1

Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

Halo Urban Mama,

sudah baca cerita Mama Yardian dalam menyiapkan ASIP untuk si kecil Aydan di sini? Masih dalam rangka World Breastfeeding Week 2015 dan bulan ASI Nasional, urban mama punya cerita suka duka dalam memberikan ASI atau menyiapkan ASIP si kecil? Share yuk, mungkin cerita inspirASI urban mama dapat memberikan semangat urban mama lainnya yg saat ini juga memberikan ASI untuk buah hati. Tiga cerita paling menarik dan inspiratif masing-masing akan mendapatkan voucher dari Mothercare senilai Rp 300.000,-.

Kami tunggu cerita inspirASI urban mama hingga 30 Agustus mendatang ya.

2

Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

setiap WBW bikin nostalgia inget lagi waktu pertama kali menyusui Alde. masih minim info ttg ASI... masih bingung dll dsb. lucky banget karena suami sangat support saya (suka) untuk memberikan ASI. jadi karena support suami bisa menguatkan saya untuk terus memberikan ASI.
seneng banget meski pernah mengalami mastitis (duka nih hahaha) dan dipijat payudara sampe nangis2 di st carolus... ASI jadi lancar lagi dan kembali nyaman memberikan ASI.

memberikan ASI memang tidak mudah untuk sebagian orang... tapi sangat layak untuk diperjuangkan. (inget cerita ibu kemijem).

? love to write and run - a bus transjakarta passenger ?
@ninityunita

3

Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

Saya, punya cerita menyusui yang nano-nano. Sukanya, Kira dan Kara bukan tipe bayi yang "susah". Mau menyusui langsung atau minum ASIP dari botol hayuk saja. Ditinggal kerja pun juga gak cranky. Dukanya, kurang tidur selama belum punya bantal menyusu tandem. Baru 10 menit merem, bayi lain sudah bangun. Mata panda banget deh, sehari cuma bisa tidur total 2-3 jam saja. Tapi setelah punya bantal menyusui tandem, dan belajar menyusui tandem, Lancaar.. Bahkan saat menyusu tandem itu nikmat dunia banget. Dengan 2 bocah yang anteng dipangkuan dan 2 pasang mata polos menatap kita. Subhanallah..!! Kangeeen masa-masa itu!

-WiwiT-
An ordinary bunda of twin amazing angels, Kira and Kara Setyadi
@wiwidwadmira | the Setyadi's

4

Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

Alhamdulillah menyusui Yoona sejak lahir lancar-lancar aja, waktu Yoona lahir ASI saya langsung keluar, mungkin karena room-in juga dengan Yoona pas di RS. Paling dukanya ketika Yoona mesti disinar karena bilirubinnya tinggi, padahal saat itu kami udah pulang ke rumah, jadinya kejar ASIP untuk stok di RS. Bangun tengah malam dan subuh untuk pumping, karena saat-saat ini ASI saya banyak keluar. Pumpingnya pun tendem, kiri/kanan pakai breastpump elektrik, sebelahkan pakai breastpump manual. Pernah juga mastitis, puting berdarah, tapi gak lama sih, obatnya Percaya Diri, tenang dan tetap menyusui. Semangat urban mama yang saat ini masih menyusui.

5

Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

Sebagai perantau yg otomatis jauh dari keluarga. Sejak hamil saya mulai berusaha mengedukASI diri sendiri dengan beli buku tentang ASI, nabung beli pompa, cooler bag, bantal menyusui serta apronnya. Dan karena memang sadar, setelah cuti lahiran habis, Jani akan diasuh, jadi sayapun siapkan cup feeder, dot. Setelah saya yakin dan mantap untuk memberikan ASI, mulai saya tebar2 'racun' ini ke suami, tetangga (waktu dulu masih calon pengasuh Jani,hehe ada beberapa kandidat soalnya), cari rs yg pro-asi.
Dan Alhamdulillah dipertemukan sama TUM birth club yg semuanya berniat memberikan ASI kepada bayi2 kami nanti. Tibalah waktunya.. Jani lahir dan Alhamdulillah sesuai perjanjian RS ini memberikan waktu untuk IMD, rooming-in dan saya ttd bayi harus dikasih ASI. Walaupun baru sedikit keluarnya saya haru sekali (semua tetesan yg disyukuri akan berefek pada tetesan berikutnya, bukan :D). Karena ada potensi kuning, jadi Jani harus disinar, pihak RS pun sangat kooperatif, suster tiap 1 jam datang ke kamar untuk ambil ASIP, dan hebatnya, mereka menyemangati saya, padahal mereka harus bolak-balik lho ambil ASIP, dan kadang nggak jarang cuma sesendok makan :(
Jani pulang, dan mulailah saya berdua suami urus2 keperluan Jani, saya, suami dan rumah. Inilah dukanya, karena kecapean, saya jadi lupa mompa untuk stok ASIP, Jani tidur sayapun ikut tidur, karena semalaman bergadang dan menyusui. Sedih rasanya kalau lihat stok ASIP, tapi saya harus semangat untuk Jani, jadilah sampai sekarang saya termasuk golongan ASIP kejar tayang, mompa hari ini untuk diminum besok, kalau kurang jam2 tertentu saya harus antar ASIP ke pengasuh (rumah pengasuh dan kantor lumayan dekat). Ohya saya juga membisikkan 'mantra2' lho ke Jani (ajaran gank tum abc'14): 'Jani kalau manda kerja mau pakai botol ya,nak, sore-pagi tetep enen dari Manda, love you....' begitu terus gak pernah bosan.
Dan rupanya ini berefek baik, Jani mau mimik dari dot, tapi agak kewalahan dari umur Jani 3-5 bulan, karena Jani hanya mau enen langsung ketika dia tidur (bingung puting, yess! tapi saya gak berkecil hati, agak sedih tapi ini wajar). Menjelang 6 bulan, bayi kecil kami ini kembali mau full enen kalau ada saya di dekatnya sampai saat ini menjelang 1 tahun umurnya :) dan semoga seterusnya sampai 2 tahun ya,nak..
Dulu saya termasuk idealis, gak mau pakai dot, tapi saya pikir lagi, pengasuh yg tergolong orang asing, sudah mau asuh anak saya aja sudah syukur(walaupun bayar), jangan persulit dia dengan sy yg memaksa harus dengan cup, dll selain dot. Saya gak tega, dan sayapun gak mau Jani diasuh asal-asalan, jadilah saya mengalah :) Dan cerita dot Jani untungnya gak pakai drama, dot yg saya siapkan sejak hamil, Jani suka hehehe.

