Wendee, Meralda
Gw ngenalin hati ayam sejak usia 7 bulan. tapi gw pilih hati ayam kampung.
Waktu itu ada temen gw bilang kalo hati ayam itu itu penetralisir racun. racunnya ngendap di hati. Kalo anak kita makan hati ayam = makan racun.
Sempet ragu-ragu juga sih dengan pernyataan temen gw itu. Gw merasa berani ngasih hati ayam ini karena penjelasan dari pak Wied Harry Apriadji.
Ini gw copas penjelasan dari Pak Wied
Hati kaya dengan vitamin A dan zat besi, yang bagus untuk menunjang tumbuh-kembang balita. Aslinya, fungsi hati memang memisahkan dan menyaring zat-zat toksin. Tetapi jika diberikan dalam jumlah secukupnya dan tidak setiap hari, serta pola makan anak kita bagus, hati tetap bermanfaat. Pola makan yang bagus (banyak buah/sayuran segar) kaya dengan serat dan antioksidan yang akan menyeret zat toksin tsb keluar dari tubuh anak kita. Nah, yang jadi masalah adalah jika pola makannya amburadul (tanpa/sedikit buah-sayuran segar), apalagi jika kebanyakan makanan buatan pabrik/kemasan/instan, maka zat toksin akan bertahan dalam tubuh.
Ketakutan ini sebenarnya tidak perlu. Karena jika kita takut memberikan hati pada anak kita, kenapa tidak takut juga memberikan telur ayam? Karena telur ayam non-organik juga kaya dengan zat toksin (terutama pada bagian kuningnya),berasal dari kandungan antibiotik dan food additives sintetis dalam pakan ayam.
Bagian kuning telur kaya dengan lemak, yang merupakan pelarut terbaik bagi zat-zat toksin.
Kesimpulannya, hati bisa diberikan pada balita, sebagai bagian dari variasi dan pergiliran menu. Bukan sebagai menu harian terus-menerus.
Untuk ikan, gw baru kenalin lele, gurame, bawal, patin ke Ganesh. Dan kenalin belut juga lho. Soalnya belut juga bagus kandungan gizinya.
Menjadi Ibu adalah pilihan kerja profesional yang paling tulus...tanggung jawab,memberi kasih dan pelajaran kpd anaknya dengan masa kontrak kerja sepanjang dunia dan akherat..it's a amazing
Our Story
Lafamilledewijaya