arieblabs wrote:
.. aku dapet pas baca2 dan seminar2,,breastfeed your toddler is totally alright,,gada masalah dengan isu kemandirian,,di atas 2 tahun memang makanan cair kyk ASI udah bukan utama, tapi ASI sendiri masih bisa mengcover 95% kebutuhan vit. C anak (yg mungking membantu daya tahan tubuh),,makanya DSAnya kasih saran kayak gitu (eniwei,,ini DSA langka ya,,pro ASI sekali,,i wish i live in Yogya :))
Awalnya kami memang sudah bertekad bulat menyapih ilyasa di usia 2 tahun karena alasan
kemandirian ini, tapi ternyata ga berkaitan ya..
arieblabs, tfs. Jujur, sebagai mama memang kadang aku takut anakku jadi anak yang ga mandiri, apalagi dia kan anak laki-laki, besok jadi kepala keluarga.
Mau sharing saja pengalaman menyapih ilyasa yang gagal total selama sebulan kemarin..Akhirnya ya breasfeedingnya kuteruskan saja, mudah2an seperti pengalaman
thelilsoldier, Ilyasa mau berhenti sendiri nenen-nya di usia kurang dari 3 tahun.
Well, sejak usia ilyasa usia 20 bulan, aku dan papanya sudah mulai hypnoparenting supaya dia mau disapih di usianya yang ke-2 tahun. Dan memang sempat lumayan bekerja, kalau mau tidur malam ga harus dengan nenen mamanya. Tapi mendekati umur 2 tahun malah macet. Ditambah lagi di umurnya yang ke-2 tahun, PDku lecet karena digigit2 dia, akhirnya makin membulatkan tekadku & papanya untuk menyapih dia.
Tapi oh tapi, sejak permintaan nenen-nya sering kutolak, dia jadi sering banget tantrum. Nangis jejeritan sampai guling2 di kasur. Padahal sebelumnya dia termasuk anak yang manis. Awalnya kupikir biasa karena di umur 2 tahun kan memang masa2nya anak sering mengalami tantrum. Tapi OMG, hampir tiap hari dia begini, kadang sehari bisa 3x macam minum obat saja :(. Memang sih kami selama ini cuma memakai metoda hypnoparenting dan metoda pengalihan perhatian (kalau mau minta nenen dialihkan dengan ditawari susu), soalnya mau mencoba mengolesi PD dengan 'sesuatu' kok rasanya kurang sreg saja.
2 minggu gagal menyapih, akhirnya kami putuskan untuk rehat seminggu. Dan setelah seminggu rehat, kami coba lagi menyapihnya seminggu lagi. jadi selama sebulan kemarin kami berusaha menyapih dia. Dan kuamati sebulan kemarin itu, entah karena sering tantrum atau dia kesel sama orangtuanya karena belum mau disapih, dia jadi pendiam dan ga ada kemajuan di dalam hal penambahan kosakatanya. Oya, fyi, aku memang lagi concern ngajarin dia ngomong karena dia baru mulai banyak bertambah kosakatanya di umur 22 bulan. Dan karena hal ini kami sempat konsultasi ke dokter ilyasa, dan oleh dokternya dirujuk ke dokter Bambang di RS Pertamina Balikpapan yang lebih ahli dalam masalah psikologi anak dan speech delay. Oya, menurut dokterku, dokter Bambang ini juga ahli dalam hal deteksi autisme.
Entah mengapa waktu surat rujukan sudah di tangan, aku malah merenung mencari2 penyebab kenapa ilyasa sering banget tantrum dan mogok bicara sebulan belakangan ini. Dan aku merasa mungkin kami yang terlalu keras ke dia. Akhirnya aku bilang ke suamiku, bagaimana kalau kita observasi saja dulu sebelum ke konsul ke dr Bambang di RSPB. Dan alhamdulillah hipotesisku tidak salah. Sejak kemauannya untuk nenen ngga pernah kutolak lagi, ilyasa ga pernah lagi tantrum yang sampai nangis jejeritan/guling2 di kasur. Dan yang lebih menggembirakan, alhamdulillah, kemampuan bicaranya juga terus meningkat.
Jadi akhirnya memang untuk beberapa waktu breasfeedingnya mau kuteruskan dulu, sambil diajak komunikasi supaya akhirnya dia mau menyapih dirinya sendiri. Semoga sih ngga sampai dia umur 3 tahun :).