Sekian cerita saya yg masih akan terus ngASI sampai nanti Jani yg bilang 'enennya udah'...Sekian cerita ASI dari seorang working mom yg tinggal di perantauan...dari seorang ibu menyusui yg ASInya gak melimpah, yg stok ASIPnya kejar tayang, yg terus mendoakan semua Mama dan calon Mama agar semakin semangat mengupayakan agar bayi-bayinya bisa minum ASI.

6

Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

Saya saat ini sedang menyusui bayi pertama saya yang usianya baru akan menginjak 2 bulan pada 20 Agustus nanti. Awal-awal kelahiran, ASI saya tidak langsung keluar. Kebetulan saya melahirkan dengan cara SC. ASI baru keluar banyak pada hari kedua. Sudah begitu, bayi saya kurang begitu lancar menyusu langsung ke PD. Pasti langsung menangis keras saat disusui. Bayi saya lahir 2.92 kg tapi saat pulang dari RS di hari ke 3, beratnya turun jadi 2.71 kg. Sedih sekali rasanya saat itu walaupun perawat di RS selalu menyemangati, katanya BB bayi di minggu pertama turun itu wajar asal tidak lebih dari 10%. Tapi tetap saja rasanya sedih, pengalaman pertama yang berjalan tidak begitu lancar.

Alhasil minggu pertama setelah melahirkan, saya harus pumping biar PD tidak penuh, sambil tetap mencoba terus menyusui bayi saya. Sempat sedih juga waktu itu, kok ya bayi saya lebih banyak minum ASIP daripada minum langsung di PD padahal saya masih cuti lho, belum masuk kerja. Walaupun baru 1 minggu, sempat terlintas juga rasa bosan terus-terusan pumping, karena pumping itu ribet di akhirnya yang harus cuci peralatannya dan kemudian disteril (salut sama ibu2 yang bisa konsisten terus pumpingnya, menjelang mulai kerja nanti saya harus lebih konsisten lagi pumpingnya).

Memasuki minggu kedua, bayi saya sudah cukup pandai minum langsung ke PD saya. Kuantitas pumping mulai berkurang. Hingga sekarang saya sudah tidak pumping lagi karena bayi saya sudah lancar minum langsung di PD.

Paling menyenangkan itu saat melihat muka bayi yang sedang menyusu. Mukanya begitu polos dan menggemaskan. Tiap kali menyusui bayi dan melihat mukanya, saya selalu merasa terharu dan senang sekali.

Dukungan suami juga membuat semangat untuk menyusui jadi membara. Pernah beberapa kali saat saya sedang makan, tiba-tiba bayi menangis minta minum, alhasil makannya berhenti dulu. Di situ dukungan suami sangat terlihat, ketika saya menyusui bayi di PD kanan, dengan sukarela suami menyuapi saya makan (karena tangan kanan saya harus memegang bayi).

Bulan depan saya sudah masuk kantor lagi. Semoga bisa kosisten pumping dan minimal bisa lulus ASIX (tentunya ingin terus kasi ASI hingga bayi menolak atau hingga ASInya tidak berproduksi lagi). Ayo semangat para mommy!!!

7

Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

Sebelum melahirkan saya berpikir ASI pasti langsung keluar setelah melahirkan, namun ternyata setelah melahirkan ASI saya belum keluar, sampai esok hari juga belum ada tanda2 keluar walaupun PD sudah kencang. Akhirnya suami inisiatif beli breastpump (sebelumnya mikir beli BP waktu mau masuk kerja aja, jangan ditiru yaa :P). karena sebelum melahirkan sibuk browsingnya peralatan2 baby, pengetahuan mengenai ASI saya minim (ini juga jangan ditiru :D). setelah dipompa, ASI keluar sekitar 20ml dan langsung saya berikan ke Apple, karena sudah 2 hari Apple "puasa". Alhamdulillah sewaktu pulang dari RS, ASI saya makin deras dan saya inisiatif untuk pumping agar tidak "kaget" sewaktu harus punya stok ketika Apple ditinggal kerja.

waktu berlalu, saya pun harus kembali masuk kerja. karena tekad yang besar melawan kantuk dan malas, stok ASIP saya bisa melimpah, sampai mama juga kaget "kok bisa dapet segini banyak?" mungkin mama tau anaknya dulu malas :P di kantor saya juga rajin pumping demi memenuhi kebutuhan ASI Apple. tapiiii, setelah Apple berusia 7 bulan, stok ASIP saya mulai berkurang drastis, hasil pumping juga tidak se melimpah dulu. saya sudah coba bermacam2 cara untuk mengembalikan kuantitas ASI namun hasilnya tidak terlalu signifikan. Akhirnya saya minta donor ASIP ke sesama teman di grup BC TUM (yap, gabung BC TUM banyak manfaatnya :) ). setelah mendapatkan donor ASIP saya termotivasi lagi untuk pumping lebih sering agar Apple tidak kekurangan stok ASIP :)

Tidak terasa sudah 10 bulan saya ngASI, semoga terus berlanjut sampai Apple sendiri yang minta berhenti. Semangat mamas!

uminya Apple Prameswari Danish ??

8

Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

Menyusui dan memberikan ASI eksklusif adalah harapan terbesar saya untuk si kecil. sewaktu kuliah dan sempat bekerja di NGO, saya adalah penyuluh kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak (KIA). Menggalakan pemberian ASI eksklusif dan MPASI adalah pekerjaan dan jiwa saya. Saat hamil, saya pun sudah bertekad untuk menyusui. Apalagi dari hamil, ASI saya sudah keluar (seperti cairan bening). Ini membuat saya semakin optimis kalau saya pasti sukses menyusui.

Singkat kata, saya melahirkan SC karena indikasi medis anak saya sehingga tidak bisa persalinan normal. Beberapa jam setelah sadar, saya dibantu oleh bidan RS untuk menyusui. Awalnya terlihat mudah, akan tetapi pada saat malam saat anak saya mulai rewel, saya sepertinya tidak tega mendengar tangisannya. saya berikan sufor pada anak saya. Didalam hati saya merasa gagal. "Niatnya kan mau ASI eksklusif, kok malah kasi sufor" gerutu saya dalam hati. Akhirnya saya coba pompa ASI, hasilnya membuat saya tambah "down" (hanya 5ml). Tapi karena saya sudah bertekad maka saya stop pemberian sufor dan yakin ASI pasti cukup.

Masalah mulai berdatangan, saat bayi saya usia 1,5bulan, PD saya bengkak dan membatu. Saya tidak tau apa yang salah, dan saya pun kurang informASI. Saya harus menahan sakit karena hampir setiap hari PD saya bengkak dan bengkaknya bergantian. Segala cara saya usahakan pompa ASI dan perah dengan tangan tapi hasilnya ASI saya keluar hanya sedikit. Akhirnya cek punya cek, saya berkonsultasi dengan konselor ASI melalui media sosial. Dia menyarankan saya untuk mengganti pompa ASI saya.

