kelapa dan digunakan. Sayangnya sudah lumayan telat karena seminggu kemudian istri saya melahirkan.
Vira mendapat kolostrum dan sempat minum ASI walau tak banyak karena ya istri saya gak percaya diri untuk menyusui.
Pada saat istri saya hamil dengan anak kedua kami, saya lebih bertekad supaya anak saya bisa ASI eksklusif.
Dari hari pertama kehamilan istri sudah mulai menggunakan alat yang dulu saya buat. Penggunaan minyak kelapa juga berguna untuk membersihkan kotoran pada puting payudara sehingga aliran susu lancar dan baik digunakan saat menyusui juga.
Konsultasi kembali dengan dokter laktasi, dan saya juga mencoba untuk proaktif dengan mengunjungi situs-situs mengenai laktasi dan terus menyemangati istri kalau dia pasti bisa.
Hasilnya membuahkan hasil, istri saya mulai confident karena puting susu sudah keluar dan berbentuk normal. Pada saat anak kami yang kedua lahirpun juga sudah mulai menyusui, namun walau lebih banyak dibanding saat anak pertama, tetap terhitung sedikit.
Saya kukuh pada pendirian untuk ASI eksklusif, dan menolak sedikitpun susu formula. Banyak suka duka deh, seperti anak menangis dan istri ikut menangis karena takut dia kelaparan. Saya setidaknya ingi bertahan selama 2 minggu, karena selama itu bayi masih memiliki cadangan makanan dalam tubuh berupa lemak dari kandungan.
Kita kembali konsultasi ke dokter Utami, namun karena beliau pergi kita ke dr.Shane di Rs.Carolus. dokter Shane lebih melibatkan suami, saya terus disamping istri untuk menyemangati dan belajar cara-cara istri menggendong bayi untuk menyusui, memijat payudara, dll. Saya rasa ini lebih efektif, karena adakalanya istri saya lupa saya bisa mengingatkan caranya. Menurut dr.Shane semua itu ada di otak. Harus yakin seyakin-yakinnya kalau bisa menyusui dan confident kalau pasti bisa.
Alhamdulillah, 6 hari setelah kelahiran istri saya dapat menyusui dengan lancar, kebanyakan malah sehingga kalau di pompa bisa sampai 8-9 botol sehari (itu plus menyusui loh). Sampai penuh freezer kami.
So for all mothers with small, big, inverted or normal nipples, jangan khawatir, pasti bisa menyusui, cuman butuh keyakinan dan sedikit dorongan dari suami.
Hope it helps.
- Papa to Shavira & Arkan -
http://emergencyrecipes.wordpress.com
http://chandramarsono.wordpress.com