Things Happened for A Reason
Things happened for a reason, itu adalah salah satu kutipan yang paling saya sukai dari dulu hingga sekarang. Kalimat itu juga hampir mirip maknanya dengan kutipan dalam Al-Qur’an yang menyebutkan bahwa “Allah tidak akan menciptakan sesuatu yang sia-sia”. Kalimat-kalimat tersebutlah yang membantu saya melewati vonis kanker payudara pada tahun 2013 lalu.
Kanker payudara, saya yakin semua orang khususnya wanita pasti takut dengan mimpi buruk itu. Ternyata mimpi buruk itu menjadi kenyataan pada saya yang saat itu baru berusia 29 tahun. Waktu itu sekitar tujuh bulan setelah melahirkan anak laki-laki saya, saya merasakan sakit seperti digigit semut dari dalam payudara sebelah kanan. Sakitnya saat itu masih jarang-jarang dan saya abaikan, hingga 4 bulan kemudian, intensitas sakitnya cukup sering dan kulit bagian luar payudara terasa linu jika disentuh. Saya kemudian melakukan SADARI (periksa payudara sendiri) dan merasakan ada benjolan sebesar kelereng. Saya berusaha menenangkan diri dan berpikir positif bahwa itu bukan hal yang serius. Oh mungkin itu air susu yang menggumpal karena saya tidak menyusui dengan baik, pikir saya berusaha meyakinkan diri sendiri.
Saat itu saya tidak berani pergi ke dokter, karena saya terlalu takut dengan apa yang mungkin akan dokter katakan. Hingga akhirnya pada bulan Juli 2013 (saat itu bertepatan dengan puasa bulan ramadhan), saya dipaksa suami untuk pergi ke dokter spesialis onkologi (tumor dan kanker). Setelah melakukan pemeriksaan dan USG, dokter menyatakan kemungkinan ini adalah tumor ganas atau kanker.
Mendengar penjelasan dokter, saya hanya terpaku. Mata berkaca-kaca hampir menangis di depan dokternya, sampai tidak sanggup berbicara. Namun suami saya berusaha tetap tegar dan mulai membicarakan solusinya. Karena kurang puas dan ingin lebih yakin lagi, kami kemudian mencari second opinion ke rumah sakit lain. Ternyata diagnosa yang kami dapat sama saja hasilnya. Hancur hati saya saat itu, apalagi ketika terbayang anak saya yang saat itu masih berusia 11 bulan akan kehilangan ibunya.
Namun ada benarnya bahwa manusia hanya bisa mengira-ngira dan berusaha memprediksi saja, karena bagaimanapun ketetapan tetaplah milik Tuhan. Saya akhirnya menjalani seluruh proses pengobatan sesuai dengan perintah dokter, yaitu dari mulai operasi, kemoterapi, hingga terapi hormonal dengan rutin meminum obat selama lima tahun. Satu hal yang ingin saya sampaikan disini adalah, bekerja samalah dengan dokter. Ikuti aturan dokter dan jangan mencoba pengobatan non-medis atau alternatif untuk menangani kanker ini. Sebelum menjalani kemoterapi, saya sempat mencari-cari informasi di internet, baik itu di forum-forum maupun blog pribadi yang menceritakan tentang kanker. Selain itu, saat berobat saya dipertemukan dengan beberapa orang yang kembali ke upaya pengobatan medis setelah gagal menjalani pengobatan alternatif. Padahal mereka awalnya menderita kanker stadium 1 dan 2, tetapi kemudian naik tingkat menjadi stadium 4 bahkan stadium lanjut. Ketika hal itu terjadi tentu saja sudah sangat terlambat, dan dokter yang menanganinya pun tak habis pikir karena mereka justru datang meminta penanganan medis saat kondisinya sudah parah.