Rasanya angan-angan memberikan ASI eksklusif sangat membutuhkan perjuangan besar. Saya pikir menyusui itu mudah. Belum lagi saya harus kembali bekerja. Bagaimana bisa punya stok ASI, kalau setiap pompa hanya dapat 20-30ml saja. Akhirnya suami mengijinkan saya membeli pompa ASI elektrik. Sehari sebelum bekerja, pompa ASI saya datang. ternyata pada saat dicoba ASI saya mau keluar. Rasa senang dan optimis kembali untuk ASI eksklusif. Walaupun harus kejar tayang ASIP tapi saya tetap jalani.

Ternyata masalah menyusui saya tidak sampai di PD bengkak. Karena terlalu sering bengkak dan manajemen laktasi saya mungkin kurang baik, saya terkena mastitis. Perjuangan menahan rasa sakit tapi harus tetap menyusui (karena obatnya hanya isapan bayi) membuat saya keder. Saya harus dirawat 3 hari karena mastitis. Setelah itu, apes saya masih berlanjut, anak saya (usia 4bulan) resmi bingung puting (gara2 dot). hasil pompaan saya berkurang drastis. Akhirnya saya memutuskan untuk relaktasi. Dot distop dan si kecil diajari untuk minum ASIP dengan doidy cup. Untunglah berhasil walaupun saya harus kejar2an dengan stok ASIP saya. Dalam sehari saya harus pompa ASI minimal 5-6x untuk memenui kebutuhan si kecil. Tidak hanya itu, setiap weekend saya selalu melakukan power pumping, agar stok ASIP saya cukup untuk 5hari kerja. Saya sempat keder dan memutuskan untuk memberikan sufor. Saya merasa lelah karena harus bekerja, menyusui dan memerah. Waktu bayi saya usia 5bulan, saya ajari minum sufor. Hasilnya dia tolak mentah2. Semua sufor disembur, dimuntahkan bahkan dia GTM setiap mencium bau susunya. Saya coba 3 macam merk sufor dan saya rugi 3 kotak sufor.

Waktu terus berjalan, menyusui dan memerah saya lanjutkan terus. Walaupun lelah dan sakit melanda. Akhirnya anak saya lulus ASI eksklusif. Perjuangan saya terbayarkan ! Sampai sekarang anak saya jadi Anak ASI. Anak saya sehat, anak saya tetap nempel dengan saya walaupun saya bukan full timer mother yang 24 jam selalu bersamanya. Dan pencapaian terbesar saya karena ASI adalah saya mampu mengontrak rumah dekat kantor sehingga saya tidak lama meninggalkannya seperti dulu. Dulu meninggalkan kerja bisa 11-12jam sekarang hanya 9 jam.

Semoga hasil perjuangan ngASI saya berlanjut terus hingga si kecil lulus S2 dan S3 (amin). Semoga para ibu-ibu juga bersemangat dan berjuang memberikan ASI eksklusif 6 bulan dan lanjut hingga 2tahun. Happy Breastfeeding Mommy ! Happy Breastfeeding Week 2015 ! Cheers.....

Audrey's mummy
Working mom at BIMC Hospital Nusa Dua

9

Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

Semangat mama Ndachan dan mama Regina.

10

Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

duh luar biasa banget deh baca suka duka para mama memberikan ASI :)
DeviZ, elizaokta, ndachan, dan regina... yakin deh cerita mama2 keren ini memberi inspirasi buat mama2 yang mau memberikan ASI juga.

:)

? love to write and run - a bus transjakarta passenger ?
@ninityunita

11

Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

huhu.. merinding bacanyaaa... Luar biasa ya perjuangan menyusui itu. Berapapun hasilnya, perjuangannya pasti maksimal. Saluut! Ceritanya menginspirasi.

-WiwiT-
An ordinary bunda of twin amazing angels, Kira and Kara Setyadi
@wiwidwadmira | the Setyadi's

12

Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

Dulu saya kira bayi itu perlu diberi tambahan susu formula untuk mendukung gizinya -korban iklan, cmiiw-, jadi ketika keponakan saya lahir tiga tahun yang lalu saya belikan susu formula untuknya yang malah ternyata ditolak oleh ibunya dan diceramahinlah saya tentang efek buruk dan sebagainya dan sebagainya. Dari situlah awal pengetahuan saya terbuka. Yang tadinya berpikiran yang terbaik itu yang ada di iklan, jadi lebih paham tentang fakta sebenarnya.

Maka ketika saya menikah dan mulai merencanakan kehamilan, saya rajin ngubek-ngubek website, blog, dan toko buku untuk memperluas pengetahuan dan mempersiapkan segala yang terbaik -ala emak-emak kepo-. Ketika positif hamil, makin gencar lah saya cari-cari info karena berhubung saya memutuskan untuk gentle birth dan ASI ekslusif, saya berniat ikut prenatal class dan prenatal yoga untuk menggali ilmu sebanyak-banyaknya dan bertukar info & pengalaman dengan teman-teman yang memiliki tekad yang sama. Bersyukur ternyata ada bidan yang mendukung gentle birth yang lokasinya tidak jauh dari lokasi saya.

Selama masa kehamilan yang paling duluan saya lengkapi adalah perlengkapan ASIP plus botol sendok buat si baby mimik ASIP pas saya tinggal kerja. Saat tiba waktu melahirkan, walau IMD agak-agak kurang lancar, karena ngga ada pergerakan dari si baby untuk mencari puting walau sudah satu jam, hari-hari berikutnya lumayan lancar kegiatan menyusui kami. Namun yang tidak saya sangka di hari kelima baby malah susah melakukan pelekatan ke PD saya, sampai lama sampai dia capek dan kesal akhirnya nangis-nangis tidak karuan, panik, ngga ngerti harus bagaimana, saya terus coba susukan baby saya. Sampai akhirnya benar-benar tidak berhasil, baby masih nangis kelaparan dan saya nangis karena kasihan, akhirnya saya coba memerah ASI saya dan coba diminumkan dengan botol sendok, walau kesusahan dalam proses menelan karena memang belum terbiasa sambil masih nangis-nangis juga, akhirnya ASIP bisa masuk ke perutnya dan kondisi bisa kembali aman terkendali. Tapi saat tiba waktunya baby menyusu menjadi saat-saat menakutkan dan penuh drama, adegan tangis-tangisan itu masih tetap ada karena saya tidak selalu siap dengan alat pompanya. Waktu bidan datang kunjungan perawatan pascanatal saya coba adukan masalah saya tersebut dan beliau ajarkan untuk posisi menyusui agar pelekatan dapat berjalan baik, tapi ketika melakukan message PD, bidan mendapati ASI saya seperti terlalu penuh sehingga PD menjadi keras dan sepertinya akar masalah yang membuat bayi tidak melekat karena areola PD susah dihisap oleh bayi, jadi apabila memang terasa sudah penuh PD harus di perah agar lebih lembut untuk masuk ke mulut bayi, bidan juga menyarankan agar saya stock ASIP dari sekarang agar tidak keteteran ketika masuk kantor dan usaha untuk pemberian ASI sampai 2 tahun dapat berjalan lancar.

