Wah makin rame aja topik ini....berikut cerita ku,
Kenapa saya masih bekerja?
Sampai saat ini saya adalah ibu yang bekerja, tidak gampang memang menjadi ibu yang bekerja Ingin rasanya berhenti bekerja mengurus Mika, suami dan rumah sendirian, tetapi tetap yang saya pilih adalah bekerja. Bukan egois atau memaksakan diri untuk bekerja, lalu meninggalkan anak dan menyerahkan anak ke pada ART selama saya bekerja, tetapi karena memang ini adalah pilihan saya dan kesempatan saya untuk mengetahui dunia lain selain rumah yang nantinya bisa saya bagi bersama Mika ketika Mika besar nanti.
Selain itu, saya adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang memang untuk menjadi PNS itu sulit, banyak orang yang berlomba-lomba dan berharap bisa menjadi PNS, dan ALhamdulillah saya dapat melaluinya dengan mudah, mengikuti tes dengan mudah dan akhirnya diterima dengan mudah, sekali lagi Puji Syukur kepada Sang Satu. Saya berfikir, jika saya keluar, komitmen saya sebagai abdi negara yang berusaha mencoba untuk memberikan kontribusi dan pemikiran baru kepada lembaga akan hilang, walaupun sampai saat ini pemikiran-pemikiran tersebut mentok di birokrasi, hehe (yg ini hanya curhatan). Selain itu, saya berfikir saya sudah aman disini, sudah aman menjadi PNS, yang kelak saya bakal tetap di gaji sampai saya mati, kurang apalagi? mungkin kurang sesuai aja gajinya, hehe (sekali lagi ini curhatan).
Saya terus befikir, yakin apa saya ingin berhenti bekerja? kalo saya berhenti bekerja, saya tidak mempunyai penghasilan, bisa saja sih saya usaha jualan, tapi untuk yang ini saya memang tidak berbakat jualan. Kalo saya tidak mempunya penghasilan, saya tidak bisa membelikan mainan, baju buat Mika dan tidak bisa menambah penghasilan dari suami. Walaupun penghasilan suami lebih besar dari saya, tetapi kebutuhan hidup kami juga besar. Dengan saya mempunyai penghasilan, saya bisa membelikan kebutuhan Mika dari keringet saya sendiri tanpa harus minta dengan suami. Rasanya berbeda, ketika membelikan mainan atau baju untuk Mika dari uang saya sendiri dibanding dari uang suami, kepuasan tersendiri.
Saya pun berfikir, menjadi seorang ibu yang bekerja memiliki tantangan sendiri yang berbeda, yaitu:
1. Tetap harus bekerja, dan memikirkan pekerjaan. Alhamdulillah saya tidak berangkat terlalu pagi dan tidak pulang terlalu malam. masih punya waktu yg cukup lumayan dengan keluarga.
2. Tetap harus mengurus rumah. Walaupun punya ART, tetapi tetep aja ART nya musti diajarin dan dikasih tahu banyak.
3. Tetap harus ngurus Suami.
4. Masak. Masak buat Mika dan Masak buat gw, suami dan ART. Untuk urusan masak, saya tidak menyerahkannya ke ART.
5. Mengurus Mika. ketika pulang kerja, it’s my time for Mika. ART sudah tidak boleh megang Mika. Waktunya bersama Mika sampai Mika tidur dan bangun lagi. begitu juga Weekend, Mika hanya dipegang sama saya, karena saya tidak ingin Mika tidak kenal ibunya, hehe alias jadi anak ART, huhu.
6. dll yang mungkin hampir sama dengan ibu-ibu yang lain.
Tantangan itu tetap harus saya jalanin entah sampai kapan. Mungkin sampai saya berubah fikiran dan menjadi ibu rumah tangga biasa yang tak kalah mulianya atau sampai saya sudah tidak mampu lagi.
i’am a working mom
April 30, 2010
Leave a Comment
YES, i’am a working mom!
