Dear Mama,
Walaupun kau adalah ibu yang bekerja, tetapi tidak pernah kau melupakan aku. Kau selalu berada disisiku disaat aku susah ataupun disaat aku bahagia. Masih teringat olehku, betapa kau sangat keras dan disiplin dalam mendidik dan mengasuhku. Dulu aku merasa kau sangatlah jahat dan tidak menyayangiku karena kedisiplinan yang kau terapkan padaku. Aku merasakan jarak antara kita yang begitu besar diantara kita pada waktu itu. Aku takut padamu, dan dirimu ingin yang terbaik untukku.
Aku pun masih ingat ketika kau menuntutku untuk bisa menjadi juara kelas, nilai ulangan yang tidak boleh dibawah 5, sampai-sampai aku harus berpura-pura sakit ketika nilai ulanganku dibawah 5. Mengharuskan aku menghafal perkalian dengan cepat, menghafal semua doa-doa dan hal-hal wajib lain yang harus aku lakukan. Sebagai anak kecil, aku hanya bisa mengikuti semua keinginanmu dengan rasa takut. Sampai akhirnya aku merasa jenuh dengan hubungan kita. Yang kulakukan adalah aku mulai membolos sekolah agar kau tahu bahwa aku bukanlah anakmu yang penurut lagi, aku ingin kau tahu bahwa aku juga ingin suatu kebebasan. Semenjak itu, kau mulai melunak dan mulai mendengarkan keinginanku. Sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan sekolah menengah atas di pondok pesantren.
Ketika aku memberitahu dirimu bahwa aku ingin sekolah di pesantren, kau lah orang pertama yang menangis dan sedih karena akan berada jauh dariku. Kaulah orang yang pertama menangis ketika kau melepaskan aku di gerbang pesantren dan kaulah yang membuatku menangis karena aku harus hidup tanpamu, tanpa aturan yang kau beri dan tanpa kasih sayang mu.
Semakin aku tumbuh besar dan beranjak dewasa, kesalahpahaman antara kita sering terjadi. Sering sekali kita bertengkar karena beda pendapat. Sering sekali kau menangis karena ulahku. Seringkali kau jantungan menghadapi kenakalan-kenakalan yang aku perbuat.
Sampai pada akhirnya aku memutuskan ingin menikah. Kau lah orang pertama yang aku beri tahu dan kaulah yang aku minta untuk memberitahu ke papa tentang rencana pernikahanku dan kaulah yang membuatku menangis di hari pernikahanku ketika aku memohon restu darimu.
Mama, aku masih ingat reaksimu ketika aku hendak melahirkan anakku, kau menangis melihatku tidak bisa melihat dunia ini, kau menangis karena aku harus melahirkan anakku yang prematur, tetapi walalupun kau menangis, kau selalu setia mendampingi aku melahirkan anakku. Kau membuatku tegar dan siap menghadapi kenyataan apapun. Kau membuatku mengucapkan kata maaf kepadamu ketika aku melahirkan anakku.
Semua teringat kembali ketika aku memeluk anakku, aku teringat semua hal yang kau ajarkan padaku, semua hal yang kau beri padaku dan semua kasih sayang yang kau limpahkan padaku dan semua perbedan-perbedaan diantara kita. Walaupun begitu, aku sangat yakin bahwa kau sangat mencintaiku lebih dari apapun. Semua yang kau lakukan padaku semata-mata hanya ingin yang terbaik untukku.
Terimakasih mama, dirimu begitu banyak memberikan aku pelajaran hidup. Semua duka dan suka yang kau rasakan membuatku semakin tahu dan sabar dalam menjalani kehidupan ini. Kasih sayangmu padaku membuatku semakin mengerti dan memahami makna dan arti dari seorang ibu. Tanpa dirimu, mungkin aku tidak bisa seperti sekarang. Tanpa dirimu, mungkin aku sangat sulit menjalani hidup ini.
Selamat hari ibu, mama. Betapa bersyukurnya aku mendapatkan seorang ibu sepertimu, yang selalu setia menemani hidupku selama 27 tahun aku hidup. Tanpamu, aku hampa.
Mama, kau bagaikan bintang di langit, cahayamu selalu menerangi hidupku dan kau akan selalu menjadi bintang di hatiku.
Ibunya Mika yang selalu pengen punya waktu banyak buat Mika
http://dieta.web.id/