Seperti momma-momma lain yang inginnya idealis untuk tetap tidak memberikan dot pada bayinya ketika ditinggal kerja, saya juga ingin seperti itu tapi apa daya saya harus realistis karena itu bisa sangat merepotkan pengasuhnya. Jadilah saya ajari baby untuk pakai dot, walau awalnya drama lagi akhirnya 4 hari kemudian baby bisa mimik dari dot dan tidak bingung puting! Alhamdulillaah...saya bisa kerja dengan tenang jadinya. Yang jadi masalah selanjutnya adalah baby suka rewel kalau malam dan saya harus kerja full time pagi sampai sore, begadang di malam hari dan kerja di siang hari membuat badan rasanya babak belur remuk redam, cuma istirahat di sabtu-minggu yang bisa mengobatinya. Pernah juga akhirnya tepar masuk angin parah dan tidak bisa masuk kerja. Tapi semua perjuangan itu rasanya terobati melihat baby saya tumbuh sehat, sekarang sudah 4,5 bulan tidak pernah sakit bahkan bandannya lebih besar dari yang minum susu formula. Karena itu bagaimanapun kondisinya saya ngga pernah menyerah untuk terus memberikan ASI yang terbaik sampai baby merasa sudah cukup dan menyapih dirinya sendiri. Ayoo semangaaat mommas, semangat menghadapi segala rintangan yang menghadang, jangan pernah lelah untuk berikan yang terbaik!

13

Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

setiap membaca kisah urban mama dalam memberika ASI/ASIP kepada si kecil jadi ikut terharu, sedih dan senang bercampur aduk. Semangat Mama luar biasa, semoga dapat tertular untuk urban mama lainnya.

Menunggu dengan setia cerita haru lainnya dari urban mama yg belum ikutan. Yuuuk!

14

Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

Tinggal di lingkungan yang 'sepertinya mendukung' untuk menyusui ternyata tidak serta merta membuat perjalanan menyusui saya menjadi lebih mudah. Sebelum melahirkan, saya selalu berfikiran kalau menyusui adalah hal yang mudah. Tinggal buka, sodorkan, bayi menyusu, selesai. Ternyata semua tidak segampang itu.

Sedikit background hidup saya, saya adalah seorang sarjana lulusan universitas swasta yang dianggap paling pintar dibanding kaka-beradik saya. Makanya orang tua saya memiliki harapan besar bahwa saya akan bekerja dikantor yang membanggakan, seperti halnya ibu-ibu disekitar saya. Tepat saat wisuda, saya dilamar. Dan suami saya adalah tipe suami yang ingin istrinya jadi ibu rumah tangga saja, karena dulu ibunya adalah seorang pekerja dan ia merasa kurang mendapat perhatian lebih saat kecil. Tak lama setelah menikah saya pun hamil, dan sejak saat itu saya mulai mencari tahu bagaimana cara menjadi ibu yang baik.

Hampir semua pengetahuan saya, saya dapatkan dari media internet. Karena mertua saya sibuk dan rumahnya jauh. Begitu pula ibu saya, beliau bekerja ditambah lagi ayah saya divonis gagal ginjal sesaat sebelum saya wisuda. Akhirnya karena tidak mau merepotkan siapapun, saya pun berusaha sendiri, dengan sesekali dibantu suami jika beliau tidak sedang bekerja. Kehidupan saya selama hamil, saya isi dengan menimba ilmu dari forum, youtube, babycenter, dll. Dari sini saya tahu tentang theurbanmama, aimi, perlekatan, posisi menyusui yang benar dan lain-lain.

Saya pun cukup pede dengan ilmu hasil browsingan saya. Saya merasa, ketika melahirkan nanti saya akan bisa mempraktekkan semuanya dengan benar. Saya merasa, bahwa seluruh keluarga saya akan mendukung segala keputusan saya. Sampai pada usia kehamilan 7 bulan ayah saya meninggal. Meninggal setelah seminggu sebelumnya ada konflik dengan saya dan kaka adik saya. Hal ini membuat saya agak depresi. Hari-hari selanjutnya saya banyak menangis. Rencana untuk ikut kelas edukasi AIMI diusia 8-9 bulan sudah tidak teringat lagi. Saya benar-benar seperti orang yang hilang arah.

Saat usia 37 minggu hari rabu dini hari, saya pun lahiran setelah induksi dari jam 8 pagi. Dan berhasil imd walau saya merasa kurang lama. Arkan pun dapat menyusu dengan baik setelahnya. Lalu tiba-tiba masalah kembali datang, hari kamis sore stlh lahir arkan harus di fototerapi karena bilirubinnya terlalu tinggi kata dokter dan dokter menyarankan sufor jika asi belum keluar. Saat itu juga suami disuruh dokter beli susu formula diluar karena RS tidak menjual susu formula. Karena masih lelah pasca persalinan saya pun tidak dapat berfikir dengan jernih. Ditambah saya hanya berdua dengan suami. Mertua saat itu sudah pulang, dan ibu saya hanya datang saat persalinan, sedang sibuk dengan calon suami barunya. Kami pun pasrah. Akhirnya karena sudah terlampau lelah secara fisik dan batin, saya pun berusaha berdamai diri sendiri. Untuk kali ini saja, arkan mencicip sufor. Besok-besok tidak boleh lagi.

Arkan difototerapi. Dan saya masih berusaha untuk memerah. Berbekal 3 buah cup feeder yang saya bawa dan breastpump sewaan dari RS, saya mencoba untuk memerah asi. Breastpump electric ini tipe yg lumayan mahal krn hospital grade. Tapi asi saya tidak keluar. Bidan pun berusaha menolong dengan mengecek posisi dan cara penggunaan breastpump, setelah dicek diperah dgn tangan bidan, asinya lumayan keluar. Coba di perah dgn breastpump lagi, tapi tidak keluar lagi.

Lalu tiba-tiba saya ingat bahwa tantenya suami adalah seorang DSA. Setelah konsultasi, si tante bilang bahwa bilirubin arkan masih 13 sebenarnya masih dalam tahap normal. Karena skg batas nya sudah naik menjadi 15. Kami pun menyesal karena panik dan terburu-buru mengambil keputusan.