Tidak gampang memang menjadi seorang ibu, apalagi menjadi seorang ibu yang juga bekerja. Kenapa begitu? karena saya merasakannya, hehe. Terkadang ingin rasanya saya berhenti bekerja, mengurus sendirian Mika dirumah, mengurus sendirian segala sesuatu kebutuhan Mika dan suami, tetapi tetap yang saya pilih adalah bekerja. Bukan egois atau memaksakan diri untuk bekerja, lalu meninggalkan anak dan menyerahkan anak ke pada ART selama saya bekerja, tetapi karena memang ini adalah pilihan saya dan kesempatan saya untuk mengetahui dunia lain selain rumah yang nantinya bisa saya bagi bersama Mika ketika Mika besar nanti.
Selain itu, saya adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang memang untuk menjadi PNS itu sulit, banyak orang yang berlomba-lomba dan berharap bisa menjadi PNS, dan ALhamdulillah saya dapat melaluinya dengan mudah, mengikuti tes dengan mudah dan akhirnya diterima dengan mudah, sekali lagi Puji Syukur kepada Sang Satu. Saya berfikir, jika saya keluar, komitmen saya sebagai abdi negara yang berusaha mencoba untuk memberikan kontribusi dan pemikiran baru kepada lembaga akan hilang, walaupun sampai saat ini pemikiran-pemikiran tersebut mentok di birokrasi, hehe (yg ini hanya curhatan). Selain itu, saya berfikir saya sudah aman disini, sudah aman menjadi PNS, yang kelak saya bakal tetap di gaji sampai saya mati, kurang apalagi? mungkin kurang sesuai aja gajinya, hehe (sekali lagi ini curhatan).
Saya terus befikir, yakin apa saya ingin berhenti bekerja? kalo saya berhenti bekerja, saya tidak mempunyai penghasilan, bisa saja sih saya usaha jualan, tapi untuk yang ini saya memang tidak berbakat jualan. Kalo saya tidak mempunya penghasilan, saya tidak bisa membelikan mainan, baju buat Mika dan tidak bisa menambah penghasilan dari suami. Walaupun penghasilan suami lebih besar dari saya, tetapi kebutuhan hidup kami juga besar. Dengan saya mempunyai penghasilan, saya bisa membelikan kebutuhan Mika dari keringet saya sendiri tanpa harus minta dengan suami. Rasanya berbeda, ketika membelikan mainan atau baju untuk Mika dari uang saya sendiri dibanding dari uang suami, kepuasan tersendiri.
Saya pun berfikir, menjadi seorang ibu yang bekerja memiliki tantangan sendiri yang berbeda, yaitu:
1. Tetap harus bekerja, dan memikirkan pekerjaan. Alhamdulillah saya tidak berangkat terlalu pagi dan tidak pulang terlalu malam. masih punya waktu yg cukup lumayan dengan keluarga.
2. Tetap harus mengurus rumah. Walaupun punya ART, tetapi tetep aja ART nya musti diajarin dan dikasih tahu banyak.
3. Tetap harus ngurus Suami.
4. Masak. Masak buat Mika dan Masak buat gw, suami dan ART. Untuk urusan masak, saya tidak menyerahkannya ke ART.
5. Mengurus Mika. ketika pulang kerja, it’s my time for Mika. ART sudah tidak boleh megang Mika. Waktunya bersama Mika sampai Mika tidur dan bangun lagi. begitu juga Weekend, Mika hanya dipegang sama saya, karena saya tidak ingin Mika tidak kenal ibunya, hehe alias jadi anak ART, huhu.
6. dll yang mungkin hampir sama dengan ibu-ibu yang lain.
Tantangan itu tetap harus saya jalanin entah sampai kapan. Mungkin sampai saya berubah fikiran dan menjadi ibu rumah tangga biasa yang tak kalah mulianya atau sampai saya sudah tidak mampu lagi.
Tetapi yang jelas dan pasti, saya tidak pernah menyesal menjadi seorang istri, seorang ibu, dan menjadi seorang PNS. Ini adalah pilihan hidup saya, dan saya sangat tahu suami saya begitu mendukung apa yang saya pilih dan saya berharap Mika nantinya juga akan mengerti dengan pilihan saya saat ini. Apapun yang saya lakukan dan kerjakan, pasti untuk kebaikan Mika dan keluarga saya.
Hehe jadi panjang ya????
Ibunya Mika yang selalu pengen punya waktu banyak buat Mika
http://dieta.web.id/