Selama menjalani pengobatan, kondisinya bukanlah hal yang mudah untuk kami sekeluarga lalui, khususnya saya, karena anak saya masih sangat kecil. Tak sanggup rasanya membayangkan ia dibesarkan tanpa kehadiran ibunya. Namun sekali lagi, saya manusia yang miskin ilmu, saya tidak cukup mengerti tentang kanker, dan jujur saja, saya pun sampai pada titik gagal paham soal takdir dan nasib manusia dari sudut pandang agama. Saya tidak sadar bahwa tidak semua yang menderita kanker akan meninggal karenanya, dan saya juga tidak sadar bahwa ada Allah yang memiliki kehendak dan kuasa atas semua kehidupan yang Ia ciptakan. Hingga akhirnya saya berhasil melewati semua tahapan dan proses pengobatan dengan baik.
Kurang lebih lima bulan lamanya proses awal pengobatan kanker berlangsung. Pada jadwal kemoterapi kedua dari total enam kali kemoterapi, saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan. Saya hanya ingin fokus pada pengobatan. Alhamdulillah setelah enam kali kemotherapi yang dilanjutkan dengan terapi tambahan minum obat hormonal, saya sehat kembali dalam arti tidak ada keluhan apapun. Bahkan 1.5 tahun kemudian saya yang awalnya tidak mengalami haid (saat kemoterapi dan terapi tambahan hormonal, saya tidak mengalami haid lagi dan diharuskan menopouse dini) kembali mendapatkan haid lagi.
Setelah konsultasi kembali dengan dokter, dokter menyarankan agar rahim saya diangkat karena khawatir kanker akan tumbuh lagi. Akhirnya saya menjalani operasi untuk kedua kalinya, dan harapan untuk memiliki anak lagi pupus sudah. Sebenarnya ketika dulu jatuh vonis terkena kanker, saya sudah disarankan untuk tidak hamil lagi karena penyebab kankernya adalah dari hormon yang saat hamil akan memupuk kankernya tumbuh subur. Namun kami bersyukur sudah dikaruniai seorang anak, alhamdulillah.
Tidak terasa ini adalah tahun kelima saya terbebas dari kanker. Alhamdulillah, allahu akbar, atas izin-Nya saya bisa sembuh kembali. Sekarang, itu semua adalah salah satu pengalaman hidup paling berharga yang saya syukuri. Saya menganggapnya sebagai peringatan dari-Nya karena mungkin selama ini saya terlena dengan dunia, bukan ujian karena kualitas iman dan ibadah saya masih jauh dari baik. Kejadian ini mengingatkan saya untuk selalu mendekatkan diri dengan Allah, memperbaiki hubungan saya dengan yang Maha Pengasih. Seluruh keluarga saya mendapatkan hikmahnya, khususnya saya yang akhirnya mau belajar dan akan terus belajar untuk menjadi seorang hamba, istri, ibu, anak dan kakak yang lebih baik lagi.
Kisahnya inspiratif sekaliii. Semoga mbak selalu sehat yaa.
Huhu pengen nangis baca nya. Percaya Allah cinta sama mbak dan saat itu dosa2 mbak sedang berguguran.
masyaaAllah...benar bgt mb...ada saat dimna ktika ujian itu datang kita menjadi tiba2'merasa tak paham dgn qada dan qadar Allah.. Alhamduliah for islam... dgn iman kita kadang diketuk dan diingatkan utk mengembalikan sgla kesulitan yg kita hadapi pada Sang penggenggam jiwa kita..
terharu sekali dgn smngat dan perjuangan mb sayaang...
smg mb skluarga sll sehat dlm perlindungan penjagaan dan limpahan karuniaNya.. aamiin
aamiin, terima kasih mba ghaida, semoga Allah selalu melindungi dan melimpahkan karunia-Nya untuk seluruh keluarga mba juga ya..
inspiratif sekali kisahnya Mbak..... Saya sampai meneteskan air mata bacanya. Semoga sehat selalu ya, Mbak dan keluarga
aamiin, terima kasih mba retno, doa yang sama buat mba dan keluarga juga ya..
Mbak yunia peluk kenceng, terharu banget sama cerita dan perjuangannya. Alhamdulillah Allah kasih kemudahan dan kesembuhan ya mbak. Sehat-sehat terus mbak
aamiin, makasih mba dieta, semoga keluarga mba selalu dilindungi dan di rahmati Allah juga ya...