Akhirnya saya coba lagi memerah, kali ini dengan tangan. Memerah dengan tangan jg ternyata tidak segampang teori yang saya pelajari. Saya mencoba sesuai dengan teknik yang diajarkan, tapi keluarnya hanya sedikit-sedikit. Tapi saya tidak menyerah, suami yang kasihan pun akhirnya membantu saya memerah. Alhamdulillah, justru suami lebih paham memerah dengan tangan, akhirnya dapatlah 30 ml untuk sekali minum. Setelah perjuangan memerah dengan tangan selama 1 jam.

Saya pun buru-buru keruang bayi bersama suami, untuk memberikan asip pada arkan. Sampai diruang bayi, ternyata arkan sedang diberi sufor oleh si bidan. Lagi-lagi saya harus menelan kenyataan pahit dan berusaha berdamai dengan diri sendiri. Insya Allah arkan akan tetap sehat walau sempat icip-icip sufor.

Lalu lagi-lagi masalah datang, payudara saya bengkak dan lecet juga disekitar areola. Akhirnya diputuskan kalau makin parah, sufor saja dahulu untuk sementara. Toh udah sempat icip-icip juga. Malamnya ibu saya membawakan breastpump manual serta botol+dot. Saya tidak mau pakai dot, tapi berhubung cup feedernya masih di ruang bayi, saya pun memerah dan memasukkan hasilnya ke dalam botol dot tersebut dan saya berikan ke bidan di ruang bayi. Saya lupa untuk mengambil dotnya dari botol tersebut.

Tengah malam saya kangen dengan keberadaan bayi kecil saya. Saya pun ke ruang bayi, saya pun dikejutkan lagi saat bidan sedang memberi asip saya dengan botol dot yang saya berikan. Saat saya protes, ia pun berkelit "kalau pakai cup feeder suka kesedak bu". Akhirnya lagi-lagi saya berusaha berdamai dengan diri sendiri. Sabar, sabar. Hanya sampai setelah fototerapi kok, pikir saya.

Fototerapi pun selesai, saya pun menyusui arkan kembali. Tak disangka, apa yang saya takutkan pun terjadi, hisapan arkan berkurang drastis. Entah karena bingung puting atau tidak, yang pasti sejak saat itu saya pun mantap untuk meninggalkan dot untuk selama-lamanya. Saya lebih memilih cup feeder jika arkan harus pakai asip.

Saya pun pulang kerumah bersama suami dan arkan. Sampai dirumah, saya malah jadi seperti orang linglung. Saya hanya diam memandangi arkan. Sambil bertanya-tanya, lalu saya harus bagaimana sekarang. Saya pun berkonsultasi dengan ipar saya, ia mengatakan bahwa saya kena baby blues. Akhirnya diputuskan saya pindah kerumah mama untuk sementara karena disini lebih banyak orang. Ada ibu, adik, dan kaka-kaka saya. Rumah mama pun bertetanggaan dengan om dan tante saya.

Setelah dirumah mama, saya pun berangsur-angsur membaik. Namun saya terkadang kelelahan, karena saya harus mengurus ini itu sendiri tanpa ART ditambah kondisi rumah yang super berantakan dan tidak ada yang urus pasca sepeninggal papa (biasanya yang selalu membereskan rumah itu alm papa). Pola makan saya jg sempat tidak teratur berhari-hari dan menyebabkan produksi asi saya berkurang. Akhirnya saya selalu berusaha makan tepat waktu agar produksi asi tetap lancar. Dan berusaha untuk tidak terlalu kelelahan. Untungnya saya punya suami yang sangat supportive. Suami saya mau gantian mengganti popok arkan, memandikan arkan, mencuci jemur lipat baju arkan, membuang sampah, dll.

Pada saat arkan 4 bulan, ibu saya menikah lagi. Dan tinggal ditempat suaminya. Saya pun semakin struggle dalam membereskan rumah berisi 5 adult + 1 baby ini. Kaka dan adik saya selama ini dimanjakan oleh ibu saya dengan keberadaan ART, makanya ketika kami tidak dapat-dapat ART rumah ini sudah seperti kapal pecah walau makan disediakan catering dan cuci gosok dibantu oleh ART pulang pergi. Saya pun berusaha berkomunikasi dengan mereka, sesekali mereka pun membantu. Walau tidak sesering yang saya inginkan.

Selain masalah rumah berantakan, ada lagi tantangan menyusui yang saya hadapi. Jika orangtua dan kaka beradik saya sudah menghargai keputusan saya sbg IRT, lain halnya dengan kaka beradik ibu saya yang tinggal didekat rumah mama. Mereka selalu bertanya, kapan saya akan mengajarkan arkan minum dengan botol, kapan ditambah susu biar gendut, ini lipatan lemaknya kurang, asinya kurang kali,dsbnya. Walau saya berusaha jelaskan bahwa saya mau asi ekslusif tanpa tambahan sufor, air putih dsbnya, mereka tetap pada pendirian mereka bahwa sufor lebih bagus dari asi. Akhirnya saya pun lagi-lagi harus berdamai dengan diri sendiri dan berusaha menganggap ocehan mereka sebagai angin lalu.

Bukan hanya itu, sesekali arkan dipinjam oleh tante dan ibu saya. Dan ternyata arkan sering diberi air putih. Walau saya sudah ribuan kali wanti-wanti bahwa arkan belum boleh minum air putih sampai umur 6 bulan. Bahkan ibu saya yang sudah sering saya ajak menemani ke dokter juga masih sering ngeyel.

Dibalik segala tantangan menyusui yang saya rasakan, saya bersyukur, alhamdulillah arkan yang kini berusia hampir 7 bulan tumbuh menjadi anak yang sehat dan ceria dengan tumbuh kembang yang baik bahkan cukup cepat untuk beberapa milestones. Arkan pun menjadi pelipur lara bagi orang-orang disekitar kami. Saya pun merasa segala perjuangan saya terbayar lunas setiap kali dokter bilang tumbuh kembangnya bagus. Hanya dengan melihat senyumnya setiap hari energi dan semangat saya terasa kembali penuh. Apalagi melihat satu persatu milestonesnya tercapai. Sungguh kebanggaan dan kebahagiaan yg luar biasa.

Setiap ibu akan punya tantangan menyusuinya sendiri, tantangan menyusui itu ada karena Allah ingin kita menjadi lebih tegar dan kuat. Juga lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Dan saya yakin jika kita berusaha memberikan yang terbaik untuk anak kita seperti menyusui, pasti Allah bukakan jalan untuk kita.

