ditta
ini aku copas dari bisnis indonesia
Meskipun pemerintah telah menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi sesuai ekspektasi investor, pasar surat utang masih terus terkoreksi akibat sentimen negatif Bank Sentral Amerika Serikat akan mengurangi stimulusnya.
Ezra Nazula Ridha, Vice President Head of Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, mengungkapkan saat ini faktor global sangat mempengaruhi investor untuk menarik dana kembali ke Amerika Serikat.
“Kenaikan harga BBM sudah diberlakukan. Namun, pernyataan The Fed mengurangi quantitative easing memberikan dampak signifikan ke Indonesia,” ujarnya, Senin (24/6/2013).
Menurut data PT Penilai Harga Efek Indonesia (Indonesia Bond Pricing Agency/IBPA), yield obligasi acuan bertenor 10 tahun FR0063 pada penutupan perdagangan Senin (24/6/2013) mencapai 7,04%, naik 15 basis poin dari hari sebelumnya 6,89%.
Adapun, imbal hasil surat utang negara acuan bertenor 5 tahun naik tipis 5 basis poin menjadi 6,31%, sedangkan yield obligasi bertenor panjang 20 tahun ditutup pada level 7,78%, melonjak 30 basis poin dibandingkan Jumat (21/6)
ini penjelasan dari forum kask*s
tentang rdpt
Performance RDPT dipengaruhi oleh underlying asset yang dikelola oleh MInya. Sebagian besar Underlying Asset untuk RDPT (max 80%) adalah Obligasi Negara (SUN) atau Obligasi Korporasi. Ketika harga Obligasi naik, NAB RDPT akan ikut naik, berlaku berkebalikan ketika harga obligasi turun, NAB RDPT akan turun.
Yang harus diketahui ttg Obligasi adalah yield dan harga yang sifatnya berlawanan. Yield adalah imbal hasil Obligasi yang telah dipengaruhi oleh harga. Ketika harga Obligasi naik, yield Obligasi akan turun, begitu juga sebaliknya.
Beberapa bulan lalu yield Obligasi di Indonesia besarnya di kisaran 8%-10% (tergantung umur obligasi) dan Risk free Rate (BI Rate) di 6%. Begitu adanya pengumuman Indonesia masuk Investment grade yield Obligasi turun menuju besaran Risk free Rate. Ada raung sebesar 2%-4% untuk penurunan yield Obligasi.
Ketika ada penurunan yield obligasi, ini artinya harga obligasi naik, dan menyebabkan NAB RDPT ikutan naik (menjawab fenomena performance RDPT naik beberapa bulan lalu).
Akhirnya yield Obligasi berkisar di antara 6%, tidak jauh berbeda dari risk free rate. Ketika BI Rate turun ke 5.75% ruang untuk penurunan yield sudah sangat kecil. Bahkan Obligasi Negara yang berumur 10 tahun yieldnya sudah di bawah BI Rate.
Logikanya ngapain kita beli Obligasi yang resikonya lebih besar daripada Deposito yang menghasilkan return lebih kecil daripada deposito. Ini menyebabkan pasar Obligasi jenuh, harga obligasi sudah terlalu mahal. Pada sebagian besar investasi pindah ke saham.
Itulah mengapa beberapa hari ini performance RDPT menurun. Tapi turunnya ga terlalu signifikan seperti saham kok. Klo harga Obligasi sudah turun, nanti akan ada peluang untuk naik lagi. NAB RDPT juga akan naik. Seperti roda yang berputar saja, kadang naik di atas, kadang turun di bawah.
ayo mak, semangat googling, PAHAMI dan NIKMATI hth ya :)