Salam kenal untuk para mommie2 di forum ini.
Perkenalkan nama sy Leni. Sy tinggal di salah satu kota kecil di Jawa Barat (dekat Bandung). Sy memiliki 2 anak, yang pertama perempuan (3.5 thn) dan laki-laki (6 bulan). Sy ingin share mengenai anak 1st sy, yaitu Caca.
Semenjak Caca didalam kandungan hingga lahir, Caca selalu diperdengarkan dengan musik klasik, karena suami sy percaya bahwa musik klasik dapat meningkatkan kemampuan otak si anak. Umur 6 bulan, Caca sudah mahir berceloteh "papa", "mama". Sayangnya sy sebagai wanita karir harus kembali bekerja, alhasil Caca lebih sering diurus oleh baby sitter & dititipkan di neneknya. Baby sitter nya sudah tua & mempunyai sifat tidak mau bergaul dgn orang lain, alhasil si baby sitter kerjaannya nonton tv melulu sepanjang hari & anak sy mau ga mau ikut menonton juga.
Umur 8 bulan, sy & suami sy berinisiatif utk memasukan Caca ke sekolah, dengan pertimbangan agar ada kegiatan tidak hanya dirumah. Persyaratannya utk sekolah wkt itu : berumur minimal 1.5 tahun & sudah bisa berjalan. Caca waktu 8 bulan masih blm dapat berjalan, maka sering sy & suami sy melatih Caca agar cepat bisa jalan. Pada saat belajar jalan itu juga, Caca senang mengeksplore berbagai benda didekatnya. Televisi, radio kaset, ipad, handphone, dll merupakan benda2 favoritnya untuk dieksplore (kebetulan suami sy banyak mendownload apliasi pendidikan bayi di ipad). Anehnya, Caca selalu dapat mengoperasikan peralatan elektronik tanpa diajari siapapun. Dia mampu menyalakan mematikan TV, mengganti channel, volume, hingga mengoperasikan ipad utk meng-lock orientation layarnya, padahal sy saja tidak tahu fitur itu. Caca juga sangat menyukai flash card (kartu bergambar & ada kata nya), lalu poster aljabar, huruf, dan kata benda, binatang, sayur lainnya yg ditempel di dinding ruang tamu. Salah satu sifat unik lainnya, Caca sangat rapih & bersih. Jika bajunya kena air sedikit, dia akan minta diganti. Atau jika tangannya terkena coretan spidol / pulpen, dia akan minta cuci tangan. Sepatu selesai digunakan, akan dia simpan di tempatnya dengan rapih. Pengaturan penyimpanannya pun harus teratur sesuai dengan yg dia mau.
Umur 1 tahun, kami memutuskan untuk mengganti baby sitter dengan pertimbangan ingin mencari baby sitter yg lebih muda, karena Caca mulai aktif bergerak. Permasalahan mulai terlihat saat Caca berumur 1.5 tahun. Dia sudah bisa berjalan, tapi kemampuan bicaranya malah berkurang. Tidak ada celotehan "papa" & "mama" lagi dari Caca.
Di sekolahnya Caca termasuk anak yg tidak mau berbicara. Saat anak seusianya bermain bersama dgn anak lain / mendengarkan guru mengajar di depan kelas, Caca lebih memilih bermain puzzel, susun balok, lego di belakang kelas. Umur 2 tahun, kepala sekolahnya memanggil kami (sy & suami). Mereka merasa bahwa Caca memiliki masalah. Permasalahan yg mereka kemukakan: kontak mata minim saat diajak berbicara, tidak berteriak saat jari telunjuknya dipencet sekeras2nya, dan tidak menoleh saat dibunyikan lonceng kecil. Kepala sekolahnya bercerita bahwa dia dulu pernah bekerja di lembaga anak autis di jakarta. Kepala sekolahnya mengklaim bahwa Caca memiliki gangguan pendengaran atau autis. Tentu saja kami merasa terkejut. Sesampai di rumah, kami memutuskan utk membawa Caca ke dokter THT & dokter tumbuh kembang. Dokter THT menyatakan bahwa Caca pendengarannya baik & tidak ada masalah. Sayangnya di kota kami, dokter tumbuh kembang belum ada. Kami harus membawanya ke kota besar terdekat, yaitu Bandung (perjalanan 3jam). Setelah kami mencari informasi dokter tumbuh kembang yg populer di Bandung, maka kami memutuskan ke RS Sentosa Bandung untuk menemui dokter Purboyo.
Saat pertama kali memasuki tempat praktek dr. Purboyo, Caca disodori kertas putih & pulpen oleh suster (asisten dokter). Anak yg menulis angka 4, bukan mencorat-coret, tapi menulis. Kami cukup terkejut, karena kami tidak pernah mengajarinya menulis angka. Lalu dr mulai mengeluarkan mainan menyusun lingkaran berwarna, dan Caca memainkannya. Saat Bermain, lalu dokter mulai membunyikan lonceng. Anehnya, Caca memberikan reaksi. Dia menoleh pada lonceng dan berusaha mengambilnya. Lalu Caca melihat kunci mobil dokter yg tergeletak di meja & dia mengambilnya lalu berusaha memasukannya ke lubang kunci pintu.