Sedikit tips:
1. Its okay to be exhausted.
Jangan malu untuk meminta bantuan orang lain. Apalagi suami atau orgtua sendiri.
2. Tahu kapasitas diri.
Karena saat awal2 menyusui, kelelahan dapat menjadi salah satu penyebab produksi asi menurun. Dan biasanya akan berujung pada stres
3. Investasikan dana untuk peralatan yang dapat memudahkan hidup. Contoh, jika tahu anak akan konsumsi asip maka beli botol kaca yang ada indikator ml nya, jika tahu akan ada waktu tidak bisa menyusui langsung maka beli breastpump sesuai kebutuhan, jika tidak merasa mampu untuk memakaikan clodi atau popok kain maka belilah pospak, jika tidak sanggup mencuci tangan maka belilah baju-baju yang bisa dicuci dengan mesin cuci dsbnya.
4. Pilihlah barang-barang berkualitas walau dengan harga yg lebih mahal.
Percayalah barang berkualitas akan lebih memudahkan hidup dan mengurangi stres yg rawan terjadi pada new mom. Saya sendiri membeli byk perlengkapan dari mothercare seperti sterilizer mothercare yg bisa steril hanya dalam waktu 6 menit, baju-baju, mainan, alat makan, baskom, dll. Mothercare merupakan salah satu store yang selalu ada dalam pilihan nomor satu saya jika menyangkut kebutuhan bayi. Karena produk-produknya sudah terbukti aman, jadi tidak perlu khawatir lagi. Ngga ada lagi tuh "yang ini aman ngga ya buat bayi?","bpa free ngga ya?","susah ngga ya makenya?","awet ngga ya ini barang?". Yah berkuranglah yang harus kita khawatirin. Hehehe

So dont worry and happy breastfeeding moms!

Semangat!

Jangan menyerah!

Kita pasti bisa!

15

Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

Saat ini saya masih memberikan ASI eksklusif untuk pangeran kecil saya yang berusia 4,5 bulan, Anthony, walaupun stock masih 'kejar tayang'. Tapi kalau turnback ke masa-masa 4 bulan lalu, sungguh saya sangat bersyukur.
Selama hamil, saya berpikir bahwa ASI akan keluar dengan sendirinya, sehingga saya nggak terpikir menyiapkan aneka macam perlengkapan ASI. Hanya bermodalkan breastpump manual, yang bahkan belum saya keluarkan dari kotak hingga melahirkan, karena saya kira hanya akan dipakai ketika saya kembali bekerja, 3 bulan setelah melahirkan.
Awal lahiran sangat smooth walaupun harus melalui proses SC yg tidak terduga. IMD berjalan lancar, si kecil Anthony rooming in dan kelihatan sangat tenang, dan suami fokus ke pemulihan saya di hari pertama. ASI memang masih belum keluar, tapi saya tetap santai karena memang sudah mengetahui bahwa bayi bisa bertahan hingga 72 jam tanpa asupan makanan.
Nah mulai di hari ke-2, Anthony mulai gelisah, proses menyusui tidak selancar yang saya kira. Perlekatan tidak terjadi dengan baik dan ASI yang keluar baru setetes-setetes. Hampir setiap kali menyusui, saya selalu pencet bel panggil suster jaga, dibantu dengan aneka posisi namun tetap saja Anthony tidak berhasil menyusu dengan baik. Proses menyusui menjadi seperti kancah peperangan antara saya dengan Anthony. Saya frustasi dan tertekan, hampir setiap kali menyusui selalu meneteskan air mata, bukan air susu. Selidik punya selidik, Anthony mengalami tongue tie yang membuat proses perlekatannya tidak sempurna. Saat DSA visit, beliau sempat menyampaikan bahwa ada kasus tongue tie yang perlu di -insisi, namun ada juga yang tidak perlu. Berdasarkan penjelasan tersebut, saya dan keluarga yang merasa tidak tega sang bayi harus menjalani proses bedah, mencoba untuk terus bertahan dengan kondisi tersebut.
Namun 4 hari di RS tidak membuat kondisi membaik, saya pulang RS dengan kondisi Tony yang cenderung kuning (dokter tetap sarankan untuk susui terus dan jemur pagi), berat badan menurun lebih dari 10% dan payudara yang mulai lecet (dibekali dengan lanolin cream). Di rumah kondisi sama saja, bahkan semakin memburuk karena payudara yang lecet, tapi saya tetap susui Tony sesering mungkin, selain jemur di pagi hari. Dalam 5 hari, bilai bilirubinnya berangsur turun, sehingga tidak perlu fototerapi. Puji Tuhan. Namun proses menyusui tidak membaik, bahkan payudara semakin lecet sehingga proses menyusui menjadi siksaan bagi saya, dan pasti juga bagi Anthony. Di hari ke-6, jam 9 malam ibu saya sudah tidak tahan mendengar tangisan Tony yg menyayat hati selama proses menyusui, suami pun akhirnya malam-malam pergi ke minimarket mencarikan susu formula. Ya, akhirnya saya terpaksa merelakan Tony diberi susu formula, karena saya tidak bisa memberikan ASI sesuai jumlah yang dibutuhkannya. Sungguh sakit rasanya di dada ketika membuatkan Tony susu formula, sesakit mendengar komentar ibu saya yang beranggapan ASI saya tidak cukup untuk Tony. Di tengah pemberian mix ASI dan susu formula itu, saya tetap coba pompa ASI, bahkan sampai suatu hari saya mendapatkan ASI strawberry! (mompa baru dapet 20ml, kena bagian yang luka dan berdarah, jadilah susu strawberry >_<)
(pengen upload fotonya tapi takut dianggep disturbing materials :) )

Selama beberapa hari, sambil kembali memeriksakan keadaan Tony ke DSA, saya dan suami berunding dan memutuskan untuk meng-insisi tongue tie Anthony, demi proses menyusui yang lebih baik. Jadilah kita datang ke dokter bedah dan memberikan Tony untuk dipotong ikat lidahnya. Dalam hati sungguh ga tega, tapi demi kelangsungan pemberian nutrisi yang bergizi seterusnya, apa daya, harus dikuat-kuatin melihat dokter membedah mulut Anthony yang mungil dan melihat kapas berdarah-darah (apalagi suami dan ibu sudah panic aja melihat warna merah, entah dari darah atau betadine lol).

Perjalanan setelah insisi tongue tie lumayan cepat,, Anthony mulai bisa kembali beradaptasi dan proses menyusui menjadi lebih lancar. Produksi saya memang cukup, benar-benar cukup, bukan berlimpah ruah untuk Anthony. Dan saya semakin semangat menabung ASIP karena setelah saya kembali bekerja, saya akan sangat memerlukan tabungan ini. Apalagi dalam pekerjaan saya, secara rutin juga harus keluar kota beberapa hari dalam sebulan. Syukurlah ketika mulai kembali bekerja, saya bisa menabung sekitar 7-8L ASIP beku.

