Mba Shinta Daniel, saya sudah baca semua proses terapi Baron di blog Mba. Saya suka banget bacanya karena dijabarkan dalam bahasa yang mudah dimengerti (terutama untuk emak2 awam seperti saya ini^^)
Kebetulan Danny-boy (17m) sudah join Babies Class di salah satu preschool dengan metode montessori (tp u/ Babies Class belum diterapkan metode montessorinya).
Secara verbal, Danny-boy belum banyak ngoceh kata2 yang berarti. Sejauh ini cuma: mama, papa (kadang berubah jadi papu^^), nggak, iya, abis, kaget (lengkap dengan ekspresi kagetnya^^). Tuh dikit banget ya... Kalau dibandingkan sama sepupu cewenya dulu usia 18m udah banyak kosakata yg dia bisa + usia 2 tahun dah sangat ceriwis!
Meski Danny-boy ini belum banyak ngoceh, dia lumayan ngerti kalau lagi diajak ngomong. Misalnya, dia bisa nunjukin beberapa bagian tubuhnya kalau kita tanya: Mata, Hidung, Kuping (telinga), Kepala, Rambut, Perut, Udel (puser), Kaki, Tangan, Gigi dan Lidah (dia akan melet2in lidahnya ^^).
Danny-boy juga mengerti beberapa instruksi sederhana seperti:
"Yuk bobo!" (biasanya kalau udah gini, dia akan otomatis matiin TV yg msh nyala + ambil botol susu + tiduran di kasurnya)
"Matiin/nyalain lampu yuk!" (sambil digendong ke arah tombol lampu, dia akan pencet tuh tombol)
Dll...
Belakangan aku juga lagi suka ngajarin dia bilang:
"Sa...Tu..." "Du...A..." "Ti...Ga..."
Berikutnya aku hanya bilang suku kata pertamanya ajah, maksudnya supaya Danny-boy bisa meneruskan suku kata terakhirnya... Tapi kadang bener, ya kadang juga masih ngaco...
"Sa... (dia nyahut "Tu!")
"Du... (dia nyahut "Ga!" >> *tepok jidat*
Nah, pas hari ini acara terima progress report di sekolahnya, aku dan suami pun mengajukan kekhawatiran kami (kalau-kalau Danny-boy termasuk lamban dalam berbicara) kepada gurunya yang memang lulusan psikologi perkembangan anak usia dini (expat dari Filipina). Tapi sungguh di luar dugaan, gurunya bilang Danny-boy termasuk anak laki-laki cerdas u/ seusianya karena sudah cukup mengerti beberapa instruksi. Dan katanya lagi, itu adalah bagian dari proses pembelajarannya menuju berbicara. Gurunya juga menyarankan agar jika kami ingin berkomunikasi dalam bahasa inggris (kebetulan sekolahnya danny-boy memang menggunakan bahasa inggris dan sebagian besar gurunya expat), maka sebaiknya dilakukan dalam satu waktu tertentu setiap harinya. Beliau memberi contoh: bicara dengan Danny-boy dalam bahasa inggris setiap pagi hanya selama 30 menit setiap hari. Sisanya tidak masalah kalau mau berbahasa indonesia. Meskipun si anak belum balas berbicara, apa yang kita katakan ke dia akan terus dia cerna sampai akhirnya dia bisa bicara.
Gurunya juga menegaskan kalau rata-rata perkembangan anak laki-laki 1-3 tahun memang lebih ke physical development, sementara anak cewe lebih duluan menguasai skill berkomunikasi (berbicara). Beliau juga berpesan agar kami sebagai orang tua tidak perlu cemas. Jika diusia 2-3 tahun, kemampuan bahasa Danny-boy tidak juga berkembang, barulah bisa dikatakan speech delay dan perlu dibawa untuk terapi wicara.
Sorry kalau sharingnya kepanjangan, semoga bisa bermanfaat juga bagi Mommies lainnya yang mungkin punya anak seusia Danny-boy ^^
... an Independent Woman, a Proud Mommy & a Long-Life-Learner Wifey at the same time ...
http://histoiredenous-wikit.blogspot.com/