Dr Purboyo memberikan kesimpulan pada Caca bahwa Caca termasuk anak Gifted Disinkroni. Kekurangannya ya itu, terlambat bicara. Dr Purboyo mengusulkan agar Caca diterapi bicara 3x seminggu selama 6 bulan lalu dianalisa perkembangannya. Sy keberatan karena Caca harus bersekolah & perjalanan dari kota sy ke Bandung cukup memakan waktu (6 jam bolak balik). Sy katakan bahwa Caca sudah bersekolah, jika ikut terapi artinya Caca harus bolos sekolah. Dr Purboyo mengatakan bahwa anak sprt Caca percuma disekolahkan. Hal itu karena para guru & standar sekolah masih belm mengakui anak gifted disinkroni.
Sekembalinya ke kota asal, sy & suami sy memutuskan untuk menunda terapi bicara Caca dengan pertimbangan sekolah, jarak tempuh perjalanan (6jam bolak balik), dan sy hamil anak ke 2. Kami memutuskan juga untuk memindahkan Caca ke sekolah yg lebih rendah standar pelajarannya, dengan harapan Caca dapat mengikuti pelajaran di sekolah yg standarnya lebih rendah.
Umur 3 tahun, Caca mendapatkan adik. Dalam perkembangannya dari 2 hingga 3 tahun, Caca dapat dengan mudah menghafal flash card. Sudah tidak terhitung berapa banyak flash card yg kami belikan untuknya. Beberapa jenis flash card yg dia miliki, ada yg depan hanya gambar, lalu kata2nya dibelakang dengan bhs inggris & indonesia. Dengan gambar terbalik, Caca bisa menyebut dengan benar. Saat itu kami tidak menyadari Caca bisa membaca, kami mengira bahwa Caca menghapal kata itu. Caca pun memiliki sifat cepat bosan. Saat dia sudah dapat menyebut flash card dengan benar, dia beralih pada puzzel. Saat pertama diberikan puzzel, dia masih merasa kesulitan. Sy mengajari triknya untuk mencari potongan sisinya dulu. Hanya butuh beberapa waktu, Caca sudah mahir bermain puzzel. Koleksi puzzelnya banyak. Semakin lama, permainan puzzelnya semakin aneh. Menyusun berurutan dari sisi kiri atas, lalu berurutan ke kanan (tidak mengacak). Hingga puncaknya, dia menyusun potongan puzzel terbalik (gambar menghadap ke belakang / kebawah). Pertama sy kira dia hanya asal menyusun potongan (gambarnya jadi ngaco), akan tetapi saat sy intip bagian belakangnya, potongan puzzel itu dia susun hingga mencapai gambar utuh. Hal itu dia lakukan tanpa ada yg mengajari. Setiap sy mengajak ke Gramedia, Caca pasti meminta dibelikan buku atau puzzel dan dia akan memilih sendiri. Jika sy menolak untuk membelikannya, dia akan membawanya sndiri & menyerahkannya ke kasir. Tentu saja jika sudah diserahkan ke kasir, sy malu jika tidak membayarnya :))
Saat ini, Caca baru saja memulai sekolahnya lagi setelah libur panjang natal & tahun baru. Dan tetap saja meskipun Caca telah pindah sekolah, saat pembagian raport tengah semester kemarin, wali kelasnya mengatakan bahwa Caca masih belum mampu ini itu, dll. Padahal di rumah dia mampu. Contoh: Caca belum mampu naik tangga sendiri. Di rumah, kamar Caca terletak di lantai 2, dan sejak 1.5 tahun sudah sy biasakan untuk naik tangga sendiri. Tapi di sekolah, Caca menolak naik turun tangga sendiri. Lalu Caca tidak mau menjawab jika diberikan pertanyaan jika guru menanyakan langsung ke Caca, tapi Caca akan menjawab dengan keras & paling cepat jika si guru menanyakannya ke seluruh kelas.
Dengan berbagai pertimbangan, Sy kembali membawa Caca ke psikolog anak di kota sy. Hasil analisanya tidak berbeda jauh dgn dr Purboyo. Caca cerdas, tidak autis, tidak ADHD. Yang berbeda hanya psikolog merasa bahwa Caca tidak butuh terapi bicara. Dia hanya butuh stimulus dari lingkungannya & jangan over protektif padanya. Seiring waktu dia pasti akan dapat berbicara lancar.
Saat ini sy & suami sy sedang berusaha untuk menstimuli Caca dengan cara mengajaknya berbicara (meskipun dia msh sering blm merespon) dan berusaha untuk tidak over protective terhadapnya.
Ada sedikit pertanyaan yg ingin sy tanyakan pada ibu Indriani, apakah anak gifted disinkroni yg telat berbicara dapat berbicara (ngobrol) seperti anak normal lainnya tanpa melalui terapi? Karena sy sudah 2x menemui psikolog2, dan mereka mengatakan tidak perlu diterapi? Dan jika ibu Indriani berkenan, bisakah kita berbagi cerita atau pertanyaan mengenai anak gifted disinkroni melalui bbm / whatsapp, sehingga sy bisa mendapatkan mentor yg dapat mengerti keadaan anak sy? (jika berkenan, harap kirimkan pin ibu by email ke [email protected] atau PM). Thanks