Buat saya, yang penting adalah semangat dan kemauan yang kuat untuk menyusui, komunikasi dengan si kecil mengajak bekerjasama untuk mensukseskan kegiatan menyusu dan support dari peer group (keluarga dan teman2).

mom to be

16

Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

Sejak hamil, saya dan suami sudah membekali diri dengan banyak buku dan seminar tentang ASI dan pendidikan anak. Salah satu buku yang jadi pedoman saya untuk menyusui adalah Buku Pintar ASI Menyusui yang direkomendasikan TheUrbanMama. Pengetahuan-pengetahuan itu sangat membantu saya untuk menyusui, mengurus bayi, sekaligus mempersiapkan saya untuk segala kemungkinan yang dapat menghambat proses pemberian ASI ekslusif untuk Arsakha. Salah satunya tongue tie.

Pada malam ketiga di RS, saya sudah lancar menyusui. Tapi ada yang mengganjal; Arsakha menyusu dari jam 10 malam hingga pagi tiba, awalnya saya pikir itu biasa buat bayi baru lahir. Namun tidak hanya menempel payudara semalaman, tapi juga putting saya terasa sakit seperti tersayat-sayat, padahal rasanya pelekatannya sudah baik.
Semakin hari payudara saya semakin perih, luka dan berdarah hingga bernanah, dan Arsakha masih menyusu dari jam 11 malam hingga 7 pagi tanpa mau dilepas sedikitpun. Saya merasa ada yang salah, jangan-jangan Arsakha ada tongue tie.
Menyusui, waktu itu, menjadi momok menakutkan buat saya, setiap menjelang malam saya menangis karena ketakutan menahan sakit sendirian sepanjang malam, namun ketakutan itu harus terus saya lawan. Demi Arsakha.

Hingga hari kedelapan, saya tidak tahan lagi. Saya coba pumping untuk memberikan ASIP ke Arsakha, biar payudara saya bisa istirahat sejenak, tapi ketika pumping, yang keluar cuma darah. Sambil menangis saya memberikan sufor ke Arsakha karena tidak sanggup menahan sakitnya proses menyusui. Hanya satu malam Arsakha minum susu formula dengan menggunakan dot, lalu pagi-pagi sekali saya berangkat ke KMC untuk konsultasi laktasi.
Ternyata benar dugaan saya, Arsakha ada indikasi tongue tie dan Lip tie, dan diputuskan untuk frenentomy.

Tapi masalah tidak berhenti di situ, karena habis diberi dot dan belum terbiasa dengan lidah barunya pasca frenetomy, anak saya bingung puting.
Hati saya hancur.
Perasaan bersalah berkecamuk di dada saya. Persiapan untuk memberikan ASI ekslusif yang telah saya lakukan selama berbulan-bulan, saya hancurkan hanya dalam delapan hari sejak kelahirannya.
Saya stress Arsakha tidak mau nenen payudara saya, sedangkan kata dokter di KMC, pemberian dot tidak boleh dilanjutkan apabila ingin anak saya bisa nenen lagi.
Saya mencoba memberikan ASIP pakai sendok dan cup feeder, tapi Arsakha tidak puas. Dia nangis menjerit-jerit sepanjang malam sampai keesokan harinya. Akhirnya saya kembali memberikan dot, saya tidak tega mendengarnya tangisan kelaparannya. Hati saya semakin hancur, saya stress.

Saya eping sampai Arsakha usia 1.5bulan. Pumping 2 jam sekali, pagi, siang, malam, demi tidak lagi mau menyerah pada sufor.
Kendala saya untuk relaktASI datang dari Ibu saya. Ibu selalu mencerca saya ketika saya coba mengajari Arsakha nenen. Karena saat nenen, Arsakha selalu menangis karena menolak, tidak puas menyusu, atau kadang muntah karena pancaran ASI terlalu deras. Saya dituduh Ibu tidak sayang anak karena membiarkan anak menangis setiap coba menyusui. Ibu mengatakan toh sebentar lagi saya masuk kerja, dan Arsakha juga akan pakai dot nantinya. Ibu takut Arsakha justru tidak mau minum pakai dot kalau saya ajari nenen lagi, sedangkan selama saya kerja, Arsakha akan saya titipkan ke Ibu.
Akhirnya saya menyerah mengajari Arsakha nenen langsung. Saya memutuskan menjadi Ibu eping.

Sampai satu ketika, teman-teman di grup Ibu-ibu muda yang saya ikuti memberikan support pada saya untuk terus relaktASI. Mereka menyadarkan saya bahwa eping adalah proses menyusui yang melelahkan dan menyita waktu baik di kantor maupun di rumah, dan yang paling penting adalah bahwa payudara yang tidak menerima rangsangan langsung dari mulut bayi akan lebih sedikit memproduksi ASI dibandingkan menyusui secara langsung. Saya takut gagal melanjutkan memberi ASI pada Arsakha.
Akhirnya, saya membulatkan tekad, Arsakha harus bisa menyusu kembali dari payudara saya. Harus!
Saya kunci kamar berdua bareng Arsakha untuk menghindari intrupsi dari Ibu saya, dan saya ajari Arsakha nenen lagi pelan-pelan, dengan posisi berbaring maupun duduk, dari pagi sampai sore. Karena dia masih terlihat belum kenyang, malamnya saya masih bantu dot dengan ASIP. Saya lakukan itu secara konsisten setiap hari, sampai dua minggu kemudian, Arsakha berhasil melekat dengan baik dan minum sampai kenyang tanpa perlu lagi dibantu dot. Kami berhasil. ?

Sekarang Arsakha sudah 3.5bulan. Sebelum dia berhasil nenen langsung, saya tidak punya tabungan stok ASIP sama sekali, ketika saya mulai masuk kantor lagi, di kulkas hanya ada 30 botol ASIP, yang membuat hati saya ketar-ketir takut tidak cukup sampai ASIX.
Tapi sekali lagi, tekad bulat dan konsistensi yang membuat segalanya menjadi mungkin. Setelah sebulan bekerja kembali, stok ASIP saya bertambah hingga kini menjadi 126 botol ASIP. Hingga saya percaya, Arsakha akan tercukupi ASI hingga minimal usia-nya 6 bulan, lalu setahun, lalu dua tahun.

Happy Breastfeeding Week, Ibu-ibu.. Terus semangat demi yang terbaik untuk anak-anak kita!

