Hi mbak Pawitra Wijaya dan mamas semuanya
Just for sharing, semoga membantu :)
Akhir juli kmrn anakku juga kena campak, waktu itu usianya 19 months
Awal2nya, seminggu sebelumnya, dia suka muntah kalau sedang makan, awalnya kupikir karena dia sedang tumbuh gigi taringnya. Anakku Ilyasa memang cenderung gampang muntah kalau sedang tumbuh gigi. Aku sempat bawa dia ke dsa dan dikasih obat anti muntah, namanya primperan, cmiiw
Seminggu kemudian, hari Jumat pagi kuraba badannya agak anget, tapi dia masih aktif dan makan paginya juga masih habis. Jumat siang demam makin tinggi, 38 degC dan mulai kurang nafsu makan. Karena demamnya tidak turun2 juga akhirnya kukasih sanmol dan satu jam kemudian kukasih susu UHT, belum habis susunya dia muntah2 hebat. Menjelang malam demamnya naik hingga mencapai 39 degC . Setelah kukasih lagi sanmol akhirnya kubawa anakku ke dokter karena takut typhusnya kambuh (anakku pernah juga terserang typhus waktu umur 13 months) . Karena demamnya masih sehari, dokter juga belum bisa mendiagnosis, seperti biasa dianjurkan untuk memberi obat turun panas ketika demam dan melakukan tes darah kalau 3 hari demam belum juga turun.
Hari ke-dua dari pagi sampai malam Ilyasa masih demam, demam hanya turun 1-2 jam sehabis dikasih sanmol, nafsu makan juga berkurang banget, bahkan ga mau samsek minum susu UHT, maunya nenen doang. Malam dini hari, sekitar jam 2, Ilyasa terbangun, aku kaget pipi dan lehernya kelihatan merah dan ada bentol2 gede seperti gigitan nyamuk/semut. Sejam kemudian bentol hilang dan menjadi bintik2 kecil berwarna merah. Sejak bentol hilang dan berubah menjadi bintik merah langsung deh kepikiran ke campak, jadilah mulai telp ibu dan searching di internet bagaimana gejala2 campak dan cara perawatannnya.
Hari ke-tiga, dari pagi masih demam, makan juga masih malas, minum susu UHT juga masih susah, eh sehabis tidur siang bintik2 merahnya keluar semua di sekujur tubuh. Muka, perut, dada, paha, kaki, tangan, semua penuh bintik2 kecil berwarna merah. Untuk memastikan kalau itu campak akhirnya hari itu kita bawa ke dokter, setelah cek darah dan memeriksa bintik2 merahnya, dokter memastikan kalau itu campak.
Hasil tes darahnya Ilyasa semuanya normal, baik hb, leukosit, dan trombositnya. Tes wydal (untuk thypus) juga negatif.
Dari penjelasan dokter, gejala campak antara lain demam tidak hanya menjelang sore dan malam seperti halnya typhus dan demam berdarah, bintik merah pada campak juga cenderung lebih besar dibanding bintik merah pada demam berdarah dan bintik merah pada campak tidak hilang kalau kulit direnggangkan. Campak biasanya disertai dengan batuk dan pilek. Alhamdulillah anakku tidak dibarengi dengan batuk pilek, tetapi dokter sempat memberi obat batuk pilek juga sih untuk jaga-jaga.
Kalau anak terkena campak biasanya perutnya mual yang menyebabkan dia cenderung gampang muntah, sehingga sebaiknya kalau makan dia jangan dipaksa untuk menghabiskan makanannya, sedikit2 saja yang penting perutnya tidak kosong. Susu UHT juga diencerkan dulu agar tidak memacu muntah.
Kemarin waktu ke dokter juga dikasih bedak salicyl untuk mengurangi gatal. Selama masih demam jangan dimandikan dulu, dilap saja.
Berdasarkan pengalamanku sih makin cepat keluar bintik2 merahnya makin bagus, karena setelah bintik2 merahnya keluar semua demamnya langsung turun. Hari ke-empat suhu badan Ilyasa sudah normal kembali. Dan seminggu kemudian nafsu makan Ilyasa sudah normal kembali. Tetapi seleranya untuk minum susu UHT butuh waktu hampir 2 minggu untuk balik lagi ke normal.