Dear mama edo,
Aku Ima, yg dimaksud Ade di atas. Salam kenal ya.
Aku mengalaminya juga. Gendis (sekarang 17bln), nggak mau nenen sejak sekitar sebulan. Hari2 pertamanya di RS sempet mau nenen sih, tp cuma sebentar banget trus bobo atau nangis kenceng. Bidan2 di RS bilang itu wajar, karena dia memang baru belajar nenen. Ga ada masalah dgn putingku maupun lidah Gendis. Secara teori, mestinya bisa nenen. Setelah pulang ke rumah juga gitu, makin lama makin ga mau nenen. Berdasarkan masukan bidan2 dan konsultan laktasi, Gendis minum ASI pake botol yg ujungnya sendok.
Awalnya sih aku nggak ngotot harus ASI eksklusif, menyadari diri yg masih harus ngurus tesis dan bekerja juga saat itu. Tapi.. puji Tuhan, ASI-ku melimpah. Bahkan waktu pulang dari RS aja bajuku sampai belepotan ASI. Sepulang dari RS, sampai di rumah, aku sempet menggigil menahan sakit di kedua PD. Karena produksi yg melimpah itu, sedangkan Gendis 'belum pinter' nenen, maka aku mulai rutin mompa.
Di bulan2 awal itu juga, berbagai usaha kulakukan. Berguru dgn orangtua dan ibu2 lain yg lebih senior, sudah kulakukan. Beberapa kali ketemu bidan2 di RS untuk konsultasi pelekatan, tapi hasilnya nol besar. Sempat juga konsultasi laktasi dengan konsultan dari A*MI, sama saja. Gendis tetep berontak tiap kali kuajak nenen, nangis kenceng sampai muntah. Sedih, bingung, gemes, kesel.. campur aduk rasanya. Skin-to-skin, botol sendok, cup, sampai pake suntikan dan selang yg ditempel di jari (lupa apa namanya), nggak ada yg berhasil. Seorang konsultan laktaksi bahkan jelas2 heran karena baru 1x nemuin kasus kayak gini. Beberapa kali Aku juga ngalamin, Bun, nangis bareng sambil mompa di samping Gendis yg kehausan. Sedihnya tak terkatakan (makanya aku pilih nangis.. hehe), bahkan sempet merasa nggak berguna sebagai ibu. Masa ngajarin bayi nenen (yg katanya adalah kebutuhan natural pertamanya) aja nggak bisa?? Di masa ini juga jadi sensitif banget. Liat ibu2 nenenin anaknya di tempat umum, pengen nangis. Ibu mertua nanya "ini ASIPnya abis?", langsung manyun. Suami nawarin "bunda, nggak coba nenenin Gendis?", rasanya pengen ngomel2. Hahahaha.
Sekitar usia 4 bulan, aku ambil keputusan besar sambil nangis. Mantap, tapi sedih. Gendis mulai minum ASIP pake dot. Hehehe. Para konsultan pasti melotot. Pertimbanganku logis, kok:
1) Dengan sendok, Gendis sering nggak puas krn keluarnya lambat. Pake cup? sering kesedak. Percobaan pertama pake dot, Gendis melotot bentar, lalu lancar tanpa keluhan.
2) Dengan dot, ASIP nggak banyak terbuang. Entah kami yg nggak lihai atau gimana, kalo pake sendok/ cup, tetep banyak ASIP yg tercecer. Kan sayang tuh. Mompa susah2 kok banyak yg kebuang.
3) Dengan dot, Gendis tetap belajar menghisap, yg nggak akan dia dapat dengan sendok/ cup. Memang, beberapa sumber bilang penghisapannya beda dgn nenen. Tapi, apa mau dikata, hampir full 4 bulan Gendis malah nggak menghisap samsek.
Sementara dia belajar minum pake botol, aku tetep nyoba nenenin, walau hampir selalu berakhir dengan derai air mata.
Seiring berjalannya waktu, dan seiring meningkatnya produksi ASI, percaya diriku juga meningkat. Gendis semakin sehat, pinter, cantik, lucu.. pokoknya sempurna (ya iya lah, ibunya pasti lihatnya gitu ya?). Dia sudah bisa bilang 'ndizz' (mengenal namanya) sejak 8 bulan, sudah tepat bilang 'bunda' di umur 13 bulan. Setahuku, normal. Belum lagi dia udah ngerti dan bisa menyebutkan segala macam benda yg dia kenal di lingkungan sejak sebelum genap 1 tahun. Sekarang? Waduhhh, jangan tanya cerewetnya. Jadi, nggak nenen dan kemampuan bicara, rasanya nggak berkaitan tuh. :)
Bahkan ada saat2 aku bersyukur Gendis nggak nenen, jadi aku bisa jalan2 sm suami sementara Gendis dirawat sang nenek yg makin expert dengan ASIP. Saat Gendis kubawa jalan2 pun, asal bawa stok ASIP yg cukup, beres. Ibu2 muda lain pasti setengah mati susah mikir waktu nenen, cari tempat ngumpet buat menyusui, dst. Hehe. Paragraf ini diabaikan aja, cuma sisi egois bundanya yg kadang2 melintas untuk menghibur diri.
Tentang kapasitas ASIP.. memang naik turun sih. Ada saat harus kejar2an dengan permintaan Gendis. Ada juga saat kebutuhannya terpenuhi, tapi masih bisa nyimpen ASIP sampai memenuhi freezer di kulkas rumah dan di kulkas kantor suami. :D Hasil akhirnya, Gendis ASI XP (eksklusif perah :D) sampai 1 tahun, dan masih merasakan ASIP rutin sampai sekarang walau cuma 120ml per hari. Singkat kata, semangat bun! Nggak nenenin bukan akhir dunia kok. Bukan berarti kita nggak sayang anak (atau sebaliknya). Ada jutaan cara lain untuk mengungkapkan cinta ibu ke anak, dan sebaliknya.
Punten jadi panjang curhatnya. Semangat, karena ternyata ada yg 'senasib'. Mohon sampaikan juga kalau ada yg salah. Soalnya ini murni curhat, nggak pake pertimbangan salah/ benar atau menyinggung/ tdk. :)
Salam,
-Ima-