17

Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

Dear The Urban Mama,aku mau sharing tentang pengalamanku memberi ASI kepada anakku yang bernama Arkana Gie Pratama. Jujur,dari menikah sampai melahirkan Gie aku buta sama sekali tentang pengetahuan parenting,kehamilan apalagi menyusui. Gie lahir dengan BB 2600 gram,panjangnya 47cm. Sudah pecah ketuban saat dirumah. Perjalanan ke bidan kurang lebih 30 menit, sampai bidan di induksi. Tepat pukul 22.40 WIB lahirlah Gie dengan normal. Saat itu aku tidak melakukan IMD ( Inisiasi Menyusui Dini). Aku juga belum tahu teknik menyusui itu. Gie sempat minum sufor di hari pertamanya. Karena aku masih kaku untuk menyusuinya. Setelah pulang kerumah aku terus berusaha menyusui dari payudara langsung. Rasanya itu sakit tapi lega. ASI kupun juga deras. Sampai aku harus memerah ASI karena bisa luber kalau engga dihisap. Hisapannya itu sangat kuat. Katanya kalau anak laki-laki kayak begitu nyusunya. Setelah sering baca artikel di majalah,tabloid, website (apalagi web nya the urban mama,ikut seminar aku jadi lebh memahami tentang pengetahuan parenting juga menyusui. Selain itu suami & keluarga juga mendukung dalam pemberian ASI. Apalagi ibuku yang terus ngasih aku pengalamannya dalam memberi ASI kepada 3 anakanya. Tiap pagi & sore aku dibuatin jamu godok sama ibu,walaupun rasanya pahit banget tapi aku minum sampai habis. Saking banyaknya ASI ku, aku sempet kasih ke anak perempuan kakakku. Karena kalau siang hari kakakku kerja. Jadi anaknya hanya dapat ASI di pagi & malam hari. Memang kakakku itu kurang memberi perhatian dalam memberi ASI ke anaknya. Makanya aku bersyukur juga tidak bekerja karena bisa memberikan ASI eksklusif & sampai 2 tahun 6 bulan. Menyusui moment paling romantis yang pernah aku lewati bersama si kecil. Rasanya sempurna menjadi seorang ibu bisa menyusui ASI.

18

Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

wah cerita urban mama bagus banget, semoga menjadi inspirasi dan penambah semangat untuk urban mama yg saat ini masih menyusui.

untuk urban mama lainnya, masih ada kesempatan nih, 3 hari lagi sebelum kontes ditutup, ikutan yuk! :)

19

Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

Selalu terharu baca pengalaman menyusui dan perjuangannya. Salut untuk semua mama pejuang dan pendukung ASI! Semoga selalu diberik kesehatan dan kekuatan ya!

a life-enjoyer mama :)
www.ekadeau.blogspot.com
@ekadeau

20

Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

Hai Urban Mama,
Terima kasih untuk seluruh peserta yang telah berbagi kisah suka-duka menyusui disini. Semua cerita sangat menginspirasi. Perjuangan semua mama dalam memberikan ASI untuk buah hatinya sangat layak untuk diapresiasi. Namun diantara semua cerita, ada 3 (tiga) cerita yang sangat inspiratif. Dan ketiga pemenang tersebut akan mendapatkan voucher dari Mothercare senilai Rp 300.000,-.

Berikut 3 nama pemenang cerita Suka Duka Menyusui:
[list=1]

  • ms_lime[/*]
  • Regina Chrysantie[/*]
  • DeviZ[/*]


    Selamat untuk ketiga pemenang. Silahkan kirimkan data diri (nama, email, alamat lengkap, kode pos, no hp) ke [email protected] (subject: pemenang cerita inspirASI). Biodata ditunggu hingga 7 hari kedepan, jika hingga batas waktu ditentukan pemenang tidak mengirimkan data-nya maka dianggap batal.

    Semoga semangat dan cerita mama-mama disini dapat terus menjadi semangat bagi mama-mama yang lain yang sedang berjuang memberikan ASI untuk buah hatinya.

  • 21

    Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

    selamat untuk urban mama yang beruntung, ditunggu emailnya ya :)

    22

    Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

    Sejak awal hamil, ga pernah peduli dan mikirin anak nya nanti mau ASIX atau sufor. tapi mendekati kelahiran, eh malah yakin bisa ASIX

    tapi kenyataan tidak seindah itu. produksi ASI saya tidak mencukupi kebutuhan minum nya. Awal2 nyusuin pasti sakit dan merasa ga nyaman. Tapi puji Tuhan aja, ga sampe puting luka terbelah dll.

    Sampai skrg anak nya 20M saya masih menyusui, anak ku sejak 8bln an ga mau sufor lagi juga. Jadi ya memang andalan ku cuman ASI walaupun produksi nya terbatas. Toh makin digali ilmu persusuan, kan katanya ga nyusu jg gpp. pernah info ke dokter anak ku jg dia bilang gpp ga nyusu. kan sudah makan.

    ya walaupun ga sampai ASIX, saya sangat menikmati momen menyusui. malah sekarang kl mikirin nanti nyapih kok kayaknya pasti saya bakal kangen nenenin lagi.
    Dan sampai detik ini pun saya ga kepikiran nyapih sama sekali, ga mikirin usaha utk nyapih nya nanti gimana. biar anak nya aja yg mutusin kapan mau di sapih

    To see the heaven through her eyes
    To hold her little feet and hand
    To kiss her little lips..
    Forever is never enough

    23

    Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

    selamat yaa untuk para pemenang..
    semoga cerita2nya bisa jadi pembelajaran dan semangat menyusui untuk mama-mama yang lain.

    jul1304 dinikmati dulu saja ma. karena setelah lulus sapih,biasanya yang kangen mamanya :D

    Love my kids

    twitter & IG : @ndiievania
    blog : https://ndiievania.wordpress.com/

    24

    Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

    selamat untuk seluruh pemenang.. Mupeng banget sama vouchernya :D

    jul1304
    Momen menyusui memang selalu banyak cerita. Entah berapa lama atau berapa tetes yang mampu kita berikan, namun tetap sangat layak untuk diperjuangkan. Semoga baby toddlernya terus tumbuh sehat dan tangguh yaaa.. Setangguh mama nya :) Mari nikmati momen-momen menyusui lengkap dengan suka-dukanya!

    -WiwiT-
    An ordinary bunda of twin amazing angels, Kira and Kara Setyadi
    @wiwidwadmira | the Setyadi's

    25

    Topic: [SP] Suka Duka Menyusui

    Data sent Kak Ipeh

    Juli1304 Semangattt, ah bener banget, momen nyapih nanti kayaknya yg banyak mewek malah kitanya ya :)

    Terima Kasih TUM untuk kesempatan berbagi ceritanya, plus bonus dapet doorprize Alhamdulillah.
    Semoga makin banyak yg tersemangati untuk ngASI (^o^)