Olahraga, Obat Murah yang Sering Terlupakan

Waktu belum menikah dan memiliki anak, saya terbilang kurang peduli dengan kesehatan dan kualitas hidup. Terlebih dengan kesibukan menjadi karyawan dan beragam pekerjaan kantor menjadi alasan saya untuk enggan berolahraga.

Justru setelah menikah dan hamil, saya mulai aktif berolahraga. Karena saat hamil, saya sering kram kaki dan merasa pegal yang luar biasa di punggung bagian bawah. Ketika konsultasi pada dokter kandungan, beliau berkata bahwa hal itu cukup wajar karena saya sedang hamil dan harus mengangkat beban lebih berat dari biasanya. Sehingga tulang punggung pun harus menyesuaikan diri agar bisa menahan beban sekaligus mempertahankan postur dan keseimbangan tubuh.

Merasa lelah, saya pun bertanya pada dokter, apa yang bisa saya lakukan untuk mengurangi rasa kurang nyaman pada punggung bagian bawah itu. Alih-alih memberi saya obat pengurang rasa sakit, beliau menyarankan pada saya untuk lebih aktif bergerak dan kurangi bertahan pada satu posisi terus menerus. Tentu saja aktivitas yang dilakukan harus sesuai dengan kondisi saya yang kala itu tengah hamil.

Kemudian, saya mencoba pilates. Karena setahu saya, pilates mampu memperbaiki postur tulang punggung. Saya pun berlatih pilates setidaknya 30menit setiap hari. Hasilnya, rasa sakit pada tulang punggung saya menjadi jauh berkurang.

Setelah melahirkan, semangat bergerak dan berolahraga mengendur. Kesibukan merawat sang bayi menjadi alasan yang kemudian saya sadari cukup mengada-ada. Saya enggan berolahraga, enggan berkeringat. Rasanya ingin tiduran terus di samping bayi tercinta.

Keengganan bergerak ditambah dengan nafsu makan yang terus bertambah tentu berdampak buruk bagi fisik maupun jiwa saya. Selain jarum timbangan yang enggan bergeser ke kiri, saya jadi mudah lelah, kerap gampang tersulut emosi dan kurang sabar menghadapi hal-hal kecil.

Akhirnya, saya memaksa diri untuk berolahraga kembali. Mengingat sebelumnya, keluhan fisik saya bisa berkurang dengan olahraga dan aktivitas fisik yang tepat dan sesuai. Saya pun mulai rajin berlari keliling komplek di pagi atau beryoga sendiri di rumah. Kebetulan, suami juga sangat mendukung semangat saya untuk mulai kembali menjalani hidup sehat. Kami berdua pun mendaftar menjadi anggota di pusat kebugaran dekat rumah supaya bisa gym-date bersama.

Tapi kadang ada saja halangan untuk pergi ke gym. Nah, saya sendiri sering mensiasatinya dengan lebih aktif bergerak dimana pun berada. Misalnya, dengan lebih aktif berkegiatan di rumah seperti bersih-bersih atau bermain bersama anak-anak di taman. Yang penting adalah komitmen untuk memanfaatkan waktu dengan senantiasa bergerak.


Namun, bila saya harus tertahan di satu tempat tertentu, seperti memasak, menyetrika, menulis, membaca atau bahkan saat menumpang kendaraan dan terjebak kemacetan, maka tiap satu atau dua jam, saya akan mencuri waktu untuk melakukan peregangan atau sedikit gerakan ringan. Selain untuk melemaskan otot yang kaku, juga agar pikiran tidak mudah jenuh, dan kondisi badan selalu segar.

 


Kenapa sih kita harus benar-benar rajin bergerak? Zaman bertambah maju berikut dengan teknologinya. Teknologi yang semakin maju semakin mempermudah kita dalam melakukan pekerjaan. Sisi jeleknya, kita semakin tidak bergerak karena teknologinya  yang bergerak. Contoh, mau pesan makanan sekarang bisa memakai ojek online, mau menyalakan TV atau AC tinggal menekan tombol remote. Anak-anak apalagi, mereka bermain bola tapi mainnya di gadget bukan di lapangan bola. Kurangnya melakukan aktivitas fisik ini yang menyebabkan kita rentan terkena penyakit tidak menular atau PTM. Contoh penyakit tidak menular adalah diabetes, hipertensi, obesitas bahkan jantung. Saya pribadi, memiliki darah gula. Ayah saya penderita diabetes tipe 2. Sehingga, risiko saya untuk terkena diabetes juga lebih tinggi. Karena itu, salah satu cara saya untuk memerangi risiko terkena diabetes dan penyakit-penyakit lainnya adalah dengan rajin berolahraga dan aktif melakukan aktivitas fisik. Dan lagi, sebagai ibu, saya juga ingin menurunkan dan menularkan kebiasaan sehat pada anak-anak. Agar mereka juga menjadi generasi yang selalu sehat, aktif dan produktif.


Bagi saya, melakukan aktivitas fisik dan berolahraga bukan hanya sekadar rekreasi, tapi juga mampu berperan sebagai bagian dari pengobatan dan upaya pencegahan penyakit. Saya setuju dengan perumpamaan, jika olahraga bisa dibentuk menjadi obat dan dijual di apotek, mungkin akan jadi obat paling murah dan terlaris.


Jadi, tidak ada lagi ya alasan untuk enggan bergerak. Yuk, jaga kesehatan dan kebugaran diri kita dengan selalu aktif bergerak setiap hari.

9 Comments

  1. avatar
    Windya Hertanti August 16, 2016 5:54 pm

    sumpah, keren banget mba..
    jadi semangat mo olahraga nih.. :)

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    Gabriella F August 8, 2016 3:52 pm

    Makasih Indah, jadi pengingat untuk lebih rajin olahraga nih... duh, rasanya jadi pengen yoga sama bu guru indah nih...

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    Cindy Vania August 4, 2016 8:31 am

    Keren bangeeet ih yoganya! Aku mau diajarin yaa,plis plis plis kakaakk :D

    Setuju banget,olahraga jauh lebih murah dibandingkan bayar tagihan RS dan obat.

    1. avatar

      As .



  4. avatar
    dewi amelia August 4, 2016 1:09 am

    Aaaaw... kk indaaah... keren sekali dirimu.
    Gw pun br mulai olahraga setelah si Jaz lulus ASI. Dan tiap ada "liburan" dari olahraga semacam sakit atau riweuh di rumah, untuk memulainya lg itu ampun2an ya... pdhal kl lg rajin atau setidaknya konsistent, badan itu emang jauh terasa lebih enak, fikiran lebih positif, dan sumbu emosi jadi jauh lebih panjang.

    1. avatar

      As .



  5. avatar
    Siska Knoch August 3, 2016 5:46 pm

    Kamu badaiiii sis! menginspirasi sekali :))
    Yuk ah Ye, yoga-an bareng indah hhihihi

    1. avatar

      As .